Liputan6.com, Idlib - Beberapa rumah sakit di Provinsi Idlib yang dikuasai pemberontak Suriah menjadi sasaran serangan udara pada Selasa, 19 September 2017 waktu setempat. Demikian dilaporkan media aktivis lokal dan sebuah kelompok pemantau.
Sejauh ini, seperti dikutip dari CNN, Rabu (20/9/2017), jumlah rumah sakit yang diserang maupun korban meninggal akibat insiden tersebut masih simpang siur dan belum dapat dipastikan.
Baca Juga
Kelompok aktivis Idlib Media Center mengatakan bahwa serangan melanda layanan di Rumah Sakit Al-Rahma di Kota Khan Sheikhoun, Rumah Sakit Orient di Kafr Nabl, dan sebuah Rumah Sakit Kebidanan di Desa Al-Tah. Tiga perawat dilaporkan tewas di rumah sakit lain di Al-Tah yang tetap beroperasi hingga kini.
Advertisement
Kendati demikian, jumlah korban tersebut berbeda dengan yang disampaikan Direktur Pertahanan Sipil Suriah di Idlib yang lebih dikenal dengan nama White Helmets.
"Satu perawat tewas dalam serangan udara di tiga rumah sakit. Dua markas kelompok tersebut dan sebuah tim di lapangan juga menjadi target serangan," ujar Yusuf kepada CNN.
Menurut Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia yang berbasis di Inggris, serangan udara mematikan pada Selasa ini merupakan yang pertama di Idlib dalam beberapa bulan.
Sejauh ini belum diketahui siapa yang melakukan serangan udara tersebut, meski sebelumnya pesawat rezim Rusia dan Suriah telah mengebom daerah-daerah di Provinsi Idlib.
Salah satu layanan kesehatan yang menjadi target serangan terbaru ini, Rumah Sakit Al-Rahma, sebelumnya pernah diserang pada April lalu karena merawat korban serangan senjata kimia mematikan di wilayah Khan Sheikhoun.
Penyidik Suriah Mundur
Serangan terhadap sejumlah rumah sakit ini terjadi satu hari setelah Komisi Penyelidik Independen di Suriah mempresentasikan laporan terakhir tentang perang saudara ke Dewan Hak Asasi Manusia PBB di Jenewa.
Komisi tersebut menyatakan bahwa walaupun ada kemajuan yang lamban dalam de-eskalasi di beberapa wilayah di Suriah, warga sipil hingga kini masih mengalami pelanggaran hak asasi manusia dan pelecehan.
"Banyak dari mereka yang mengungsi dari daerah yang sebelumnya dikepung oleh pasukan pro-pemerintah sekarang berada di Idlib, di mana mereka menghadapi kesulitan untuk mengakses bantuan kemanusiaan," ujar ketua penyelidikan tersebut, Paulo Pinheiro, dalam sebuah pernyataan.
Pinheiro adalah satu dari dua komisaris yang masih bertahan dalam penyelidikan tersebut, setelah veteran jaksa Carla del Ponte mengundurkan diri dari penyelidikan pada Senin, 18 September. Sebelum keluar dari dewan, del Ponte mengatakan kepada duta besar Suriah bahwa dia meyakini bahwa pemerintahan Assad bertanggung jawab atas serangan kimia terhadap Khan Sheikhoun.
"... Menurut saya, berdasarkan unsur-unsur yang sudah kita miliki, pemerintah Suriah bertanggung jawab. Hari ini kami mendapat konfirmasi setelah penyelidikan komisi resmi. Jadi, sekarang kami meminta keadilan untuk para korban tersebut," ujar del Kata Ponte ketika itu.
Advertisement