Liputan6.com, Amman - Di tengah krisis Yerusalem yang tengah memanas, Wakil Presiden Amerika Serikat Mike Pence melakukan lawatan maraton kenegaraan resminya ke Yordania dan Israel pada 21 - 22 Januari 2018 waktu setempat.
Kunjungan itu menandai pertama kalinya pejabat tinggi setaraf pemimpin negara dari AS bertandang ke dua negara yang dekat dan terlibat langsung dalam pusaran isu Al Quds Al Sharif.
Di Amman, Pence telah berdiskusi dengan Raja Abdullah II dari Yordania. Usai dialog tersebut, keduanya menyatakan 'setuju untuk tak sepakat' terkait langkah unilateral AS yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Demikian seperti dikutip dari The Guardian (22/1/2018).
Advertisement
Baca Juga
"Teman (sebagaimana Pence mengasosiasikan relasinya dengan Raja Abdullah) terkadang tak sepakat. Dan kami 'setuju untuk tak sepakat' pada keputusan AS untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel," kata Pence usai berdialog dengan Raja Abdullah.
"Namun, kami setuju agar seluruh pihak kembali ke meja negosiasi, dimana Pemerintah Palestina telah absen dari negosiasi damai langsung sejak 2014," tambahnya.
Pence juga mengatakan bahwa AS tetap berkomitmen pada solusi dua negara dan menyatakan amat menghargai peran Yordania sebagai penjaga situs suci di Yerusalem.
Sementara itu, Raja Abdullah mendeskripsikan pertemuannya dengan Pence sebagai upaya untuk 'membangun kembali rasa percaya dan kepercayaan diri kedua negara' demi mencapai solusi dua negara, Palestina dan Israel.
Beberapa jam sebelum dialog itu berlangsung Raja Abdullah juga telah mengatakan bahwa Yordania tetap mendukung agar 'Yerusalem Timur menjadi ibu kota negara Palestina yang merdeka, hidup bersandingan bersama Israel'.
Agenda Pence Di Israel
Usai dari Yordania, Wapres Pence segera melakukan lawatan resmi ke Israel, dimana ia akan bertemu dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Pence juga dikabarkan akan memberikan pidato di Parlemen Israel di Yerusalem, dimana Netanyahu juga akan hadir dalam prosesi tersebut.
Namun hingga berita ini turun, pertemuan Pence - Netanyahu dikabarkan masih berlangsung. Atau, jikapun pertemuan itu sudah selesai, keduanya belum memberikan keterangan pers resmi.
Tete-a-tete Pence bersama Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu juga diprediksi akan cenderung berlangsung lebih hangat, ketimbang pertemuannya dengan Raja Abdullah yang dinilai 'tegang' oleh media Barat.
PM Netanyahu sendiri, beberapa jam sebelum Pence tiba di Tel Aviv, menyebut Pence sebagai 'teman baik negara Israel'. Ia juga mengatakan bahwa keduanya akan membahas isu agresi dan nuklir Iran serta perdamaian dan keamanan di kawasan.
Â
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement