Liputan6.com, Washington DC - Konsumsi bir di Amerika Serikat mencapai 100 liter per warga yang memenuhi syarat usia untuk mengonsumsi minuman alkohol, dalam skala per tahun. Artinya, pengunaan biji barley --bahan utama yang memberi kadar alkohol pada bir-- meningkat.
Bahkan penyulingan bir kecil di Amerika Serikat sekalipun membuang sekitar dua juta ton biji-bijian yang digunakan setiap tahun ke tempat pembuangan akhir (TPA).
Tetapi seorang pengusaha menemukan manfaat lain dari semua biji-bijian yang terbuang itu. Ia mendaur ulang biji-biji barley menjadi tepung dan kemudian dijualnya ke toko roti dan restoran.
Advertisement
Bir mungkin bukan menjadi alasan utama dari upaya untuk memerangi limbah makanan, tetapi proses pembuatannya menggunakan ribuan kilo biji barley (jelai) --salah satu jenis biji-bijian yang berasal dari tanaman keluarga gandum.
Setelah biji-biji direndam dalam air panas untuk melepas kadar gulanya, warna minuman keemasan yang dihasilkannya difermentasi menjadi alkohol dan biji-biji barley yang sudah digunakan akan dibuang.
"Di kota New York saja, ada 6.000 ton yang dibuang ke TPA setiap tahun. Jadi, kalau setidaknya mulai membuat New York bebas limbah akan sangat baik,” kata Bertha Jimenez, pendiri dan CEO Rise seperti dikutip dari VOA Indonesia, Jumat (24/8/2018).
Bertha Jimenez dan timnya mendaur ulang biji barley yang sudah digiling dan mengubahnya menjadi tepung dengan cara dikeringkan, digiling, disaring kemudian dikemas.
* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini
Saksikan video pilihan berikut ini:
Super Flour
Hasil dari olahan baru tersebut adalah "Super Flour" yang berwarna coklat muda atau lebih tua. Warna yang lebih muda dihasilkan dari jenis bir IPA, ales dan pilsners sedangkan warna tepung yang lebih coklat berasal dari jenis bir pekat seperti stout dan porter ales.
"Kami menyebutnya Super Flour karena nutrisinya. Jadi jika kita bandingkan dengan tepung serba guna, tepung ini mengandung dua kali lebih banyak protein, 12 kali lebih banyak serat dan sepertiga karbohidrat tepung serba guna," ucap Bertha.
Pembuat roti, Peter Endriss, membeli Super Flour untuk membuat kue kering. Dia mengatakan ingin membantu mengurangi masalah limbah makanan di Amerika, sembari tetap membuat produk yang lezat.
"Tepung ini memiliki tekstur yang baik. Lebih bercita rasa dibandingkan tepung lainnya. Kita benar-benar merasakan kekenyalan proses pembuatan bir," kata Peter.
Tapi, cita rasa itu membuatnya mahal. Rise's Super Flour saat ini harganya sekitar lima kali lipat lebih mahal dari tepung serba guna biasa. Tetapi Jimenez berharap teknologi pembuatan nantinya bisa mengurangi harganya.
Advertisement