Liputan6.com, Jakarta - Film memang dibuat untuk membuat orang percaya bahwa kisah yang dipertontonkan memang nyata adanya. Padahal, cerita film yang berdasarkan kisah nyata pun disesuaikan di sana sini agar lebih dinikmati penonton.
Film laga juga berisi penuh kisah seru. Misalnya, pemotongan tiga kabel berwarna yang menempel pada sebuah bom waktu -- manakah kabel yang harus dipotong? Ternyata ada berbagai jenis bom dengan konfigurasi pemicu yang berbeda. Jadi, jumlah kabel pada bom waktu bisa lebih atau kurang dari tiga kabel.
Advertisement
Advertisement
Baca Juga
Masih tegang melihat pesawat-pesawat angkasa bertempur tembak-menembak laser? Padahal sinar lurus apa pun -- termasuk laser -- tidak akan terlihat kalau tidak terpantul dulu pada sesuatu.
Diringkas dari Therichest.com, Jumat (21/7/2017), berikut ini sejumlah mitos adegan seru dalam film yang tidak selalu cocok dengan dunia nyata.
1. Hibernasi dalam Perjalanan Antariksa
Yang satu ini jelas suatu fiksi, tapi hibernasi laku dipakai berulang kali dalam film dan masih banyak orang mempercayainya sebagai kenyataan.
Di masa awal film-film fiksi, penulis cerita memberi perincian tentang caranya manusia melakukan perjalanan angkasa sedemikian jauhnya. Film fiksi sekarang ini begitu saja mencontoh dari yang sudah pernah ada.
Demikian juga dengan komunikasi para pihak di suasana angkasa luar yang berlangsung saat itu juga. Padahal, dalam kenyataannya, gelombang pancaran perlu waktu lebih banyak untuk bisa sampai ke tujuan.
Misalnya, kiriman berita dari Mars memerlukan waktu sekitar 20 menit untuk tiba ke Bumi, bukan dalam sepersekian detik seperti sedang berbicara kepada orang di sebelah kita.Â
Advertisement
2. Peretasan oleh Penjahat
Peretasan sering kali digambarkan sebagai upaya para penjahat untuk melakukan rencana kejahatan mereka. Padahal, dalam kenyataannya, para hacker – peretas – juga dipekerjakan oleh bank, perusahaan, dan lembaga pemerintah untuk menguji kerentanan sistem pertahanan komputer.
Demikian juga dengan pelacakan telepon dari seorang penjahat. Seakan-akan pihak berwenang harus terus mencoba agar telepon dari penjahat terus menyala demi kepentingan pelacakan lokasi.
Di masa kini, dengan teknologi yang jauh lebih maju, polisi langsung mengetahui kira-kira lokasi penelepon bahkan sejak pembicaraan telepon dimulai.
3. Tubuh Jagoan yang 'Kebal'
Film-film laga sering mempertontonkan aksi tembak-menembak antara tokoh jagoan melawan si jahat. Para penjahat berjatuhan tertembak, sementara jagoan kita berhasil berlindung di balik sesuatu, entah pintu mobil, pintu, atau meja kayu.
Kenyataannya, daya terjang peluru bisa lebih kuat dari berbagai benda. Jadi, tidak semua benda yang ditunjukkan menjadi pelindung bisa benar-benar menahan terjangan hujan peluru.
Demikian juga aksi perkelahian yang melibatkan botol-botol minuman. Orang-orang saling berpukulan, kursi-kursi beterbangan, dan botol minuman menjadi senjata pemukul kepala.
Ketika botol minuman dipukulkan ke kepala lawan, botol itu pun pecah berkeping-keping.
Kenyataannya, kebanyakan botol minuman dibuat amat kuat agar tahan banting dalam pengiriman. Mungkin tengkorak korban lebih dahulu retak sebelum botolnya pecah.
Advertisement
4. Ditelan Pasir Isap
Walaupun sekarang sudah agak jarang, salah satu adegan yang juga menegangkan adalah ketika jagoan kita -– atau hewan tunggangannya –- jatuh ke dalam kubangan pasir hisap dan menghilang masuk pasir menuju kematiannya.
Selama beberapa tahun lamanya orang ketakutan kepada pasir hisap dan bahaya yang ditimbulkannya. Padahal, dalam kenyataannya, pasir hisap sama sekali tidak berbahaya.
Pasir itu lebih padat daripada tubuh manusia sehingga, walaupun orang terjebak, ia tidak bisa terhisap ke dasarnya.
Film-film juga mengajarkan agar kita tidak bergumul dalam pasir hisap demi membebaskan diri. Salah lagi, karena gerakan-gerakan kita sebenarnya menciptakan kantong udara yang dapat membantu membebaskan kita.
5. Peran Alat Kejut Jantung
Defibrillator -- alat kejut jantung -- menjadi tampilan lazim film-film kedokteran maupun aksi laga. Biasanya, dipertontonkan pemantau denyut jantung pasien yang sedang sekarat.
Kemudian, denyut jantung itu hilang dan para tenaga medis bergegas mencoba menghidupkan pasien dengan menggunakan alat kejut jantung tersebut. Setelah pertolongan yang gagal beberapa kali, kemudian korban hidup kembali dan semuanya lega.
Benar, defibrillator memang alat yang hebat dan gelombang kejut yang dihasilkannya bisa menolong nyawa. Tapi itu hanya berlaku pada keadaan gagal jantung.
Alat kejut itu tidak bisa menghidupkan jantung yang sudah mati. Ketika sudah mati, alat kejut itu tidak ada gunanya lagi.
Advertisement
6. Pingsan Berkepanjangan karena Kloroform
Kisah pembiusan lawan menggunakan kloroform kerap menghiasi film horor atau laga.
Ada seseorang memegang sehelai kain mengendap-endap dari belakang pemeran lain, lalu membekapkan kain berlumuran kloroform itu pada korban sehingga korban langsung pingsan selama beberapa jam.
Tapi, dalam kenyataannya tidak demikian. Memang benar, kloroform memang sangat kuat dan dapat membuat orang pingsan dalam dosis tinggi. Walaupun begitu, perlu sekitar 5 menit hingga dampaknya terasa.
Jika hanya menggunakan sehelai saputangan seperti dalam kebanyakan cerita film, tentu perlu waktu lebih lama agar korbannya pingsan. Kehilangan kesadarannya juga hanya makan waktu sebentar.