Korut Akan Bebaskan Nelayan Korsel yang Ditangkap

Korea Utara mengatakan bahwa pihaknya akan membebaskan kapal nelayan milik Korea Selatan yang sempat ditahan.

oleh Citra Dewi diperbarui 27 Okt 2017, 14:31 WIB
Diterbitkan 27 Okt 2017, 14:31 WIB
Kim Jong-un Saksikan Langsung Peluncuran Rudal Balistik
Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-Un mengawasi langsung uji coba peluncuran rudal balistik Hwasong-12 di lokasi yang tak diketahui pada foto yang dirilis Sabtu (16/9). Kim Jong-Un bersumpah akan menyempurnakan kekuatan nuklir negaranya. (KCNA/KNS via AP)

Liputan6.com, Pyongyang - Korea Utara mengatakan bahwa pihaknya akan membebaskan kapal nelayan milik Korea Selatan. Kapal yang disita enam hari lalu itu, melintas secara ilegal ke perairain Korut.

"Kapal dan awaknya akan dibebaskan di perbatasan militer di Laut Timur," demikian laporan dari media Korut, KCNA.

Menurut KCNA, keputusan tersebut dibuat setelah awak kapal meminta maaf atas pelanggaran tersebut.

Korut mengatakan, pembebasan kapal nelayan yang akan dirilis pada Jumat 26 Oktober 2017 itu dilakukan setelah para awak kapal berulang kali meminta keringanan hukuman.

Dikutip dari BBC, Jumat (27/10/2017), Korut menambahkan, pihaknya telah membuktikan bahwa kapal nelayan itu telah memasuki perairan Korea Utara pada 21 Oktober 2017.

Menanggapi hal tersebut, juru bicara pemerintah Korea Selatan mengatakan bahwa pihaknya merasa lega setelah awak kapal akan dikembalikan.

Bukan merupakan hal yang aneh jika kapal-kapal nelayan dari kedua negara masuk ke perairan terlarang.

Pada Agustus 2010, sebuah kapal nelayan Korsel hilang di Laut Jepang. Ternyata, kapal tersebut ditahan oleh Korea Utara.

Korut mengatakan bahwa kapal tersebut disita karena telah mengambil ikan di zona ekonomi eksklusifnya.

 

Penangkapan Nelayan di Tengah Situasi yang Memanas

Insiden terbaru itu terjadi di tengah latihan militer yang sedang berlangsung di wilayah tersebut. Hal itu dilakukan setelah Korut berusaha mewujudkan ambisi nuklirnya dan Korsel mengerahkan sistem pertahanan rudal yang didukung AS.

Awal bulan ini, AS dan Korea Selatan juga memulai latihan militer gabungan di perairan sekitar Semenanjung Korea, yang melibatkan jet temput, kapal perusak, dan kapal induk.

Pyongyang menganggap latihan militer tersebut sebagai 'latihan perang' dan mengecam aktivitas itu.

Sementara itu pada Jumat 27 Oktober 2017, Menteri Pertahanan AS James Mattis terbang ke Seoul untuk melakukan pembicaraan pertahanan tahunan dengan Korea Selatan. Aktivitas itu merupakan bagian dari tur Asia.

Sebelumnya, Mattis mengatakan bahwa kunjungannya ke Asia akan menegaskan bahwa AS dengan tegas berada di jalur diplomatik untuk resolusi Korut.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya