Pertama Kali dalam Sejarah, Arab Saudi Gelar Festival Jazz

Laki-laki dan perempuan melenggang mengikuti alunan musik dalam festival jazz yang digelar di Riyadh, Arab Saudi selama tiga hari pada 23 - 25 Februari 2018

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 25 Feb 2018, 18:36 WIB
Diterbitkan 25 Feb 2018, 18:36 WIB
Muda-mudi Arab Saudi menyaksikan penampilan musisi jazz asal Lebanon, Chady Nashef di festival jazz di Riyadh -- acara pertama dalam sejarah negara tersebut -- yang digelar pada 23 - 25 Februari 2018 (Al Arabiya)
Muda-mudi Arab Saudi menyaksikan penampilan musisi jazz asal Lebanon, Chady Nashef di festival jazz di Riyadh -- acara pertama dalam sejarah negara tersebut -- yang digelar pada 23 - 25 Februari 2018 (Al Arabiya)

Liputan6.com, Riyadh - Laki-laki dan perempuan tampak melenggang mengikuti alunan musik dalam festival jazz yang digelar di Riyadh, Arab Saudi selama tiga hari pada 23 - 25 Februari 2018 -- pertama kalinya dalam sejarah negara yang memegang teguh konservatisme Islam itu.

Festival -- yang salah satu tujuannya digelar untuk melunturkan citra konservatisme Saudi -- itu menampilkan musisi jazz dari dalam dan luar negeri. Demikian seperti dikutip dari Strait Times (25/2/2018).

Sementara itu, seperti dikutip dari media pemerintah Arab Saudi Al Arabiya, lebih dari 6.000 tiket habis terjual, kata Abada Awad, CEO promotor festival.

Kerumunan penonton bernyanyi bersama saat musisi jazz Chady Nashef asal Lebanon melantunkan Hotel California-nya band Amerika Serikat Eagle -- menunjukkan sebuah momen yang tak biasa di mana pada tahun lalu, polisi agama di negara tersebut mengecam perhelatan semacam konser musik, menyebutnya sebagai hal yang berbahaya dan merusak iman.

Festival jazz itu disponsori oleh Otoritas Hiburan Umum Kerajaan Arab Saudi dan digelar di International Golf Club Riyadh. Turut tampil, trombonist AS terkenal, Delfeayo Marsalis, dan band jazz Inggris, Incognito yang mulai membuat musik pada tahun 1979 dan sempat bertengger di beberapa tangga lagu Inggris.

Demi Reformasi Sosial-Kultural dan Ekonomi

Muda-mudi Arab Saudi menyaksikan festival jazz di Riyadh -- acara pertama dalam sejarah negara tersebut -- yang digelar pada 23 - 25 Februari 2018 (Al Arabiya)
Muda-mudi Arab Saudi menyaksikan festival jazz di Riyadh -- acara pertama dalam sejarah negara tersebut -- yang digelar pada 23 - 25 Februari 2018 (Al Arabiya)

Gelaran festival jazz itu, dan ribuan lainnya yang akan dilakukan di Saudi sepanjang tahun ini, sebagian besar dimotivasi oleh motif ekonomi, bagian dari program reformasi Saudi Arabia Vision 2030 -- yang dilakukan untuk mendiversifikasi ekonomi dari minyak dan menciptakan lapangan kerja bagi kaum muda Saudi.

Festival semacam itu juga menandai perubahan dalam kehidupan sosial Saudi dan relaksasi pada segregasi gender secara bertahap, meskipun pembatasan tetap ada.

Pada festival tersebut jazz pekan ini misalnya, area di depan panggung terbagi menjadi dua bagian - satu untuk pria dan satu untuk wanita - namun, bagi yang datang bersama keluarga dapat duduk bercampur di area khusus di samping dan di belakang.

"Saya sangat senang, saya bangun dari tempat tidur pagi ini dan pergi ke festival jazz dan tampil di depan kerumunan seperti saya, bangsaku," kata Saleh Zaid, seorang musisi dari band lokal Min Riyadh.

"Ini adalah perasaan yang tidak bisa saya jelaskan kepada Anda."

Muda-mudi Arab Saudi menyaksikan festival jazz di Riyadh -- acara pertama dalam sejarah negara tersebut -- yang digelar pada 23 - 25 Februari 2018 (Al Arabiya)

Selain pecinta jazz, banyak orang datang untuk mendengarkan musik yang dimainkan di acara outdoor, dengan truk makanan, display mobil vintage dan suasana santai.

Meski reformasi sosial-kultural telah banyak terjadi di Saudi -- termasuk ketika dicabutnya larangan berusia 35 tahun tentang bioskop dan perempuan mulai diizinkan mengemudi awal tahun ini -- mayoritas negara tersebut tetap berhaluan konservatif, yang tercermin dalam keputusan penegakan hukum pemerintah.

Awal bulan ini, pihak berwenang menahan seorang pria setelah sebuah video dirinya berdansa dengan seorang perempuan di jalanan viral di dunia maya.

Tapi, sepanjang hari Jumat hingga Minggu pekan ini, perempuan berkerudung dan bergamis asik berjoget mengikui irama musik, tidak peduli dengan kemungkinan reaksi balik dari para polisi agama.

"Festival itu menunjukkan bahwa kepemimpinan di sini ingin membiarkan orang-orang membuka diri, melihat lebih banyak hal, lebih banyak budaya," kata Salem al-Ahmed, yang dengan teman-teman mudanya yang bergaya melompat pada kesempatan untuk menghadiri festival pertamanya di kota tersebut.

 

Saksikan juga video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya