Liputan6.com, Tokyo - Saat ini, tengah hangat diperbicangkan di jagat maya, bahwa pemerintah Jepang kemungkinan akan menjadi peretas topi putih (white hat hacker) paling terkemuka di dunia.
Mulai bulan Februari, Institut Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional (NICT) Jepang akan menghabiskan waktu hingga lima tahun untuk upaya baru dalam meningkatkan keamanan internet di sana.
Dikutip dari Futurism.com pada Selasa (29/1/2019), mereka mencoba meretas gawai yang terhubung ke jaringan internet yang digunakan warganya, termasuk router, webcam dan perangkat non-benda (IoT), kantor berita NHK World melaporkan.
Advertisement
Baca Juga
NICT menerima izin legal untuk meretas berbagai perangkat warga Jepang sejak November lalu, dengan alasan untuk meningkatkan keamanan siber terkait persiapan Olimpiade Musim Panas dan Paralimpiade Tokyo 2020.
Rencana tersebut akan menyasar sekitar 200 juta perangkat IoT di seluruh wilayah teritorial Jepang. Setiap pengguna yang perangkatnya telah diretas akan mendapat notifikasi resmi dari NICT, di mana menjelaskan bahwa keamanannya telah masuk dalam perlindungan nasional.
Tindak pengamanan ekstra, menurut para pengajar, adalah hal yang wajr, mengingat banyak peristiwa olahraga internasional di masa lalu terganggu oleh risiko keamanan siber.
Musim panas lalu, misalnya, pengunjung Piala Dunia di Rusia diperingatkan oleh Pusat Kontra Intelijen dan Keamanan Nasional AS bahwa data apa pun yang tersimpan di ponsel, tablet, atau laptop --termasuk data pribadi-- beresiko diakses oleh oknum yang disponsori.
Â
Simak video pilihan berikut:Â
Â
Keamanan Data Dijamin oleh Negara
Selain itu, fakta di lapangan juga menunjukkan bahwa banyak produk IoT memiliki keamanan yang lemah. Sejak awal tahun ini, ada sejumlah insiden, termasuk retasan kamera keamanan Nest yang memungkinkan para peretas melakukan desakan secara lisan untuk berlangganan saluran YouTube PewDiePie.
Meski pengambilan alihan kendali IoT Jepang lebih rendah dibandingkan negara-negara lain, lebih dari 54 persen serangan siber yang terdeteksi tahun lalu melibatkan perangkat jenis ini, menurut NICT.
Namun, ada masalah keamanan yang jelas dengan rencana tersebut, yaitu bahwa perangkat apa pun yang berhasil diakses oleh NICT dapat menghasilkan akses ke data yang disimpan, termasuk gambar webcam.
NICT meyakinkan konsumen bahwa data mereka aman. Salah seorang pemimpin peneilitinya, Daisuke Inoue, mengatakan kepada NHK World bahwa organisasi itu akan melindungi semua data yang dikumpulkannya, yang dapat mencakup data pribadi seperti foto atau video yang diambil di webcam IoT.
Advertisement