Orangutan Sumatera Tertua di Dunia Mati di Kebun Binatang Australia

Orangutan Sumatera bernama Puan ini mati pada usia 62 tahun di kebun binatang Perth, Australia dan meninggalkan 54 keturunan di seluruh dunia.

oleh Afra Augesti diperbarui 19 Jun 2018, 19:12 WIB
Diterbitkan 19 Jun 2018, 19:12 WIB
Orangutan Sumatera di Australia
Puan, orangutan Sumatera tertua di dunia, 62 tahun, yang dipelihara oleh kebun binatang Perth, Australia. (perthzoo.wa.gov.au)

Liputan6.com, Perth - Para penjaga kebun binatang di Perth Zoo, Australia, pada hari Senin 18 Juni 2018 mengabarkan bahwa seekor orangutan Sumatera mereka mati. Primata bernama Puan ini mati pada usia 62 tahun dan disebut-sebut sebagai yang tertua di dunia.

Puan diberikan ke kebun binatang Perth, barat Australia, pada 1968. Betina ini diyakini lahir di Sumatera pada 1956. Dalam usianya yang ke-62 tahun, kesehatannya masih terbilang baik, sehingga Guinness Book of Records mengakuinya sebagai spesies tertua pada 2016.

Menurut pihak kebun binatang, orangutan Sumatera jarang hidup di atas usia 50 tahun. Tapi Puan memainkan peran penting dalam program perkembangbiakan, karena mampu melahirkan 11 anak.

Melansir The Guardian, Selasa (19/6/2018), Puan tercatat memiliki 54 keturunan yang tersebar di Australia, Amerika Serikat, Indonesia dan tempat lain di seluruh dunia.

"Selain menjadi anggota tertua dari koloni kami, dia juga menjadi anggota pelopor program pengembangbiakan terkenal di dunia dan meninggalkan warisan yang luar biasa," kata Holly Thompson, supervisor primata di Perth Zoo.

"Genetikanya terhitung hanya di bawah 10 persen populasi zoologi global," lanjutnya melalui sebuah pernyataan.

Petugas kebun binatang melakukan euthanasia (praktik untuk mengakhiri hidup dengan sengaja demi menghilangkan rasa sakit dan penderitaan) terhadap orangutan yang dijuluki "Nenek Tua" ini setelah dia mengalami komplikasi terkait usia.

Apabila Puan tetap hidup, kata pihak kebun binatang, maka kualitas hidupnya akan terus menurun.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Sebuah Obituari Untuk Puan

Ilustrasi orangutan (iStock)
Ilustrasi orangutan (iStock)

Penjaga kebun binatang yang telah menjaga Puan selama 18 tahun, Martina Hart, bahkan menulis obituari yang menyentuh hati setelah orangutan tersebut disuntik mati.

"Selama bertahun-tahun bulu mata Puan berubah menjadi keabuan, gerakannya melambat dan pikirannya mulai mengambang. Tetapi dia tetap berusaha menjadi induk yang baik, betina yang tenang dan bermartabat seperti dulu," tulis Hart dalam obituari yang diberikan kepada Guardian Australia dan dicetak penuh di Australia Barat.

"Puan pantas dihormati, dan dia mendapatkannya dari semua penjaga selama bertahun-tahun. Dia adalah betina pelopor koloni pembiakan terbaik di dunia."

"Puan menyadarkanku tentang arti kesabaran, dia mengajariku bahwa naluri alami dan keliarannya tak pernah hilang meski berada di penangkaran. Dia hidup di kebun binatang, tetapi sampai akhir hayatnya dia selalu mempertahankan kemandiriannya."

Sementara itu, Hsing Hsing, orangutan Sumatera jantan tertua di Australia, mati pada 2017.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya