Masyarakat Australia Sambut Positif Kesepakatan Perdagangan Bebas dengan Indonesia

Warga, pegiat ekonomi, dan politisi oposisi Australia mendukung PM Scott Morrison untuk segera menyepakati perjanjian perdagangan bebas (IA-CEPA) dengan Indonesia.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 30 Agu 2018, 13:21 WIB
Diterbitkan 30 Agu 2018, 13:21 WIB
Bendera negara Australia - AFP
Bendera Australia (AFP PHOTO)

Liputan6.com, Canberra - Warga, pegiat ekonomi, dan politisi oposisi Australia, dikabarkan mendukung, bahkan mendesak, Perdana Menteri Scott Morrison untuk segera menyepakati perjanjian perdagangan bebas (free trade agreement atau FTA) dengan Indonesia --atau yang bernama resmi Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA).

Desakan itu mencuat jelang kunjungan Morrison ke Indonesia, yang sekaligus menjadi kunjungan luar negeri pertamanya sebagai PM Australia.

Lawatan itu, kata pihak Kementerian Luar Negeri RI, akan berlangsung pada 31 Agustus 2018, yang mana Morrison akan bertemu dengan Presiden RI Joko Widodo di Istana Bogor dan bersama-sama mengumumkan finalisasi IA-CEPA.

Dalam sebuah konferensi pers kemarin (29/8), pihak Kemlu RI belum mau memberikan detail mengenai isi IA-CEPA "sampai benar-benar difinalisasi dan diumumkan oleh kedua kepala pemerintah."

Namun, mereka menggarisbawahi secara umum bahwa perjanjian itu akan berisi sejumlah klausul kerja sama strategis di bidang ekonomi, perdagangan dan investasi di berbagai sub-sektor.

Misalnya, kesepakatan membuka akses pasar bebas 'berkualitas tinggi' bagi kedua negara --termasuk untuk barang-barang pertanian dan pangan, pengurangan hingga pembebasan tarif, hingga dibukanya akses manufaktur dan produksi Indonesia-Australia di masing-masing negara, seperti di bidang perkapalan dan industri pangan.

Namun, berbeda dengan FTA biasa, perjanjian itu tak hanya bergerak di bidang ekonomi saja, namun juga merambah ke sektor kerja sama lain, mulai dari pendidikan, jasa, hingga hal lain yang berkelindan, kata pihak pemerintah Indonesia.

Dari pihak Australia, ekspor gandum dan produk pangan akan mendominasi lebih dari separuh perjanjian perdagangan dengan Indonesia. Kalangan petani berharap hal ini dapat diperluas di bawah IA-CEPA.

"Untuk sektor biji-bijian, mungkin ini hal paling penting yang kami miliki untuk beberapa waktu," kata Andrew Weidemann, seorang petani gandum dari negara bagian Victoria, seperti dilansir ABC.net.au, Kamis (30/8/2018).

Ekspor ternak, gula, daging sapi dan kapas juga menjadi lima komoditi pertanian utama Australia yang diekspor ke Indonesia dan diperkirakan akan mengalami peningkatan ekspor ketika IA-CEPA telah terimplementasi.

Mendongkrak Perdagangan

Sementara itu, juru bicara Oposisi Pemerintah di Parlemen Australia bidang urusan Perdagangan dan Investasi, Jason Clare menjelaskan, IA-CEPA seharusnya bisa memberikan dampak positif bagi masyarakat kedua negara dan mengoptimalisasi hubungan perdagangan RI-Australia yang selama ini lesu. Semestinya, Australia bisa memanfaatkan potensi Indonesia yang berkemungkinan menjadi kekuatan ekonomi terbesar keempat dunia.

Namun sampai saat ini, Indonesia belum menjadi salah satu dari 10 mitra dagang utama Australia.

"Australia dan Indonesia seperti tetangga yang nyaris tidak saling tegur," kata Clare.

"Kita tidak berbicara satu sama lain, atau bekerja sama sebagaimana seharusnya," tambahnya.

"Jika perjanjian ini (IA-CEPA) bisa mengubah hal itu, meningkatkan perdagangan, pekerjaan dan menyatukan kedua negara, maka hal itu bagus," ujar Clare.

"Namun kita harus menunggu bagaimana detailnya," katanya.

Patut digarisbawahi, usai diumumkan oleh kedua kepala pemerintah di Istana Bogor pada Jumat 31 Agustus mendatang, IA-CEPA belum otomatis terimplementasi.

"Akhir pekan nanti, Pak Jokowi dan Pak Morrison hanya akan mengumumkan bahwa IA-CEPA telah final dan telah disepakati bersama. Namun, penandatanganan baru akan dilakukan akhir tahun ini," kata Edi Yusup, Direktur Asia Timur dan Pasifik Kemlu RI, yang memperkirakan bahwa teken IA-CEPA akan dilaksanakan pada Oktober, atau paling lama, Desember 2018.

Jika ditandatangani, IA-CEPA akan menjadi perjanjian perdagangan keempat yang dicapai Australia di Asia, menyusul Korea Selatan, Jepang dan China.

 

* Update Terkini Jadwal Asian Games 2018, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Asian Games 2018 dengan lihat di Sini

 

Simak video pilihan berikut:

Australia Ingin Akses ke Asia

Bendera Australia (iStockphoto via Google Images)
Bendera Australia (iStockphoto via Google Images)

Ketua Federasi Petani Nasional Fiona Simson mengatakan FTA menetapkan syarat-syarat perdagangan namun tidak menjamin akses pasar.

"Yang penting bukan membangun pasar, tetapi apa yang terjadi setelah itu," kata Simson, seperti dikutip dari ABC.net.au, Kamis 30 Agustus 2018.

Kalangan petani menghendaki perluasan akses pasar Asia, terutama setelah hubungan Australia- China mengalami ketegangan belakangan ini.

"Kami mengekspor 70 persen dari produksi, sehingga kami menginginkan pasar lebih banyak," kata Simson.

"Bagaimana bisa menghasilkan produk dan mengirimkan produk ke pasar baru sama pentingnya dengan membangun pasar baru itu sendiri," ujarnya.

Di sisi lain, juru bicara Oposisi Pemerintah di Parlemen Australia bidang urusan Perdagangan dan Investasi, Jason Clare mengungkapkan para eksportir Australia saat ini kesulitan mengirim anggur dan daging sapi ke China dalam beberapa bulan terakhir.

Dia menuding Pemerintah Australia telah "mengacaukan" hubungan antara kedua negara.

"Pemerintah Australia harus menata ulang hubungan itu dan membangunnya lebih kuat dengan Pemerintah China sehingga perusahaan-perusahaan Australia tidak menderita kesulitan," katanya.

Menguntungkan Australia dan Indonesia?

Sementara itu, sejumlah analis mengatakan perlu adanya usaha dari kedua negara agar IA-CEPA mampu menjadi perjanjian yang menguntungkan bagi Indonesia dan Australia.

"Menyusul kesepakatan tersebut, para pejabat Australia harus terus bekerja untuk meningkatkan hubungan dengan Indonesia, meletakkan pondasi untuk peningkatan di masa mendatang ke perjanjian yang akan menghasilkan kesepakatan yang benar-benar "berkualitas tinggi"," kata Jarryd de Haan, analis Indian Ocean Research Programme di Future Directions International, dalam artikel analisisnya yang dirilis di futuredirections.org.au pada 29 Agustus 2018.

Jika hal itu tidak dilakukan, Haan mengatakan, "Australia bisa menjadi semakin kurang relevan dengan kepentingan ekonomi Indonesia selama dekade berikutnya. Hubungan perdagangan antara kedua negara sangat condong menguntungkan Canberra, dengan Jakarta menghadapi neraca perdagangan yang defisit sekitar US$ 2,5 miliar per tahun."

Terlepas dari hal itu, pemerintah Indonesia optimistis dengan adanya finalisasi IA-CEPA setelah hampir satu dekade tertunda, menyebutnya sebagai, "kesuksesan besar, tak hanya bagi Indonesia, namun juga Australia."

"Rakyat Indonesia dan Australia akan sama-sama merasakan dampak positifnya. Ini kesuksesan bersama bagi kedua negara," kata Juru Bicara Kemlu RI, Arrmanatha Nasir di Jakarta.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya