Liputan6.com, Berlin - Kanselir Jerman Angela Merkel memperingatkan para pemimpin bisnis negaranya bahwa negosiasi Brexit berada dalam bahaya kehancuran.
Dikutip dari The Guardian pada Rabu (5/9/2018), peringatan pemimpin Jerman tersebut merujuk pada kebuntuan yang dihadapi dalam pembicaraan di Brussels --ibu kota Uni Eropa-- beberapa bulan sebelum Inggris benar-benar mengesahkan Brexit.
"Kami tidak ingin diskusi itu gagal. Kami akan menggunakan semua kekuatan dan kreativitas kami untuk memastikan kesepakatan (Brexit) terjadi. Kami tidak ingin negosiasi ini runtuh. Tetapi kami juga tidak dapat sepenuhnya mengesampingkan hal itu, karena kami masih tidak memiliki hasil," ujar Merkel dalam sebuah konferensi di Frankfurt pada Selasa 4 September.
Advertisement
Baca Juga
Uni Eropa mengatakan perlu kesepakatan untuk dipukul pada perjanjian penarikan yang mencakup hak warga negara, tagihan pemsiahan diri senilai 39 miliar poundsterling (setara Rp 1.544 triliun), dan perbatasan Irlandia, bersama dengan deklarasi politik pada kesepakatan masa depan, paling lambat pada bulan November.
Kanselir Jerman secara umum memainkan "peran di kursi belakang" dalam pembicaraan tersebut, dan lebih memilih untuk campur tangan hanya pada titik-titik krisis di KTT Uni Eropa.
Para pemimpin Uni Eropa akan bertemu di Brussels pada bulan Oktober, tetapi KTT darurat sedang direncanakan untuk tangga 13 November, jika negosiasi memerlukan beberapa minggu tambahan untuk kesepakatan yang akan dibuat.
Mereka akan berkumpul dalam pertemuan puncak di Salzburg akhir bulan ini, di akan dibahas tawaran "lebih hangat" keapda PM Theresa May terkait proposal Chequers, untuk dibawa ke konferensi Konservatif dalam beberapa minggu ke depan, bersama dengan isu Irlandia Utara.
Â
Simak video pilihan berikut:Â
Â
Â
Pembahasan Alot PM Theresa May Vs Uni Eropa
Pernyataan senada dari para pemimpin Uni Eropa berusaha memberi PM May beberapa bukti kemajuan tentang negosiasi kesepakatan perdagangan di masa depan, ketika perdana menteri wanita kedua Inggris itu berusaha melawan ancaman anggota parlemen Brussels.
Namun, di bawah rencana yang sedang dibahas di antara 27 anggota Uni Eropa, sebuah inisiatif akan disampaikan kepada PM May tentang dukungan bagi Irlandia Utara, sebuah masalah yanhg membuat pejabat dan diplomat semakin frustrasi.
PM May berkomitmen pada bulan Desember, dan lagi pada bulan Maret, untuk menyetujui rencana menghindari aturan keras perbatasan antara Republik Irlandia dan Irlandia Utara.
Menurutnya, hal itu akan berlaku jika kesepakatan perdagangan --atau solusi teknologi yang dibahas lebih dahulu-- tidak terlaksana pada akhir periode transisi, pada 31 Desember 2020.
Kabinet Inggris diberitahu pada hari Selasa, bahwa upaya PM May dalam melobi perjanjian Chequer pada bulan gustus, mendapat respon "hangat dan positif" dari Brussels selama serangan diplomatik Brexit di musim panas lalu.
Kantor perdana menteri Inggris di Downing Street memperkrirakan Theresa May akan meningkatkan lobi langsung keapda para pemimpin Eropa, saat negosiasi memasuki tahap akhir mereka, bahkan ketika dia berjuang menyelamatkan proposal Brexit dari kritik keras di dalam negeri.
Advertisement