Liputan6.com, Los Angeles - Kalau kita kira sel-sel punca bisa dipakai untuk menumbuhkan tengkorak atau jejaring jantung, timbul pertanyaan, apakah sel itu bisa menumbuhkan kembali rambut pada orang botak.
Ternyata, pertanyaan itu terjawab sudah. Tidak lama lagi, sel-sel punca bisa mengatasi kebotakan.
Tahun lalu kita melihat bagaimana sel-sel punca biasa diubah menjadi sel-sel punca epitel (epithelial stem cells, EpSCs) yang ditanamkan untuk menumbuhkan rambut baru.
Advertisement
Sekarang, para peneliti University of California Los Angeles (UCLA) telah menciptakan cara mengaktifkan kelompok sel punca yang sudah ada pada akar-akar rambut agar kembali melakukan tugasnya.
Baca Juga
Dikutip dari New Atlas, Selasa (15/8/2017), dalam penelitian baru tersebut para peneliti mengungkapkan bahwa proses metabolisme yang berlangsung dalam sel-sel punca akar rambut berbeda dari proses yang terjadi dalam sel-sel kulit.
Sel-sel punca akar rambut mengubah glukosa menjadi molekul bernama piruvirat. Tapi hasil proses metabolisme itu terjadi dalam dua cara. Molekul itu bisa dikirim ke mitokondria dan dipergunakan sebagai energi atau sel-sel itu diubah menjadi laktat.
Laktat adalah suatu zat yang sama dengan yang menyebabkan rasa terbakar pada otot saat orang sedang berlatih kebugaran.
Tim yang dipimpin Healther Christofk, Associate Professor di UCLA, mencoba melakukan rekayasa genetika pada tikus-tikus agar tidak memproduksi laktat dan sebagian tikus lain agar malah menambah jumlah produksi laktat.
Hasilnya, menghalangi produksi laktat mencegah aktivasi sel-sel punca akar rambut. Sebaliknya, penambahan laktat meningkatkan produksi rambut.
Ketika melakukan itu, para peneliti menggunakan dua obat yang melakukan tugas mereka secara berbeda, yaitu RCGD423 dan UK5099.
Menurut Lowry, salah satu anggota penelitian, "Setelah kita melihat caranya perubahan produksi laktat berpengaruh kepada pertumbuhan rambut, kita bisa mencari obat potensial yang dapat dioleskan pada kulit untuk mendapat hasil yang sama."
Sejauh ini, dua obat tersebut belum dicobakan pada manusia. Tapi, jika percobaan pada tikus bisa menjadi indikasi, maka obat-obat itu memberi harapan melawan kondisi alopecia, yaitu kerontokan rambut karena stres, ketidakseimbangan hormon, atau penuaan secara wajar.
Penelitian ini telah diterbitkan dalam jurnal Nature Cell Biology.
Â
Saksikan juga video menarik berikut ini: