Ini 6 Trik untuk Lolos dari Alat Deteksi Kebohongan

Mulut bisa saja bohong, namun tubuh Anda mungkin menyuarakan kebenaran. Namun, ternyata ada trik untuk lolos dari alat pendeteksi kebohongan.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 25 Jun 2018, 18:40 WIB
Diterbitkan 25 Jun 2018, 18:40 WIB
Ilustrasi alat pendeteksi kebohongan
Ilustrasi alat pendeteksi kebohongan (iStock)

Liputan6.com, Jakarta - Mulut bisa saja bohong, namun tubuh Anda mungkin menyuarakan kebenaran.

Perubahan fisiologis seperti ritme napas, keringat, detak jantung (palpitasi), tekanan darah, dan reaksi mendadak pada kulit seseorang bisa ditangkap alat pendeteksi kebohongan (lie detector), khususnya poligraf.

Tak semua negara menganggap hasil uji kebohongan sebagai salah satu bukti dalam perkara pidana. Meski demikian, hasil detektor kebohongan digunakan perusahaan atau lembaga besar untuk merekrut pegawai atau mengecek informasi klien sebelum menyetujui pinjaman atau asuransi.

Namun, apakah hasil deteksi kebohongan sahih?

Pada 2007, artikel akademis penelaahan sejawat (peer-reviewed) berjudul "Charlatanry in forensic speech science" mengungkapkan hasil riset selama 50 tahun terkait alat pendeteksi kebohongan.

Hasilnya, tak ada bukti ilmiah yang mendukung hipotesis bahwa analisis suara dalam alat deteksi kebohongan bekerja sesuai semestinya.

Para ahli mengatakan, interpretasi hasil poligraf lebih merupakan seni daripada sains.

Apalagi, sejarah membuktikan, sejumlah orang-orang 'mencurigakan' lolos dari uji deteksi kebohongan. Misalnya, Charles Hickson yang mengaku diculik UFO saat memancing lele pada 1973.

Atau, seorang pria yang mengaku datang dari masa depan. Ia yang namanya tak disebutkan itu mengaku sebagai penjelajah waktu dari tahun 2030.

Seperti dikutip dari situs Bright Side, Senin (25/6/2018), konon ada sejumlah cara untuk membohongi detektor kebohongan, berikut enam di antaranya:

1. Siapkan fisik

Persiapkan fisik Anda 24 jam sebelum tes. Tidur nyenyak, jangan lapar atau makan berlebihan, dan pakailah pakaian yang nyaman.

Jangan ubah kebiasaan Anda sehingga tubuh tak merasakan adanya perubahan -- hal tersebut akan mencegah detak jantung menjadi tak karuan.

Jika tak biasa lari pagi, jangan melakukannya. Dan, jika minum kopi menjadi kebiasaan Anda, jangan lupa menyeruputnya.

2. Boleh saja merasa gugup

Ilustrasi gugup
Ilustrasi gugup (iStock)

Merasa gugup adalah hal yang normal. Justru, itu bisa jadi membantu Anda lolos dari deteksi kebohongan.

Hasil dari orang-orang yang merasa gugup saat menjawab setiap pertanyaan ternyata paling akurat, demikian menurut statistik.

Jika Anda merasa hasil tes bisa diinterpretasikan secara salah akibat kegugupan Anda, metode ini mungkin bisa membantu:

Dalam ujian deteksi kebohongan, untuk memeriksa reaksi fisiologis dasar, Anda akan dipaksa berbohong dengan menggunakan pertanyaan yang terkendali.

Namun, sangat mudah untuk membedakan pertanyaan seperti itu dari yang relevan-- karena mereka memiliki pengertian yang umum, tidak khusus.

Contoh dari pertanyaan terkendali adalah, "Apakah Anda pernah mencuri sesuatu?"

Bedakan dengan pertanyaan relevan berikut ini: "Apakah Anda mencuri sesuatu di tempat kerja sebelumnya?"

Hati-hati pada tahap ini. Berusahalah untuk tetap tenang saat menjawab pertanyaan yang terkendali, meski jika Anda diminta untuk menjawab yang sebaliknya. 

Sebab, jika Anda sudah merasa gugup, maka poligraf akan menafsirkan jawaban Anda untuk pertanyaan yang relevan sebagai 'kebenaran' -- terutama jika Anda berusaha tetap tenang saat menjawabnya.

 

3. Coba untuk jujur terhadap hal yang rinci

Bibir
Ilustrasi bibir (iStockphoto)

Anda tak harus merasa malu atau menyembunyikan sesuatu. Cobalah untuk menjawab semua pertanyaan dengan jujur.

Semakin benar hal-hal yang Anda katakan, semakin tepat hasilnya. Orang sering cenderung berbohong tentang hal-hal kecil, yang kebanyakan orang tidak menganggapnya serius. Mereka khawatir diberi pertanyaan jebakan.

Namun, para ahli mengatakan bahwa semua pertanyaan dalam uji deteksi kebihongan sangat sederhana dan tidak boleh ada momen yang tidak terduga -- setidaknya itulah yang disyaratkan dalam etika pengujian.

Selain itu, Anda akan diizinkan untuk terbiasa dengan pertanyaan sebelum ujian. Ini dilakukan untuk menghilangkan reaksi terhadap kebaruan.

4. Jangan Terburu-buru

Peneliti Kembangkan Tangan Robot Lebih Terjangkau
Marco Zambelli memakai tangan prostetiknya dalam wawancara dengan Associated Press di Roma, 10 Mei 2018. Tangan robot tersebut juga menampilkan rancangan yang mampu menekan harganya dengan signifikan. (AP/Gregorio Borgia)

Satu pertanyaan bisa ditanyakan dari 3 hingga 6 kali selama tes. Itulah mengapa Anda tidak perlu terburu-buru memberi jawaban.

Apalagi, perasaan terburu-buru itu sendiri dapat mengubah hasil.

Dengarkan setiap pertanyaan sampai selesai, cobalah untuk memahaminya, dan luangkan waktu Anda untuk menyiapkan jawabannya.

Dengan memanfaatkan jeda sebelum memberikan jawaban, Anda akan memberi diri sendiri kesempatan untuk menentukan jenis pertanyaan, apakah terkendali atau relevan, signifikan atau tak signifikan. 

5. Bayangkan Sesuatu yang Menyenangkan

Ilustrasi Otak
Ilustrasi Otak (iStockPhoto)

Metode ini dianggap berhasil tetapi hanya bagi mereka yang benar-benar dapat mengendalikan diri.

Sebab, rasa gugup lebih mucah memicu reaksi negatif daripada membuat seseorang memikirkan sesuatu yang positif.

Saat memikirkan sebuah pertanyaan dan menyadari bahwa Anda harus berbohong, pikirkan sesuatu yang sangat menyenangkan, atau cobalah merasa santai selama ujian.

Ciptakan dunia sendiri dalam imajinasi Anda untuk membantu Anda tetap tenang. Dengan begitu, tubuh Anda akan bereaksi dengan sempurna!

6. Jangan Menggunakan Trik Fisik

Sakit tenggorokan (iStock)
Ilustrasi sakit tenggorokan (iStockphoto)

Ada banyak trik menciptakan reaksi tubuh negatif saat uji deteksi kebohongan. Misalnya dengan cara memasukkan benda tajam ke dalam sepatu dan menekannya setiap kali Anda perlu mendapatkan reaksi yang tepat.

Anda juga bisa menggigit lidah atau mengencangkan otot-otot Anda. 

Namun, trik-trik semacam itu tidak akan mengecoh para ahli yang berpengalaman. Sebaliknya, manipulasi semacam itu sangat nyata.

Seringkali, para ahli dapat meminta Anda melepas sepatu karena mereka sangat menyadari trik ini. Apalagi, poligraf mampu membedakan reaksi terhadap nyeri fisik.

Jika tertangkap melakukan kecurangan, uji kebohongan bisa dijadwal ulang. Atau hasil di akhir tes dapat dievaluasi lebih ketat dengan mempertimbangkan semua trik yang Anda lakukan. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya