NASA Segera Luncurkan Misi Baru ke Mars, Ada Apa?

NASA akan kembali menjajaki Planet Merah, Mars, segera mungkin. Apa yang dicari para astronot?

oleh Liputan6.com diperbarui 01 Apr 2018, 11:04 WIB
Diterbitkan 01 Apr 2018, 11:04 WIB
NASA
Astronot Ricky Arnold (tengah, melekat pada lengan robotik) dan Drew Feustel (atas), melakukan aktivitas penelitian di luar angkasa, di luar Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS), Kamis, 26 Maret 2018. (AP)

Liputan6.com, California - NASA akan mempelajari bagian dalam planet Mars. Badan antariksa itu, pada Kamis 26 Maret 2018, mengadakan konferensi pers di laboratoriumnya, Jet Propulsion Laboratory (JPL) di Pasadena, California, Amerika Serikat, guna merinci misi berikutnya ke Planet Merah.

Dijadwalkan akan diluncurkan paling cepat 5 Mei, Eksplorasi Interior NASA menggunakan Investigasi Seismik, Geodesi, dan Transportasi Panas (InSight), pendarat stasioner, akan menjadi misi pertama dalam sejarah untuk menjelajahi bagian dalam Mars.

Penjelajahan ini juga akan menjadi misi NASA yang pertama sejak pendaratan Apollo di bulan untuk menempatkan seismometer, alat yang mengukur gempa, di permukaan planet lain.

Bagi Bruce Banerdt dari JPL, peneliti utama InSight, misi ini juga merupakan hasil ketekunan. Banerdt telah bekerja lebih dari 25 tahun untuk mewujudkan misi ini.

"Dalam beberapa hal, InSight seperti mesin waktu ilmiah yang akan membawa kembali informasi mengenai tahap awal pembentukan Mars 4,5 miliar tahun yang lalu," kata Banerdt, seperti dikutip dari VOA Indonesia, Sabtu (31/3/2018).

"Ini akan membantu kita mempelajari bagaimana terbentuknya benda-benda, termasuk Bumi, bulan, dan bahkan planet di tata surya lainnya."

InSight membawa seperangkat peralatan sensitif untuk mengumpulkan data dan, tidak seperti misi rover, peralatan ini membutuhkan pendarat stasioner yang dengan hati-hati bisa ditempatkan di atas dan di bawah permukaan Mars.

Mars adalah planet di luar tata surya terdekat -- contoh terdekat mengenai bagaimana gas, debu dan panas bergabung dan membentuk diri menjadi planet.

Melihat jauh ke dalam Mars akan memungkinkan para ilmuwan memahami seberapa jauh perbedaan kerak, mantel dan intinya dari Bumi.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

NASA Rekam Penampakan Misterius Mirip Serangga di Mars

Penampakan mirip alien di Planet Mars. (NASA)
Penampakan mirip alien di Planet Mars. (NASA)

Sebelumnya, badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) melaporkan temuan sebuah kawah besar di Planet Mars. Mereka menamainya Chryse Alien Head.

NASA mengatakan, bulatan mirip kepala dan mata serangga itu ditemukan oleh instrumen Mars Global Surveyor di daerah yang tak terlalu jauh dari lokasi tempat penyelidikan oleh kendaraan angkasa luar (probe) Viking 1 yang mendarat di sana pada tahun 1975.

Seperti dikutip dari Metro.co.uk, Selasa 27 Maret 2018, NASA menyebut temuan tersebut kemungkinan disebabkan oleh dampak tabrakan asteroid.

Sementara bagian mirip mata bisa jadi terbentuk selama banjir misterius dalam sejarah masa lalu Mars, atau terukir oleh angin atau erosi air.

Gambar tersebut sejatinya diterbitkan pada tahun 2005, dan baru menuai perdebatan belakangan setelah muncul artikel yang ditulis seorang pemburu UFO bernama Scott C Waring. Ia mengklaim, penampakan tersebut adalah ukiran monumental makhluk angkasa luar atau alien.

"Guratan di sepanjang dahi tengah menunjukkan fitur unik dari alien yang jarang terlihat," tulis Scott C Waring.

Sementara salah satu tabloid Inggris menyamakannya dengan Cerne Abbas Giant, goresan berukuran besar yang membentuk gambar relief raksasa di batuan kapur di sebuah bukit dekat Desa Cerne Abbas di Dorset, Inggris.

Kendati demikian, sejauh ini pihak NASA belum memastikan bahwa foto tersebut adalah bukti sahih soal alien yang dapat berkembang di planet Mars.

Mengutip laman Express.co.uk, Waring bersikeras mengatakan bahwa itu adalah alien.

"Kawah di Mars ini disebut 'Chryse Alien'. Ya kan. NASA menamakannya alien! Mereka melihat wajah alien di situ! Pengukuran di kiri atas foto memberi tahu kita bahwa panjangnya 150 meter, dengan bentuk menyerupai kepala berukuran sekitar 350 meter x 400 meter," kata dia. 

Tak semua sepakat dengan pendapat Waring. Dari sudut pandang skeptis, bisa jadi itu adalah pareidolia, sebuah fenomena ketika otak menipu mata untuk melihat objek atau bentuk yang dikenal dalam pola atau tekstur acak, misalnya di permukaan batu atau awan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya