Negara Ini Terancam Kehabisan Pasokan BBM

Menurut laporan data terbaru, lebih dari 90 persen konsumsi BBM di negara ini berasal dari impor.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 08 Mei 2018, 19:00 WIB
Diterbitkan 08 Mei 2018, 19:00 WIB
Ilustrasi bahan bakar diesel. (AP)
Ilustrasi bahan bakar diesel. (AP)

Liputan6.com, Canberra - Pemerintah Australia telah menginstruksikan peninjauan atas keamanan pasokan bahan bakar minyak (BBM). Hal itu dilakukan setelah para ahli memperingatkan bahwa negara itu hanya memiliki beberapa minggu persediaan bensin, solar dan avtur yang tersisa sebagai cadangan.

Menteri energi setempat, Josh Frydenberg, menyebut kebijakan itu sebagai "tindakan yang bijaksana dan tepat untuk dilakukan", tetapi tidak boleh ditafsirkan bahwa Australia memiliki masalah keamanan BBM.

Dikutip dari BBC pada Selasa (8/5/2018), Lembaga Energi Internasional (IEA) mengimbau negara-negara di dunia untuk tidak melewati batas minimum cadangan BBM, yakni selama 90 hari. Sayangnya, Australia sering tidak mampu memenuhi imbauan tersebut sejak 2012 silam.

IEA mengharapkan negara-negara di dunia memiliki cadangan BBM minimal untuk 90 hari, tetapi Australia belum memenuhi level tersebut sejak 2012.

Pada Januari tahun ini, menurut data terbaru, Australia hanya memiliki persediaan bahan bakar di bawah 50 hari. Padahal lima tahun lalu, rata-rata jumlahnya hanya hampir dua kali lipat lebih banyak.

Australian Petroleum Statistics 2018 menyebut bahwa Australia memiliki 23 hari cadangan bensin, 20 hari cadangan avtur, dan 17 hari cadangan solar, yang digunakan dalam keadaan darurat.

Jika benar-benar kekurangan pasokan, BBM dapat dibeli dari kredit internasional - sebuah sistem yang memungkinkan Australia untuk membeli dari luar negeri, dengan kebijakan harga tertentu di luar tren pasar.

Saat ini Australia bergantung pada impor untuk memenuhi lebih dari 90 persen kebutuhan bahan bakarnya.

Minyak bumi mentah berasal dari Timur Tengah dan diproses di kilang-kilang minyak di Korea Selatan, China, dan Singapura. Setelahnya, hasil akhir olahan kemudian dikirim ke Australia sebagai bahan bakar diesel, avtur dan bensin.

Menteri Frydenberg mengatakan bahwa ketergantungan Australia pada impor BBM telah meningkat dalam sepuluh tahun terakhir, karena "tiga dari tujuh kilang domestik telah ditutup, dan produksi minyak menurun hingga sepertiganya."

 

Simak video pilihan berikut: 

 

 


Tidak Perlu Panik

Bendera negara Australia - AFP
Bendera negara Australia - AFP

Sementara itu, menurut ahli strategi Australia, yang juga pensiunan wakil panglima udara, John Blackburn, mengatakan kepada surat kabar The Australian bahwa "kita akan memiliki masalah besar dalam dua minggu ke depan jika ada gangguan besar terhadap pasokan minyak global."

Hal itu, lanjutnya, bisa menyebabkan masalah logistik besar bagi Australia karena berusaha untuk mengakses pasokan di luar negeri.

Stephen Innes, Kepala Perdagangan Asia-Pasifik untuk Oanda di Singapura mengatakan situasinya "sangat penting ketika Anda mempertimbangkan kemungkinan gangguan pasokan yang dihadapi pasar saat ini".

Dia mengatakan bahwa Australia "akan dibiarkan berebut karena mereka benar-benar di sebuah pulau ... yang sepenuhnya tergantung pada pasokan maritim (dari luar negeri)."

Ditambahkan oleh Innes, masalah-masalah itu akan menjadi lebih buruk jika rantai pasokan melambat atau kapal harus dialihkan kembali - misalnya jika ada eskalasi dalam konflik Suriah.

Di sisi lain, pemerintah Australia meyakinkan publik untuk tidak panik terhadap isu risiko kelangkaan BBM.

"Pasokan BBM di Australia telah terbukti tangguh selama empat dekade terakhir," ujar menteri energi berusaha menekankan.

James Perst dari Australian National University's Energy Change Institute di Canberra, mengatakan ada banyak sumber pasokan, sehingga keadaan darurat tidak akan terjadi.

Namun dia mendesak pemerintah untuk melangkah lebih jauh, mengatakan "sebuah tinjauan diperlukan tetapi bukan langkah yang cukup".

"Australia adalah satu-satunya anggota IEA yang menjadi pengimpor minyak netto, dan yang semata-mata bergantung pada kepemilikan minyak komersial industri untuk memenuhi kewajiban 90 hari," jelas Perst.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya