Lumba-Lumba Langka Ditemukan di Papua Nugini

Peneliti menemukan dua spesies lumba-lumba langka di sebuah aliran sungai Papua Nugini yang terpencil.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 08 Des 2017, 08:42 WIB
Diterbitkan 08 Des 2017, 08:42 WIB
Ilustrasi Lumba-Lumba
Ilustrasi Lumba-Lumba

Liputan6.com, Port Moresby - Peneliti dari James Cook University dan Universitas Papua Nugini menemukan lumba-lumba snubfin dan lumba-lumba punggung bungkuk (humpback) asal Australia yang hidup di Delta Kikori, di Provinsi Gulf, sebelah barat ibu kota Port Moresby.

Peneliti senior James Cook University, Isabel Beasley, mengatakan bahwa ini adalah satu-satunya penemuan di luar Australia di mana lumba-lumba snubfin langka terlihat. Demikian seperti dikutip dari Australia Plus, Jumat (8/12/2017).

"Sepertinya Delta Kikori merupakan satu-satunya tempat dari seluruh wilayah Papua Nugini dan Kepulauan Pasifik, di mana lumba-lumba snubfin ditemukan," ucap Beasley.

Para peneliti akan menyelidiki apakah penemuan ini menunjukkan mamalia laut mengikuti pola yang sama dengan hewan daratan Australasia dan Asia, yang terpisah oleh Garis Wallace yang terbentang di antara Lombok dan Bali.

"Secara umum, mereka tampaknya bergerak mengikuti Garis Wallace. Selanjutnya akan dilihat pergerakan kelompok hewan tersebut di Kepulauan Indonesia dan Papua, di mana mereka akan melewati batas dan apa motifnya.

Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN) mengakui pentingnya penemuan ini, dengan menunjuk aliran sungai itu sebagai Kawasan Penting bagi Mamalia Laut (IMMA).

Kawasan itu juga mencakup bagian Bismark, daerah yang sekarang menjadi bagian dari IMMA untuk target penambangan dasar laut eksperimental.

Beasley mengatakan bahwa aliran Sungai Kikori saat ini membutuhkan perlindungan dan konservasi dari pihak lokal.

"Ini adalah sebuah penemuan besar. Saat ini, sangat penting untuk bekerja sama dengan pemerintah, NGO, dan masyarakat setempat, untuk memastikan bahwa kita dapat melestarikan populasi mamalia laut yang sangat kecil dan terbatas di Delta Kikori," ujarnya.

Penelitian ini didanai oleh Exxon-Mobil, yang mengoperasikan proyek Gas Alam Papua Nugini dan sebagian berada di Propinsi Gulf.

Tim peneliti juga bekerja sama dengan Badan Konservasi dan Perlindungan Lingkungan dan Museum Nasional dan Galeri Seni Papua Nugini.

Tim dari James Cook University mengatakan, pihaknya akan melanjutkan penelitian di Delta Kikori dan memperluas studinya ke daerah Laut Bismark bersama mitra mereka di Papua Nugini.

 

Tengkorak Korban Tsunami Tertua di Dunia

Penemuan unik lainnya juga ditemukan di Papua Nugini, yakni sebuah tengkorak kuno yang diyakini merupakan milik korban tsunami tertua yang pernah diketahui.

Tengkorak tersebut ditemukan pada 1929, di dekat Kota Aitape. Menurut ilmuwan, tengkorak itu merupakan milik spesies Homo erectus, nenek moyang manusia modern.

Sementara itu, para ilmuwan mengatakan bahwa area tersebut dahulu adalah laguna pesisir yang dihantam tsunami sekitar 6 ribu tahun lalu.

Mereka meyakini, tengkorak itu merupakan milik seseorang yang tewas dalam terjangan gelombang gergasi.

Penemuan itu dilakukan setelah tim internasional membandingkan sedimen dari area tersebut, dengan tanah dari wilayah di dekatnya yang dihantam tsunami mematikan pada 1998.

"Ketika kerangka itu diamati dengan seksama, kita juga memberi perhatian pada sedimen tempat mereka digali," ujar penulis pertama studi tersebut, Profesor James Goff, dari University of New South Wales.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya