Ajarkan Puisi Abad ke-17, Profesor Mesir Dianggap Pemuja Setan

Gara-gara menggunakan buku John Milton sebagai materi mengajarnya, profesor ini dituding sebagai pemuja setan.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 22 Agu 2017, 20:40 WIB
Diterbitkan 22 Agu 2017, 20:40 WIB
20161211-Krampus-Reuters1
Penampilan para peserta yang mengenakan setan bertanduk saat perayaan Krampus, di kota Bohemian selatan Kaplice, Republik Ceko (10/12). Menurut legendanya, Krampus digambarkan berwujud separuh iblis dan separuh kambing. (Reuters/David W Cerny)

Liputan6.com, Kairo - Sebuah universitas di Mesir menuduh salah satu pengajarnya melakukan pemujaan setan. Alasannya, karena sang profesor menjadikan buku puisi Abad ke-17 karangan John Milton yang berjudul Paradise Lost sebagai materi mengajarnya dalam kelas Sastra Inggris

Adalah Dr. Mona Prince, dosen di Suez University, yang diskors pada Februari lalu karena mengajarkan buku Milton. Puisi karangan Abad ke-17 itu mengisahkan bagaimana iblis menggoda Adam dan Hawa di Taman Eden.

Dikutip dari Telegraph.co.uk, pada Selasa (22/8/2017) universitas menggelar investigasi dan mengklaim bahwa profesor perempuan berusia 47 tahun telah menyebarkan gagasan yang merusak bagi mahasiswa.

Dalam pernyataan yang panjang pihak universitas menuduh, "sang profesor telah mendukung penindasan kepada Tuhan, Raja yang Benar, dengan menyerukan pemujaan setan, juga menyerukan untuk menghancurkan dan menolak apa yang suci demi otoritas manusia dalam menentukan takdir dan nasibnya sendiri".

Universitas juga mengatakan bahwa Profesor Mona telah menantang "perintah publik Mesir, yang berdasarkan pada syariat Islam dan undang-undang, dalam sebuah panggilan anarkis yang menyamar sebagai analisis tekstual sastra komparatif"."

Lebih lanjut, perguruan tinggi itu menyatakan, pihaknya memberikan temuannya itu kepada jaksa setempat di Mesir timur, yang akan menuntut Dr Mona karena telah menghina Islam -- sebuah kejahatan yang dapat menyebabkan pemenjaraan.

"Ini mengingatkan saya pada wanita yang dituduh melakukan sihir dalam buku Arthur Miller, The Crucible. Saya merasa harus dibakar sekarang," kata Dr Mona kepada The Telegraph.

"Paradise Lost itu indah, ini adalah mahakarya, dan saya mencoba membandingkannya dengan literatur Arab sehingga akan terasa lebih dekat dengan murid-murid saya. Saya meminta mereka untuk membaca tentang citra Tuhan dan citra Setan seperti yang disajikan dalam karya sastra, "katanya.

"Kami tidak berbicara tentang agama, saya menjelaskan hal ini kepada para siswa, kami tidak membahas agama di kelas, kami berbicara tentang representasi tokoh agama dalam karya sastra."

Dia meminta siswa untuk membandingkan Paradise Lost dengan The Last Words of Spartacus, sebuah puisi oleh Amal Dunqul sastrawan Mesir, yang juga berurusan dengan Setan.

Profesor Mona Prince yang diskors gara-gara ajarkan buku puisi Abad ke-17 (The Telegraph)

Dr Mona mengatakan bahwa siswa tidak mengeluh saat pertama kali dirinya mengajar. Ia mengklaim mereka mengajukan keluhan setelah didorong untuk melakukannya oleh akademisi konservatif lainnya di universitas tersebut.

Prof Mona menjelaskan bahwa dia telah menjadi korban sebuah kampanye terkoordinasi yang dirancang untuk mengantarnya keluar dari universitas. Pada bulan April, seorang wartawan lokal menerbitkan sebuah video tarian perutnya dan kala dia meminum bir serta mengenakan bikini.

Video dan foto tersebut mendapat cemoohan oleh universitas. Pejabat lembaga pendidikan itu menuduhnya gagal menunjukkan "perilaku baik seorang profesor universitas".

Dr Mona mengatakan bahwa dia menghadapi diskriminasi dari akademisi laki-laki konservatif sejak bergabung dengan universitas tersebut pada tahun 1999.

Universitas tersebut mengatakan telah menahan seperempat dari gajinya sejak dia diskors tapi Dr Mona mengklaim bahwa mereka sebenarnya mengambil tiga perempat dari uangnya, sehingga sulit baginya untuk bertahan hidup pada saat inflasi melonjak di Mesir.

Kasusnya telah memicu polemik di Mesir, sebuah negara berpenduduk 90 juta orang dan negara terpadat di Timur Tengah.

"Apakah ini guru untuk anak muda kita? Lebih baik dia tinggal di rumah, dia adalah sumber degradasi dan pelecehan," tulis seorang pria, Mahmoud al-Saman, di Facebook.

Seorang pria lain, Mohammed Nabil al-Masri, menulis untuk mendukung sang akademisi. "Allah besertamu, kita hidup dalam masyarakat negara Islam."

Dr Mona dijadwalkan hadir dalam sidang disipliner pada 28 Agustus, di mana dia akan menghadapi pertanyaan tentang tuduhan terhadapnya.

 

Saksikan video menarik berikut:

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya