Liputan6.com, Washington, DC - Usai serangan maut teror truk di New York City yang menewaskan 8 orang, Presiden Donald Trump mengecam tindakan itu sebagai aksi yang dilakukan orang sakit dan gila dalam Twitternya.
Tak hanya itu, Presiden Trump juga berkicau memerintahkan kepada Kementerian Dalam Negeri untuk mengaktifkan pengetatan program pengecekan kepada orang asing yang ingin datang ke AS.
Baca Juga
"Saya sudah memerintahkan kepada Keamanan Dalam Negeri, untuk meningkatkan program yang telah berjalan, yakni Extreme Vetting Program atau pemeriksaan ekstrem," kicau Trump dalam Twitternya, seperti dikutip dari Business Insider pada Rabu (1/11/2017).
Advertisement
Sayfullo Habibullaevic Saipov --berasal Uzbekistan yang dilaporkan tinggal di Florida dan New Jersey secara legal-- diduga sebagai pelaku serangan truk maut ke pedestrian dan pesepeda di Manhattan.
Saipov menggunakan truk dari perusahaan penyewaan Home Depo untuk melancarkan aksinya. Dia kemudian ditembak di perut oleh seorang petugas polisi, dan setelah operasi, diharapkan pemuda 29 tahun itu bisa bertahan.
CNN dan NBC melaporkan bahwa dia meninggalkan sebuah catatan di truk tersebut yang mengklaim dia melakukan serangan atas nama ISIS.
"Kita tidak boleh membiarkan ISIS kembali, atau masuk, ke negara kami setelah mengalahkan mereka di Timur Tengah dan tempat lain," kicau Trump.
Mengutip masalah keamanan, Trump sebelumnya mengatakan bahwa pemerintahnya mengambil langkah untuk mencegah serangan teroris masa depan di AS. Untuk mencapai tujuan itu, Trump mengembangkan sistem screening pengungsi dan larangan masuk bagi warga dari negara-negara mayoritas Muslim. Trump akhirnya memodifikasi larangan tersebut dengan mengganti negara "berisiko tinggi".
Uzbekistan, bagaimanapun, tidak termasuk dalam daftar negara yang disasar Trump.
Donald Trump sebelumnya telah berbicara tentang proses pemeriksaan ekstremnya setelah sejumlah serangan teroris besar di dunia.
"Bagaimanapun, kami akan melakukan EXTREME VETTING bagi orang yang datang ke AS untuk membantu menjaga negara kita tetap aman," ujar Trump dalam Twitter pasca-serangan teror London pada bulan Juni. "Pengadilannya lamban dan politis!"