Sikap Donald Trump yang Memusuhi Media Terbawa hingga Swiss

Saat berpidato di hadapan para undangan World Economy Forum 2018, Donald Trump menyinggung soal media palsu. Seperti apa reaksi mereka?

oleh Afra Augesti diperbarui 27 Jan 2018, 07:36 WIB
Diterbitkan 27 Jan 2018, 07:36 WIB
Donald Trump dan Netanyahu Bahas Ulang Yerusalem Sebagai Ibu Kota Israel
Presiden AS Donald Trump di sela Forum Ekonomi Dunia, Davos (25/1). Dalam pertemuannya Trump mengatakan Palestina sudah 'tidak menghormati' terkait keputusan kontroversialnya mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. (AP Photo / Evan Vucci)

Liputan6.com, Davos - Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyinggung "media palsu" di World Economic Forum (WEF) 2018 di Davos, Swiss.

"Baru setelah saya menjadi politikus, saya menyadari betapa nakal, betapa jahat, betapa kejam, dan betapa palsunya pemberitaan di media-media ternama," kata Donald Trump, seperti dilansir The Independent, Jumat (26/1/2018).

Sembari mengarahkan jari telunjuknya ke arah awak media yang hadir di WEF 2018, ia melanjutkan: "... seperti saat kamera mulai dimatikan di belakang."

Tak pelak, komentar itu disambut nyinyiran bercampur ejekan dan tawa dari hadirin.

"Tapi secara keseluruhan, intinya ... seseorang berkata, 'Yah mereka mungkin tidak seburuk yang dibayangkan, karena di sinilah kita sekarang, menjadi presiden'," ucapnya.

Ishaan Tharoor, seorang reporter The Washington Post, mengunggah status di akun Twitter-nya. Ia menanggapi selorohan Donald Trump, di mana ia juga hadir di acara bergengsi itu.

"Jurnalis asing yang duduk di sebelah saya mencemooh omongan Trump terhadap pers," tulisnya.

Donald Trump--Presiden AS yang pertama hadir di WEF dalam 20 tahun-- membawa slogan "America First"-nya di hadapan para pemimpin politik dan pebisnis dari seluruh dunia.

"Saya akan selalu menomorsatukan Amerika, seperti para pemimpin negara lain yang juga menomorsatukan negara mereka," katanya.

"Tapi 'America First' bukan berarti berarti Amerika yang bergerak sendiri. Ketika Amerika Serikat berkembang, negara-negara lain juga ikut tumbuh."

Pria berusia 71 tahun tersebut mengklaim bahwa ia telah membuka 2,4 juta lapangan pekerjaan sejak menempati Gedung Putih. Ia juga menegaskan bahwa Amerika terbuka untuk bisnis dan siap bersaing sekali lagi.

Pidato Trump Dibayangi Ancaman Walk Out

Donald Trump
Presiden Amerika Serikat Donald Trump saat berbicara kepada para wali kota di East Room, di Gedung Putih, Washington, 24 Januari 2018. (AP)

Sebelumnya, sejumlah peserta World Economic Forum di Davos, Swiss berencana untuk keluar dari ruang forum (walk out) saat pidato Presiden AS Donald Trump, yang dijadwalkan akan berlangsung pada Jumat, 26 Januari 2018 waktu setempat.

Rencana walk out itu ditujukan untuk memprotes ucapan Trump yang mencemooh negara-negara di Afrika sebagai "negara lubang dubur" beberapa pekan lalu. Demikian seperti dikutip dari media politik AS, Quartz (25/1/2018).

Penggagas pertama rencana itu adalah CEO Business Leadership Afrika Selatan, Bonang Mohale--yang kemudian diikuti oleh sejumlah peserta WEF lain--melalui sebuah surat terbuka.

Mohale mengatakan, mereka ingin Donald Trump mengakui bahwa sang miliarder nyentrik telah mengatakan sesuatu yang tak pantas, meminta maaf, dan menyatakan bahwa ia menyesal telah melakukannya.

"Hanya itu yang kami pinta, untuk meminta maaf," timpal Luvuyo Rani, CEO Silulo Ulutho Technologies, perusahaan internet Afrika Selatan.

Sejumlah peserta forum berpendapat, langkah walk out itu dinilai akan memberikan pesan yang kuat dan efektif kepada Donald Trump, ketimbang memboikot sepenuhnya pelaksanaan WEF saat sang presiden berpidato pada Jumat nanti.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya