Pertama Kali, AS Punya Infanteri Perempuan

Seorang perempuan anggota Marinir AS mencetak sejarah dengan menjadi perempuan pertama yang lulus pelatihan infanteri.

oleh Citra Dewi diperbarui 26 Sep 2017, 12:35 WIB
Diterbitkan 26 Sep 2017, 12:35 WIB
Marinir AS
Perempuan pertama yang jadi petugas infanteri (Korps Marinir AS)

Liputan6.com, Quantico - Seorang perempuan yang merupakan anggota Marinir Amerika Serikat mencetak sejarah, dengan menjadi perempuan pertama yang menyelesaikan pelatihan untuk menjadi infanteri. Meski pelatihan tersebut dikenal sangat berat dan melelahkan.

Perempuan berpangkat letnan yang tak ingin mengungkap identitasnya, lulus pelatihan di Quantico, Virginia, pada 25 September 2017. Ia akan segera ditugaskan untuk memimpin sebuah peleton beranggotakan 40 orang di Kamp Pendleton, California.

Komandan Korps Marinir Jenderal Robert Neller kemudian mengunggah foto perempuan itu. Neller mengatakan bahwa dirinya bangga dengan kelulusan perempuan tersebut dan juga rekan-rekannya sesama pemimpin.

Korps Marinir mengunggah sebuah video di Twitter, yang menunjukkan bahwa petugas perempuan itu melakukan latihan di pegunungan bersama rekan laki-lakinya.

Dikutip dari BBC, Selasa (26/9/2017), terdapat 1,4 juta pasukan aktif di pasukan bersenjata Amerika Serikat, di mana 15 persen di antaranya adalah perempuan.

Pada Maret 2016, mantan Presiden Barack Obama membuka semua posisi militer untuk perempuan, termasuk unit tempur.

Latihan selama 13 pekan itu dimulai sejak Juli. Dari 131 marinir, hanya 88 orang yang lulus.

Latihan itu ditujukan untuk mendidik calon perwira dalam kepemimpinan, keterampilan infanteri, dan karakter yang dibutuhkan untuk bertugas sebagai komandan peleton infanteri.

Biasanya, sekitar seperempat peserta akan gugur dalam pelatihan. 10 persen di antaranya 'kalah' di hari pertama.

 

Penambahan Tentara Perempuan

Pada tahun ini, Korps AL AS pun kabarnya mendorong lebih keras untuk melakukan perekrutan perempuan.

Dalam sebuah opini untuk New York Times, mantan kapten Marinir Teresa Fazio mengatakan bahwa perwira perempuan Amerika Serikat menjadi aset berharga di Afghanistan.

"Pasukan perempuan sangat berharga untuk bertugas mencari warga dari rumah ke rumah dan berkomunikasi dengan perempuan setempat, mendapatkan akses dan informasi, karena biasanya pasukan pria tak memperoleh hal tersebut," ujar Fazio.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya