Korut: Pidato Donald Trump di PBB Seperti 'Gonggongan Anjing'

Korea Utara mencemooh pidato Presiden Amerika Serikat Donald Trump di Sidang Majelis Umum PBB di New York.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 22 Sep 2017, 07:21 WIB
Diterbitkan 22 Sep 2017, 07:21 WIB
Presiden AS Donald Trump ketika menyampaikan pidato perdananya di Sidang Majelis Umum PBB pada 19 September 2017
Presiden AS Donald Trump ketika menyampaikan pidato perdananya di Sidang Majelis Umum PBB pada 19 September 2017 (AP Photo/Evan Vucci)

Liputan6.com, New York - Korea Utara mencemooh pidato Presiden Amerika Serikat Donald Trump di Sidang Majelis Umum PBB di New York pada Selasa 19 September 2017 lalu.

Menteri Luar Negeri Korut, Ri Yong Ho menyebut, pidato Trump --yang turut berisi ancaman untuk menghancurkan Korea Utara-- sama seperti 'gonggongan anjing'. Demikian seperti dilansir CNN, Jumat (22/9/2017).

Ri Yong-ho, yang turut berada di Sidang Majelis Umum PBB di New York --namun tidak hadir dalam sesi pidato Trump-- juga merasa 'kasihan' kepada para penasihat sang presiden ke-45 AS yang harus mendengar retorika semacam itu.

"Jika ia (Trump) pikir mampu menakuti kami (Korut) dengan menggonggong seperti anjing, sungguh itu hanya sebatas 'mimpi anjing'," jelas Ri Yong-ho.

'Mimpi anjing' merupakan ungkapan bangsa Korea yang digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang absurd atau tidak masuk akal.

Dalam pidato debutannya di PBB, presiden AS itu berikrar untuk meluluh lantakkan Korea Utara. Ia juga menjuluki pemimpin Korut, Kim Jong-un, 'Rocket man'.

"Rocket man tengah melaksanakan sebuah misi bunuh diri bagi dirinya dan negaranya," tutur Trump di Markas Besar PBB di New York pada Selasa lalu.

AS Tak Berencana Berdiskusi dengan Korut

Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson mengaku bahwa Negeri Paman Sam tidak berencana untuk berdiskusi dengan Korea Utara pada Sidang Majelis Umum PBB.

Tillerson mengatakan, "Diskusi mumpuni dengan Korut tak yakin dapat dilakukan, karena kami tidak tahu cara mereka berkomunikasi dan bersikap."

Hingga kini, tak jelas apakah AS benar-benar akan mengabaikan Korut begitu saja pada Sidang Majelis Umum PBB yang dijadwalkan berlangsung pada 18 hingga 23 September.

Di sisi lain, pertemuan dengan Jepang dan Korea Selatan di New York adalah suatu bentuk kepastian. Diskusi antara AS dengan dua negara yang bertetangga dengan Korut itu diprediksi akan membahas seputar Korut, seperti rencana penjatuhan sanksi baru serta isu rudal nuklir Kim Jong-un.

Sekilas Pidato Trump di PBB

Donald Trump telah menyampaikan pidato perdananya di hadapan Sidang Majelis Umum PBB ke-72 di New York, Amerika Serikat. Dalam isu global, pidato Trump menargetkan Korea Utara, Iran, dan Venezuela.

Trump mengawali pidatonya dengan mengucapkan terima kasih kepada para pemimpin dunia yang berniat membantu AS pasca-terjangan Badai Harvey dan Badai Irma. "Saya ingin memulainya dengan mengungkapkan apresiasi kepada seluruh pemimpin di ruangan ini yang telah menawarkan bantuan. Rakyat Amerika kuat dan tangguh, dan mereka akan bangkit dari kesulitan-kesulitan ini lebih cepat dari sebelumnya".

Setelahnya, Trump mulai memamerkan sederetan hal yang ia klaim sebagai prestasi dari kemenangannya dalam ajang Pilpres AS 2016. "Saham berada pada titik tertinggi sepanjang masa, ini sebuah rekor. Pengangguran berada pada titik terendah dalam 16 tahun terakhir, kita memiliki lebih banyak pekerja di AS saat ini dibanding sebelumnya. Perusahaan-perusahaan bangkit kembali, menciptakan lapangan kerja, keadaan yang lama tidak pernah terlihat di negara kita dan baru saja diumumkan bahwa kita akan menghabiskan nyaris US$ 700 miliar untuk militer dan pertahanan kita. Militer kita akan segera menjadi yang terkuat yang pernah ada."

Dalam kesempatan yang sama, Trump juga menegaskan bahwa AS akan selamanya menjadi teman baik dunia, terutama sekutu-sekutunya. "Namun kita tidak lagi bisa dimanfaatkan atau masuk dalam satu kesepakatan di mana AS tidak mendapat imbalan apa pun. Selama saya menjabat, saya akan membela kepentingan AS di atas segalanya, tapi dalam memenuhi kewajiban kita terhadap negara ini, kita juga menyadari bahwa adalah kepentingan setiap orang untuk mencari masa depan di mana setiap negara bisa berdaulat, makmur, dan aman".

"Kami menginginkan harmoni dan persahabatan, bukan konflik dan perselisihan. Kami dipandu oleh hasil, bukan ideologi. Kami memiliki kebijakan berprinsip realisme, berakar pada tujuan, kepentingan dan nilai bersama," ujar Trump.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya