Liputan6.com, Jakarta Pendekatan baru yang dikenal dengan hybrid ternyata bisa dipakai dalam pemisahan senyawa kimia.
Istimewanya, teori itu ditemukan oleh seorang WNI bernama Gregorius Rionugroho Harvianto di Yeungnam University, Korea Selatan (Korsel).
Baca Juga
Seperti dikutip dari Kemlu.go.id, Jumat (24/8/2017), anak muda asal Solo yang besar di Jakarta dan Yogyakarta itu mengaku langsung mendapat pekerjaan 'basah' di Korea. Setelah jago, ia mengaku baru akan pulang kampung.
Advertisement
Disertasinya yang berjudul "Hybrid Separation Approach for Solving Azeotropic and Close-Boiling Mixtures", menawarkan suatu pendekatan yang efisien. Diharapkan, teorinya ini bisa dikembangkan untuk kemanfaatan yang lebih besar.
Teknologi pemisahan senyawa kimia merupakan proses yang digunakan untuk mendapatkan produk yang murni dari campuran senyawa kimia. Pengolahan minyak bumi yang merupakan campuran hidrokarbon, misalnya, akan memiliki nilai jual yang lebih tinggi dalam keadaan murni seperti produk yang dikenal di pasaran, layaknya LPG, pelumas, aspal, avtur, gasoline.
Teknologi pemisahan yang hemat energi dan efektif sangat dibutuhkan dalam keberlanjutan industri kimia dan petrokimia.
Salah satu permasalahan utama dalam pemisahan adalah saat terdapat campuran senyawa kimia yang memiliki kondisi tidak ideal (azeotrop), dan atau titik didih yang sangat dekat antara satu senyawa dengan senyawa lainnya.
Secara konvensional, dibutuhkan teknologi yang kompleks dan mahal untuk mendapatkan produk dengan kemurnian tinggi jika di dalam senyawa kimia yang akan dipisahkan terdapat permasalahan tersebut. Terdapat bermacam proses pemisahan yang umumnya beroperasi secara individu, seperti: distilasi, ekstraksi, membran, dan absorpsi.
Disertasi ini menawarkan pendekatan teknologi hybrid yang secara signifikan dapat mengurangi kebutuhan biaya dan energi demi keberlangsungan industri, pemaksimalan potensial masing-masing teknologi pemisahan yang digabungkan serta mengeliminasi kekurangan dari masing-masing teknologi tersebut.
Teknologi hybrid ini didesain dengan pendekatan melalui proses simulasi, dengan menggunakan simulator komersial yang umumnya digunakan di industri.
Perjuangan Selama 3,5 Tahun
Menurut Rio, demikian ia dipanggil, teorinya disusun selama 3,5 tahun dengan berbagai kesulitan, seperti data eksperimen yang belum ada untuk senyawa tertentu, sehingga harus melakukan eksperimen untuk pengujian sebelum membuat desain teknologi hybrid tersebut.
Selain itu, model membran yang tidak terdapat dalam simulator, sehingga pembuatan model matematis diperlukan terlebih dahulu sebelum menawarkan desain.
Dalam disertasi ini, terdapat berbagai contoh studi kasus pada industri kimia di mana teknologi hybrid yang diajukan menunjukkan performa yang lebih baik (dari segi biaya dan ramah lingkungan) dibandingkan teknologi konvensional yang saat ini digunakan di industri.
Setelah lulus, Rio mengaku akan bekerja sebagai konsultan teknik kimia di kota Ulsan, tepatnya di kawasan industri "Onsan Industrial Complex" di mana terdapat "Onsan Refinery"-- kilang minyak terbesar ke-5 di seluruh dunia dengan kapasitas sebesar 669.000 barrel per hari.
"Di sana saya akan belajar lebih dalam mengenai teknologi tingkat tinggi dalam proses pemisahan senyawa industri kimia, khususnya implementasi secara nyata. Sehingga, besar harapannya semua teknologi tingkat tinggi, termasuk teknologi hybrid ini dapat diimplementasikan secara masif di industri kimia dan petrokimia yang terdapat di Indonesia," ujar pria kelahiran 1991 ini.
Manfaat yang diharapkan dengan teknologi ini adalah didapatkan laju produksi industri kimia yang semakin meningkat dengan biaya modal dan biaya operasi yang rendah serta gas buang ke lingkungan yang rendah.
Saksikan juga video berikut ini:
Advertisement