Menyelinap ke Museum , Pria Rusia Curi Patung Emas Senilai Lebih dari Rp 1 Miliar

Dmitry Lapaev (30), seorang pria dari Irkutsk, Siberia, menyelinap ke dalam Istana Pavlovsk St Petersburg, Rusia dan mencuri patung.

oleh Liputan6.com diperbarui 25 Jun 2018, 06:54 WIB
Diterbitkan 25 Jun 2018, 06:54 WIB
Ilustrasi St Petersburg (iStock)
Ilustrasi St Petersburg (iStock)

Liputan6.com, Moskow - Dmitry Lapaev (30), seorang pria dari Irkutsk, Siberia, menyelinap ke dalam Istana Pavlovsk St Petersburg, Rusia memecahkan jendela, dan memasuki museum pada Sabtu 16 Juni lalu.

Tak hanya itu, ia berjalan-jalan mengelilingi museum selama lebih dari empat jam dan bahkan menyelinap ke dalam kamar tidur Permaisuri Maria Fyodorovna, minum alkohol, dan tidur di atas lantai kayu, demikian dikutip dari laman RBTH Indonesia, Senin (25/6/2018).

Sebelum pergi, dia tak lupa mencuri sebuah patung berlapis emas. Perbuatan Lapaev baru diketahui keesokan paginya oleh staf museum. Ternyata, patung yang dicuri bernilai lima juta rubel (sekitar 1,1 miliar rupiah).

Polisi berhasil menemukan Lapaev keesokan harinya. Dia masih mabuk dan berjalan melewati Sennaya Ploshchad sambil memegang patung yang ia curi. Kepada petugas Rusia, dia menjelaskan bahwa patung itu ia temukan di selokan.

Namun, ketika polisi menunjukkan bukti video kamera pengawasan kepadanya, Lapaev tak bisa mengelak dan akhirnya mengakui perbuatannya. Karena ulahnya, turis Siberia itu kini harus mendekam di balik jeruji besi selama dua bulan.

Orang mabuk benar-benar bisa kehilangan akal sehatnya. Seorang warga yang berada di bawah pengaruh alkohol pernah menabrakkan APC ke sebuah mobil dan menghantam etalase toko.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Bocah Temukan Patung Kuno Berusia 3.400 Tahun

Anak membaca buku (iStock)
Ilustrasi anak membaca buku (iStockphoto)

Pada tahun 2016, seorang anak kecil berusia tujuh tahun menemukan benda purbakala. Dikutip dari Daily Mail, suatu ketika Ori melihat sebuah patung kecil menyembul dari dalam tanah ketika ia sedang mendaki bukit bersama teman-temannya di situs purbakala Tel Rehov. Ia pun berhati-hati membawa benda itu pulang.

Ia dan keluarganya berasal dari masyarakat pemukim di Tel Te’omin di Lembah Beit She’an.

Menurut Otoritas Kepurbakalaan Israel, Ori menemukan benda yang diduga berusia 3.400 tahun itu di bawah batu yang bergeser.

"Ori pulang ke rumah dengan patung yang mengesankan. Sungguh menarik. Kami menjelaskan kepadanya bahwa itu adalah artefak kuno ini, dan temuan arkeologi menjadi milik negara," kata Moriya Greenhut, ibunda sang bocah.

Mereka kemudian menyerahkan benda itu kepada Otoritas Kepurbakalaan Israel.

Patung itu diduga dibuat dengan cara memadatkan tanah liat yang lembut ke suatu cetakan.

Pensiunan profesor di Hebrew University, Amihai Mazar, bersama dengan direktur penggalian purbakala di Tel Rehov mengatakan bahwa patung itu bisa saja menggambarkan wanita biasa atau Dewi Kesuburan Astarte.

"Sejumlah peneliti menduga patung itu menggambarkan wanita sungguhan dan ada juga yang menduga Dewi Astarte yang berasal dari budaya Kanaan yang bersumber kepada Alkitab," kata Mazar.

"Kemungkinan besar, istilah 'trafim' yang disebut di dalam Alkitab merujuk kepada patung sejenis ini."

Astarte disembah sejak Masa Perunggu hingga jaman kepurbakalaan klasik dan dikaitkan dengan kesuburan, seksualitas dan peperangan. Ia kerap digambarkan dengan singa, kuda, sphinx, burung merpati, dan rangkaian bintang sebagai penanda planet Venus. Selain digambarkan telanjang.

"Tampaknya patung ini milik salah satu warga kota Rehov yang waktu itu diperintah oleh pemerintah Firaun Mesir. Patung ini khas bagi kebudayaan Kanaan dari abad 15 hingga 13 SM," tutur Mazar.

Ori, penemu patung itu, kemudian mendapatkan piagam penghargaan dari Otoritas Kepurbakalaan Israel -- karena kesadarannya sebagai warga negara. Piagam itu diserahkan di sekolahnya.

"Sungguh suatu acara yang menakjubkan. Para ahli arkeologi itu memasuki ruang kelas selagi pelajaran Taurat, ketika kami baru saja membaca tentang kisah Rahel yang mencuri patung dewa-dewa di rumah ayahnya," kata sang guru, Esther Ledell.

"Saya telah menjelaskan bahwa dewa-dewa di rumah adalah patung-patung yang dipergunakan dalam penyembahan berhala, dan kemudian memahami bahwa patung-patung yang sama itu ada dalam kelas!"

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya