Liputan6.com, Davos - Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyinggung "media palsu" di World Economic Forum (WEF) 2018 di Davos, Swiss.
"Baru setelah saya menjadi politikus, saya menyadari betapa nakal, betapa jahat, betapa kejam, dan betapa palsunya pemberitaan di media-media ternama," kata Donald Trump, seperti dilansir The Independent, Jumat (26/1/2018).
Baca Juga
Sembari mengarahkan jari telunjuknya ke arah awak media yang hadir di WEF 2018, ia melanjutkan: "... seperti saat kamera mulai dimatikan di belakang."
Advertisement
Tak pelak, komentar itu disambut nyinyiran bercampur ejekan dan tawa dari hadirin.
"Tapi secara keseluruhan, intinya ... seseorang berkata, 'Yah mereka mungkin tidak seburuk yang dibayangkan, karena di sinilah kita sekarang, menjadi presiden'," ucapnya.
Ishaan Tharoor, seorang reporter The Washington Post, mengunggah status di akun Twitter-nya. Ia menanggapi selorohan Donald Trump, di mana ia juga hadir di acara bergengsi itu.
"Jurnalis asing yang duduk di sebelah saya mencemooh omongan Trump terhadap pers," tulisnya.
Donald Trump--Presiden AS yang pertama hadir di WEF dalam 20 tahun-- membawa slogan "America First"-nya di hadapan para pemimpin politik dan pebisnis dari seluruh dunia.
"Saya akan selalu menomorsatukan Amerika, seperti para pemimpin negara lain yang juga menomorsatukan negara mereka," katanya.
"Tapi 'America First' bukan berarti berarti Amerika yang bergerak sendiri. Ketika Amerika Serikat berkembang, negara-negara lain juga ikut tumbuh."
Pria berusia 71 tahun tersebut mengklaim bahwa ia telah membuka 2,4 juta lapangan pekerjaan sejak menempati Gedung Putih. Ia juga menegaskan bahwa Amerika terbuka untuk bisnis dan siap bersaing sekali lagi.
Pidato Trump Dibayangi Ancaman Walk Out
Sebelumnya, sejumlah peserta World Economic Forum di Davos, Swiss berencana untuk keluar dari ruang forum (walk out) saat pidato Presiden AS Donald Trump, yang dijadwalkan akan berlangsung pada Jumat, 26 Januari 2018 waktu setempat.
Rencana walk out itu ditujukan untuk memprotes ucapan Trump yang mencemooh negara-negara di Afrika sebagai "negara lubang dubur" beberapa pekan lalu. Demikian seperti dikutip dari media politik AS, Quartz (25/1/2018).
Penggagas pertama rencana itu adalah CEO Business Leadership Afrika Selatan, Bonang Mohale--yang kemudian diikuti oleh sejumlah peserta WEF lain--melalui sebuah surat terbuka.
Mohale mengatakan, mereka ingin Donald Trump mengakui bahwa sang miliarder nyentrik telah mengatakan sesuatu yang tak pantas, meminta maaf, dan menyatakan bahwa ia menyesal telah melakukannya.
"Hanya itu yang kami pinta, untuk meminta maaf," timpal Luvuyo Rani, CEO Silulo Ulutho Technologies, perusahaan internet Afrika Selatan.
Sejumlah peserta forum berpendapat, langkah walk out itu dinilai akan memberikan pesan yang kuat dan efektif kepada Donald Trump, ketimbang memboikot sepenuhnya pelaksanaan WEF saat sang presiden berpidato pada Jumat nanti.
Advertisement