Wartawan AS Tewas di Sudan Selatan, Dibunuh atau...

Departemen Luar Negeri AS mengonfirmasi bahwa wartawan AS Christhoper Allen tewas dalam saat meliput konflik di Sudan Selatan.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 28 Agu 2017, 07:48 WIB
Diterbitkan 28 Agu 2017, 07:48 WIB
Milisi Sudan Selatan Bakar Penduduk Hidup-Hidup hingga Tewas
Milisi Sudan Selatan Bakar Penduduk Hidup-Hidup hingga Tewas (AFP)

Liputan6.com, Juba - Seorang wartawan Amerika Serikat dilaporkan tewas di Sudan Selatan.Departemen Luar Negeri AS mengonfirmasi bahwa Christhoper Allen tewas pada Sabtu, 26 Agustus 2017.

"Kami bisa memastikan bahwa warga AS, Christopher Allen, tewas di Sudan Selatan pada 26 Agustus 2017 saat bekerja sebagai wartawan. Kami mengucapkan belasungkawa pada keluarga Allen," kata pernyataan Deplu AS seperti dikutip dari CNN, Senin (28/8/2017).

"Kedutaan siap menyiapkan seluruh bantuan. Demi menghormati keluarga Allen, kami tak ada komentar lebih lanjut," keterangan Deplu AS menambahkan.

Menurut radio pemerintah Sudan Selatan, Allen adalah satu dari 19 orang yang tewas dalam pertempuran antara pasukan pemerintah dengan pemberontak di negara bagian Yei River. 

"Christopher Allen, yang bekerja untuk berbagai kantor berita berita, tewas dalam pertempuran sengit di Kota Kaya," kata South Sudan Broadcast Corporation, mengutip pemberontak dan pejabat militer.

NBCNews mengutip juru bicara oposisi, William Gatjiath Deng, menyebut, Allen dan dua jurnalis lainnya menghabiskan waktu selama dua pekan bersama pemberontak di Kota Bazi, dekat Kaya di mana barak mereka diserang oleh tentara pemerintah. 

Deng mengatakan, Allen ditembak mati dan dua pemberontak dibunuh. Ia juga mengonfirmasi dua wartawan lainnya --yang belum diketahui kewarganegaranya-- masih bersama pasukan pemberontak. Keduanya dikabarkan akan melarikan diri ke Uganda.  

Perang Saudara yang Tak Berkesudahan

Sudan Selatan memperoleh kemerdekaan pada 2011 setelah 98 persen penduduk memilih untuk melepaskan diri dari Sudan.

Negara termuda di dunia itu dengan cepat jatuh ke dalam perang saudara karena isu etnis.

Pada Desember 2013, tentara dari kelompok etnis Dinka di mana Presiden Salva Kiir berasal, mencoba melucuti senjata tentara etnis Nuer yang dianggap setia pada Wakil Presiden Riek Machar yang kemudian digulingkan. Hal ini kemudian memicu pertempuran dan mengobarkan ketegangan etnis di Sudan Selatan.

Etnis Dinka merupakan mayoritas di Sudan Selatan, diikuti etnis Nuer di tempat kedua.

Awal bulan ini, PBB memperkirakan bahwa konflik tersebut telah menyebabkan 1,89 juta orang mengungsi, sementara 1.997 juta lainnya adalah pengungsi di negara-negara tetangga.

Lebih dari 6 juta penduduknya dikategorikan kelaparan dan tak memiliki pertahanan pangan.

 

Saksikan juga video berikut ini

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya