Misteri 20 Jenazah yang Ditemukan di Perairan Spanyol-Maroko

Menurut laporan, tim SAR setempat masih terus mencari keberadaan jenazah lain di sekitar Laut Mediterania, wilayah perairan Spanyol-Maroko.

oleh Afra Augesti diperbarui 05 Feb 2018, 17:00 WIB
Diterbitkan 05 Feb 2018, 17:00 WIB
Tim SAR Maroko
Sebuah kapal tim SAR Spanyol tiba di Tarifa, Spanyol selatan. Kapal patroli polisi Spanyol ini menemukan salah satu mayat yang ditemukan di Laut Mediterania pada hari Sabtu. (Marcos Moreno / AP)

Liputan6.com, Rabat - Tim SAR Maroko telah menemukan sekitar 20 jasad imigran dan pengungsi di kawasan Laut Mediterania atau Laut Tengah, kata seorang juru bicara wilayah Melilla, Spanyol.

Jasad tersebut ditemukan pada hari Sabtu oleh sebuah kapal berbendera Spanyol. Mereka kemudian menghubungi layanan darurat dari dua negara, yakni Maroko dan Spanyol.

Dia menambahkan, otoritas Maroko masih berupaya mencari jenazah lain yang mungkin tewas di perairan tersebut.

"Korban diidentifikasi berasal dari Mali, Guinea Conakry (Guinea), dan Cote d'Ivoire (Pantai Gading, Afrika Barat)," kata seorang aktivis dari Caminando Fronteras, Helena Maleno, yang mengatakan kepada surat kabar Spanyol El País, dilansir The Guardian, Minggu, 4 Februari 2018.

Penemuan jenazah ini menandakan bahwa imigran dan pengungsi semakin menyukai rute Mediterania barat mencapai Eropa. Mereka mengambil risiko dengan memotong jalur laut antara Afrika utara dan daratan selatan Spanyol.

Laut Mediterania adalah laut antarbenua yang terletak antara Eropa di utara, Afrika di selatan, dan Asia di timur yang mencakup wilayah seluas 2,5 juta kilometer persegi.

Negara-negara yang memiliki garis pantai dengan Laut Tengah, yaitu Albania, Aljazair, Bosnia dan Herzegovina, Britania Raya (Gibraltar, Akrotiri dan Dhekelia), Israel, Italia, Kroasia, Lebanon, Libya, Malta, Maroko, Mesir.

Selain itu, Monako, Montenegro, Palestina (Jalur Gaza), Prancis, Siprus, Siprus Utara, Slovenia, Spanyol, Suriah, Tunisia, Turki, dan Yunani.

 

Jumlah Pengungsi Meningkat

Pengungsi asal Pakistan berusaha bertahan setelah kapal yang ditumpangi terbalik di Laut Mediterania - AP
Pengungsi asal Pakistan berusaha bertahan setelah kapal yang ditumpangi terbalik di Laut Mediterania - AP

Menurut International Organization for Migration (IOM) atau Organisasi Migrasi Internasional -- yang bernaung di bawah PBB, Spanyol menjadi titik masuk terpopuler kedua bagi pengungsi dan imigran yang ingin ke Eropa.

Jumlahnya bahkan mencapai 1.279 orang.  Angka tersebut masih jauh lebih sedikit dibandingkan Italia yang mencapai 4.256 orang.

Pada tahun 2017, lebih dari 21.000 migran dan pengungsi tiba di Spanyol melalui jalur laut. Sebanyak 243 orang tewas dalam perjalanan sebelum sampai tujuan.

"Berapa lagi yang harus mati? Kita harus membangun kembali kebijakan yang adil di daerah perbatasan, membuat imigrasi legal menjadi lebih fleksibel, memperkuat kebijakan integrasi dan melindungi orang-orang yang menyelamatkan diri dari perang dan melindungi hukum internasional," ujar pemimpin Spanish Socialists Workers’ Party (PSOE) atau Partai Pekerja Sosialis Spanyol, Pedro Sánchez.

Spanyol menjadi titik masuk terpopuler bagi imigran yang ingin masuk ke Eropa.

Pada tahun 2017, lebih dari 119.000 migran dan pengungsi tiba di Italia melalui jalur laut, sedangkan 2.832 meninggal dalam perjalanan mereka, menurut IMO. 

Meski jumlahnya mengkhawatirkan, angka ini diklaim sebagai jumlah terendah yang pernah tercatat dalam empat tahun terakhir.

Pada 2016, IMO mencatat lebih dari 181.000 imigran tiba di Italia melalui jalur laut.

"Ini adalah berita yang sangat menyakitkan," ucap Ione Belarra, wakil juru bicara partai politik Spanyol, Podemos, di Kongres. Dia mengacu pada laporan baru tersebut.

"Saya menginginkan sebuah negara dengan kebijakan yang menjaga kehidupan manusia, melindunginya dan tidak memunculkan kematian dan penderitaan."

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya