Tempe Diusulkan Jadi Warisan Dunia ke UNESCO

Baru-baru ini, tempe diusulkan jadi warisan dunia ke UNESCO, karena makanan asli Indonesia ini sudah mendunia.

oleh Liputan6.com diperbarui 31 Mar 2018, 23:00 WIB
Diterbitkan 31 Mar 2018, 23:00 WIB
Tempe
Ilustrasi tempe. (Wikimiedia/Creative Commons)

Liputan6.com, Jakarta - Tempe diusulkan menjadi warisan budaya dunia ke Organisasi Budaya, Ilmu Pengetahuan, dan Pendidikan, Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) pada 2021. Usulan itu diajukan setelah tempe diakui sebagai warisan budaya nasional Indonesia.

Menurut dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS), Agustinus Ngadiman, tempe sangat layak untuk dijadikan warisan budaya dunia karena keberadaannya di Indonesia punya bukti dan sejarah yang panjang.

Di Jawa, kata Ngadiman, tempe selalu dipakai untuk simbol tradisi, misalnya di Yogyakartadan Sleman.

"Mereka selalu memasukkan elemen tempe ke dalam tumpeng atau makananuntuk memeringati kerabat yang meninggal, untuk kenduri, maulid Nabi, bahkan di Keraton jadi sesajen Raja," kata Ngadiman dikutip dari laman kadinsurabaya.or.id, Rabu 28 Maret 2018, yang dilansir Dream.

Demikian pula dengan masyarakat di Jawa Tengah dan Jawa Timur yang masih tergolong wilayah Mataraman, seperti Madiun, Ponorogo, Pacitan, dan Trenggalek, juga masih kental dengan tradisi yang memasukkan elemen tempe.

"Bahkan cara memakan tempe pun punya makna, seperti membungkus dengan daun pisang atau disajikan dengan lembaran daun pisang bersama nasi dan lauk lainnya, dan tempe tidak tipotong-potong karena melambangkan persatuan,” jelas Ngadiman.

Tak hanya tradisi kuliner. Tahu tempe juga ada dalam lagu-lagu tradisional masyarakat. Misalnya saja lagu dengan judul Tahu Tempe ciptaan Ki Nartosabdo (1925-1985). Ada pula istilah "isuk tempe sore dele" -- pagi tempe sore kedelai-- untuk menggambarkan ketidakkonsistenan.

Meskipun hanya 30 persen kedelai yang menjadi bahan baku tempe berasal dari dalam negeri, dan 70 persen sisanya berasal dari impir, tak memengaruhi rasa tempe. Ngadiman berharap, pemerintah peduli dengan peninggalan budaya, salah satunya dengan meningkatkan produktivitas kedelai lokal dan tidak bergantung pada impor.

"Pemerintah harus menggerakkan lagi komoditas kedelai, dan sawah yang subur tidak boleh lagi digunakan untuk membangun rumah. Saya yakin produksi kedelai membawa banyak keuntungan dan ekonomi," kata Ngadiman.

Sebelumnya, Ketua Forum Tempe Indonesia, Made Astawan, mengatakan, sebelum ditetapkan sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO, tempe harus diakui sebagai peninggalan budaya nasional. Sejak beberapa tahun lalu FTI sudah memperjuangkan tempe untuk go internasional.

"Kita harus bersyukur bahwa tempe baru saja diterima dan diakui oleh Indonesia sebagai warisan budaya nasional pada Oktober tahun lalu sehingga siap untuk maju ke UNESCO pada 2021 untuk mendapatkan pengakuan," jelas Astawan.

Menurut dia, jika tempe diakui oleh UNESCO, maka diyakini akan membuat masyarakat Indonesia bangga, khususnya generasi muda yang kreatif dan inovatif mengembangkan produk tempe. “ Seperti batik yang akhirnya diterima oleh UNESCO pada 2009. Dampaknya generasi muda sekarang tidak malu mengenakan batik,” tutur Astawan.

 

Reporter: Sugiono

Sumber: Dream.co.id

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya