Rusia Bangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Pertama di Turki

Dengan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Akkuyu, Rusia meletakkan fondasi industri nuklir di Turki.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 03 Apr 2018, 18:40 WIB
Diterbitkan 03 Apr 2018, 18:40 WIB
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Presiden Rusia Vladimir Putin
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Presiden Rusia Vladimir Putin (Pool photo via AP)

Liputan6.com, Ankara - Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dijadwalkan meresmikan awal dari pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir pertama di Turki. Momen ini disebut-sebut menandai eratnya jalinan hubungan kedua negara.

Putin tiba di Ankara pada Selasa, 3 April 2018. Ini merupakan lawatan perdana pasca-kemenangannya dalam pilpres Rusia pada 18 Maret.

Seperti dikutip dari abc.net.au, Selasa (3/4/2018), kedua pemimpin negara tersebut akan meluncurkan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Akkuyu di Provinsi Mersin, yang berbatasan dengan Laut Mediterania.

Proyek senilai US$ 20 miliar itu akan dibangun oleh lembaga energi nuklir Rusia, Rosatom. Perjanjian konstruksi antar kedua negara pertama kali ditandatangani pada 2010.

Turki dan Rusia dinilai telah mengesampingkan persaingan dan perbedaan tradisional mereka pada sejumlah isu regional demi menjalin hubungan yang lebih erat. Hal tersebut tercermin dari intensnya pertemuan Putin dan Erdogan dalam satu tahun terakhir. Keduanya juga kerap berbicara via telepon.

Pada Rabu, 4 April 2018, Presiden Iran Hassan Rouhani akan bergabung bersama Erdogan dan Putin. Ketiganya akan bertemu untuk membahas isu Suriah. Baik Turki, Rusia, maupun Iran dikabarkan mensponsori serangkaian upaya perdamaian untuk mengakhiri konflik di negara pimpin Bashar al-Assad tersebut.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Puncak Kejayaan Hubungan Turki dan Rusia?

Putin dan Erdogan-AFP-20170503
Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) mempersilahkan masuk Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan saat berkunjung ke Sochi, Rusia, Rabu (3/5). Konflik Suriah akan menjadi pembahasan utama dari keduanya. (AFP PHOTO /POOL/ Alexander Zemlianichenko)

Yuri Ushakov, salah seorang staf Putin, menjelaskan bahwa serangkaian kontak antara kedua pemimpin negara telah mengawali pertemuan puncak tersebut.

"Pada 2017 saja, Putin dan Erdogan telah bertemu delapan kali dan bicara melalui sambungan telepon lebih dari 20 kali," terang Ushakov seperti dilansir TASS.

Terkait dengan pembangunan fasilitas Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Akkuyu, Ushakov menjelaskan bahwa Rusia akan membiayai seluruh pekerjaan konstruksi. Menurut ketentuan perjanjian antar pemerintah, perusahaan Rusia memiliki 51 persen atas Akkuyu, sementara 49 persen lainnya dapat dijual ke investor asing.

"Ketika membangun Akkuyu, Rusia juga akan meletakkan fondasi industri nuklir di Turki dan akan membantu Turki mengasimilasi teknologi energi atom sipil lanjutan di sana," ujar staf Putin tersebut.

Putin dan Erdogan dikabarkan juga membahas sejumlah isu lainnya, yakni sektor energi dan pasokan sistem pertahanan udara anti-pesawat, S-400, ke Turki yang dikebut sebelum 2020.

Laporan sebelumnya mengatakan AS mengancam akan menjatuhkan sanksi terhadap Turki atau menolak menjual jet tempur F-35 jika Turki tetap membeli S-400. Namun, pemerintah Turki menegaskan ancaman itu tidak serta merta membatalkan transaksi. Di sektor energi, Turki diketahui merupakan konsumen gas alam Rusia terbesar kedua.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya