Liputan6.com, Jakarta - Laporan baru tentang diabetes mengingatkan adanya kelangkaan insulin di seluruh dunia pada masa depan akibat melonjaknya jumlah orang yang menderita diabetes tipe dua (type-2 diabetes), dan membutuhkan hormon supaya tetap sehat dan bertahan hidup.
Harun Abdalla adalah salah seorang dari lebih 400 juta orang dewasa di dunia yang mengidap diabetes tipe dua.
"Ketika saya didiagnosa menderita diabetes, saya mulai merasa hidup saya akan berakhir," kata Abdalla, seperti dikutip dari VOA Indonesia, Minggu (16/12/2018).
Advertisement
Abdalla tinggal di Kibera, sebuah perkampungan kumuh terbesar di Afrika. Ia kehilangan pekerjaannya ketika didiagnosa menderita penyakit itu pada 2006 dan hampir tidak mampu membeli insulin. Belum lagi untuk menjalani diet sebagaimana yang disarankan dokter.
"Saya merasa tidak ada harganya di dunia ini," kata Abdalla.
Baca Juga
Hampir tidak satu orang pun di Kibera yang mampu membeli obat.
Pemerintah telah mendirikan sebuah fasilitas kesehatan yang mensubsidi biaya obat-obatan diabetes. Tetapi pasien yang datang terus bertambah.
"Kami cenderung tidak aktif. Kurang berolahraga dan diet. Saya ingin mengatakan kepada warga di Kibera yang kami layani, tampaknya diet kita yang tidak baik telah ikut memicu banyaknya orang yang menderita diabetes," kata Irene Aoko, petugas medis di Layanan Kesehatan Kibera South.
Menurut studi terbaru di jurnal kedokteran Lancet, jumlah orang dewasa yang menderita diabetes tipe dua di seluruh dunia diperkirakan akan meningkat menjadi 511 juta orang pada 2030.
Peneliti utama Dr. Sanjay Basu mengatakan warga yang paling sulit mendapatkan insulin adalah mereka yang berada di sub-Sahara Afrika.
"Sebagaimana diperkirakan, di Asia dan sub-Sahara Afrika kami menemukan kekurang terbesar insulin," kata Sanjay Basu.
"Apa yang tidak menggembirakan adalah meskipun telah terjadi perubahan besar dalam diet dan gaya hidup secara keseluruhan di seluruh dunia, masih tetap ada peningkatan tajam diabetes tipe dua di Afrika dan Asia, dan pada saat yang sama stok insulin menurun. Jadi, ini skenario yang tidak baik," papar Sanjay.
Tiga perusahaan farmasi memproduksi 96 persen insulin bagi kebutuhan di seluruh dunia, dan belum dapat dipastikan apakah mereka dapat meningkatkan produksi insulin guna memenuhi tuntutan tambahan di masa depan.
Basu mengakui bahwa kelangkaan insulin yang diperkirakannya, mungkin tidak akan benar-benar terjadi.
Meskipun studi itu didasarkan pada data dari 60 persen penderita diabetes tipe dua di seluruh dunia, para peneliti belum mengetahui perubahan demografi di negara-negara Afrika. Juga perubahan diet dan olahraga yang mungkin dapat membuat kebutuhan insulin sebenarnya jauh lebih kecil.
Simak video pilihan berikut:
Indonesia Masuk Peringkat ke-6 Dunia
Indonesia tengah menghadapi ancaman diabetes. International Diabetes Federation (IDF) Atlas 2017 melaporkan, epidemi diabetes di Indonesia cenderung meningkat. Indonesia menduduki peringkat keenam dengan jumlah penyandang diabetes usia 20-79 tahun sekitar 10,3 juta orang. Jumlah peringkat penyandang diabetes terbanyak, yakni Tiongkok, India, Amerika Serikat, Brasil, dan Meksiko.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) juga menunjukkan, peningkatan angka prevalensi diabetes cukup signifikan. Prevalensi sebesar 6,9 persen pada 2013 meningkat menjadi 8,5 persen di tahun 2018. Prakiraan jumlah penderita diabetes di Indonesia mencapai lebih dari 16 juta orang, yang kemudian berisiko terkena penyakit lain.
Penyakit-penyakit lain akibat diabetes, misal, serangan jantung, stroke, kebutaan dan gagal ginjal. Yang paling membahayakan, diabetes menyebabkan kelumpuhan dan kematian. Ancaman diabetes bukan hanya mengintai Indonesia. Penyakit tidak menular ini merupakan ancaman serius kesehatan global.
Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) 2016 menunjukkan, 70 persen dari total kematian di dunia dan lebih dari setengah beban penyakit diakibatkan diabetes. Sebanyak 90-95 persen dari kasus diabetes adalah diabetes tipe 2. Padahal, sebagian besar kasus diabetes tipe 2 dapat dicegah. Gaya hidup yang tidak sehat menjadi penyebab maraknya diabetes tipe 2.
Sesuai rilis yang diterima Health Liputan6.com, Selasa 11 Januari 2018, Menteri Kesehatan RI Nila Moeloek menyampaikan, upaya efektif mencegah dan mengendalikan diabetes harus difokuskan pada faktor-faktor risiko yang ada.
Beberapa faktor risiko umum penyakit tidak menular di Indonesia relatif masih tinggi, yaitu 33,5 persen penduduk tidak melakukan aktivitas fisik, 95 persen tidak mengonsumsi buah dan sayuran, serta 33,8 persen populasi usia di atas 15 tahun perokok berat.
“Perubahan gaya hidup harus dimasukkan dalam intervensi awal untuk orang-orang yang memiliki faktor risiko,” tegas Menkes Nila saat menjadi salah satu panelis dalam acara "Ministerial Conference on Diabetes (MCOD)" pada 26-27 November 2018 di Singapura.
Perubahan gaya hidup sehat berupa memperbanyak sayur dan buah dapat diterapkan. Lebih banyak berolahraga dan berhenti merokok dapat menjauhkan diri dari diabetes.
Advertisement