Perjalanan Panjang Hosni Mubarak

Kekuasaan Mubarak selama hampir 30 tahun dilandasi dengan penindasan politik yang dibenarkan sebagai harga dari sebuah kestabilan negara. Oposisinya dalam memerangi ekstrimisme Islam telah membuatnya terkenal di dunia barat.

oleh Liputan6 diperbarui 30 Jan 2011, 22:34 WIB
Diterbitkan 30 Jan 2011, 22:34 WIB
110130ahosni-mubarak1.jpg
Liputan6.com, Kairo: Presiden Mesir Hosni Mubarak memulai karier politiknya sebagai seorang teknokrat yang ambisius dan menjunjung tinggi efisiensi. Sosok itulah yang akhirnya membuat hati rakyat Mesir menaruh harapan besar pada Mubarak sehingga bisa memimpin lebih dari lima periode.

Pria kelahiran 1928 itu sempat menempuh pendidikan di akademi militer nasional sebelum bergabung dengan angkatan udara. Mubarak meraih gelar Bachelor's Degree untuk pengetahuan militer pada 1949. Setelah menyelesaikan pendidikannya, ia bergabung dengan Akademi Angkatan Udara dan kembali meraih gelar Bachelor's Degree untuk pengetahuan aviation. Mubarak yang dikenal rajin juga mengajar di Akademi Angkatan Udara pada periode 1952-1959.

Di bawah Konstitusi Mesir 1971, Presiden Mubarak memiliki kuasa yang luas atas Mesir. Bahkan, dia dianggap banyak orang sebagai seorang diktator, meskipun moderat. Ia dikenal karena posisinya yang netral dalam Konflik Israel-Palestina dan sering terlibat dalam negosiasi antar kedua pihak. Karena itulah akhirnya, Mubarak dipromosikan untuk menjadi kepala angkatan udara dan kemudian wakil menteri pertahanan.

Di tahun 1979, ia menjabat Wakil Presiden Partai Demokratik Nasional (NDP) dan langsung menjabat Presiden Republik Arab Mesir pada 1981. Dia menggantikan Presiden Anwar Al Sadat yang terbunuh pada 6 Oktober 1981 oleh kelompok radikal.

Kekuasaan Mubarak selama hampir 30 tahun dilandasi dengan penindasan politik yang dibenarkan sebagai harga dari sebuah kestabilan negara. Oposisinya dalam memerangi ekstrimisme Islam telah membuatnya terkenal di dunia barat. Namun, sosok Mubarak yang menjadi panutan rakyatnya menghilang seiring bertambahnya usia.

Mubarak bukanlah lagi ayah dari setiap warga Mesir seperti yang dulu sering diserukan para warga. Umurnya yang semakin senja menjadikannya tidak seproduktif sedia kala. Untuk itulah warga yang kecewa dengan kinerjanya menuntut dirinya segera menyerahkan jabatan yang dipegangnya kepada orang yang lebih pantas.

Berbagai cara dilakukan para demonstran untuk menggulingkan Mubarak. Mereka membakar kendaraan pihak keamanan serta bangunan-bangunan milik pemerintah daerah. Aksi anarkis terjadi setelah warga Tunisia berhasil menggulingkan kekuasaan Presiden Zine El Abidine Ben Ali dengan berunjuk rasa.(theaustralian/ULF)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya