Liputan6.com, Durham - Anjing dikenal akan kemampuannya mengendus berbagai macam. Mulai dari narkoba, bom sampai elektronik selundupan. Tapi para ilmuwan di Universitas Lancaster telah melatih hewan sahabat manusia yang satu ini untuk mengendus penyakit, terutama malaria.
Dan itu bisa sangat berguna dalam upaya pencegahan penyebaran penyakit itu.
Dalam studi yang dilakukan para ilmuwan itu, anak-anak di Ghana, yang sebagian mengidap malaria dan sebagian tidak, diberi kaus kaki untuk dikenakan selama satu malam.
Advertisement
Baca Juga
Dan anjing-anjing yang dilatih itu berupaya mengidentifikasi kaus kaki yang mengandung parasit malaria.
"Ada banyak bukti bahwa orang-orang yang mengidap parasit malaria, mengeluarkan bau tertentu. Bau badan mereka berbeda dari orang lain, dan yang lebih penting lagi, nyamuk-nyamuk lebih suka menggigit orang yang mengidap malaria. Apabila nyamuk bisa, kenapa anjing tidak?," kata Steve Lindsay dari Universitas Durham seperti dikutip dari VOA Indonesia, Senin (5/11/2018).
Anjing-anjing yang dilatih oleh Tim Deteksi Medis mampu mengidentifikasi malaria dengan benar sebanyak 70 persen.
Dan Lindsay mengatakan ini bisa menghasilkan cara-cara baru dan efektif untuk menghentikan penyebaran Malaria.
"... maka apabila kita semakin dekat menuju pemberantasan malaria dan berupaya menemukan hot spot dan siapa yang terinfeksi, daripada memeriksa semua orang, anjing-anjing itu mungkin cukup efektif untuk dikerahkan ke desa-desa dan mencari orang-orangnya," papar Lindsay.
Saksikan juga video berikut ini:
Bekerja Sama dengan MIT
Lindsay mengatakan anjing telah berada di garis depan untuk mendeteksi penyakit dan barang ilegal, tapi mungkin juga bisa mendeteksi penyakit lainnya.
"Mitra-mitra kerja saya, orang-orang yang menangani anjing telah bekerja dengan anjing mereka untuk mendeteksi kanker dan penyakit Parkinson," kata Lindsay.
"Dan mereka sebenarnya juga punya anjing pemberi peringatan yang bekerja dengan para pasien diabetes, jadi saat para pasien mengalami hipoglikemia, anjing-anjing itu bisa memperingatkan pasiennya," tutur Lindsay.
Tim Deteksi Medis juga bekerja sama dengan Universitas MIT untuk menciptakan semacam E-nose yang bisa memiliki kemampuan seperti anjing, tapi dia mengatakan hidung anjing sangat sensitif sehingga teknologi itu belum bisa menandingi kemampuan hewan itu.
Advertisement