Korsel Yakin Bisa Menjembatani AS - Korut Capai Kesepakatan Usai KTT Vietnam

Korea Selatan berkomitmen untuk menjembatani Amerika Serikat dan Korea Utara jika kedua negara akan melanjutkan pertemuan tingkat tinggi ketiga pasca KTT Vietnam.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 06 Mar 2019, 15:02 WIB
Diterbitkan 06 Mar 2019, 15:02 WIB
Banner Infografis Donald Trump dan Kim Jong-un Gagal Sepakat
Donald Trump dan Kim Jong-un (Liputan6.com/Triyasni)

Liputan6.com, Jakarta - Korea Selatan berkomitmen untuk menjembatani Amerika Serikat dan Korea Utara jika kedua negara akan melanjutkan pertemuan tingkat tinggi lain demi meneruskan pembahasan KTT di Hanoi yang tak membuahkan kesepakatan. Demikian kata diplomat top Korsel di Indonesia.

"Korea Selatan secara aktif berusaha mengidentifikasi pandangan dan persepsi AS dan Korea Utara pasca KTT di Vietnam lalu," kata Duta Besar Korea Selatan untuk RI Kim Chang-beom di Jakarta, Rabu (6/3/2019).

Kim Chang-beom mengaku bahwa memang masing-masing pihak "perlu berkepala dingin" terlebih dahulu untuk sementara waktu pasca-pertemuan tingkat tinggi yang digeelar di Hanoi pada 28 Februari 2019 lalu.

Namun, hingga pada waktunya kedua negara akan bertemu lagi, "yang mana itu mungkin," Kim Chang-beom mengatakan bahwa Korea Selatan, "terus secara aktif menemukan solusi yang lebih praktis agar proses dialog damai ini bisa terus berjalan."

Presiden AS Donald Trump dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un gagal menyepakati kesepakatan apapun dalam pertemuan tingkat tinggi di Hanoi pada 28 Februari 2019. Keduanya tidak menyetujui usulan yang diajukan oleh masing-masing pihak.

Kim Jong-un ingin agar AS mencabut sejumlah sanksi signifikan yang Negeri Paman Sam berlakukan kepada Korea Utara, dengan imbalan bahwa Pyongyang akan menutup fasilitas nuklirnya di Yongbyon.

Di sisi lain, Donald Trump ingin agar Korut melucuti semua persenjataan dan fasilitas pengembangan nuklirnya --atau complete, veriviablee, irreversible denuclirization (CVID)-- dengan imbalan AS akan mencabut sanksi kepada negara tertutup itu.

Mengomentari hasil pertemuan di Hanoi, Kim Chang-beom mengatakan, "Meski tidak ada kesepakatan yang dibuat, setidaknya kedua pemimpin telah menetapkan landasan dasar dari keinginan masing-masing --sesuatu yang tidak kita temukan pada KTT AS-Korut pertama di Singapura tahun lalu."

"Dan itu menjadi landasan yang baik untuk membawa dialog serta negosiasi ini ke tahapan lebih lanjut," jelasnya.

 

Simak video pilihan berikut:

Korea Selatan Yakin Bisa Menjembatani AS-Korut

Presiden Korea Selatan Ambil Air Gunung Sakral di Korea Utara
Presiden Korea Selatan Moon Jae-in (dua kanan) dan sang istri Kim Jung-sook (kanan) foto bersama Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un (dua kiri) dan sang istri Ri Sol Ju (kiri) di Gunung Paektu, Korea Utara, Kamis (20/9). (Pyongyang Press Corps Pool via AP)

Usulan tentang Korea Selatan yang ingin 'menjembatani' antara Korea Utara dan AS demi memanfaatkan momentum KTT Vietnam, diutarakan pertama kali oleh Presiden Moon Jae-in sehari usai pertemuan Kim-Trump.

Berpidato di hadapan Dewan Nasional Korea Selatan pada 1 Maret 2019, Moon Jae-in mengatakan bahwa negaranya "akan bekerja sama dengan Amerika Serikat (AS) dan Korea Utara," untuk membantu mengatasi pembicaraan mereka di Hanoi yang tak melahirkan kesepakatan.

"Saya percaya ini adalah bagian dari proses untuk mencapai tingkat kesepakatan yang lebih tinggi. Sekarang peran kami menjadi lebih penting," kata Moon.

"Pemerintahan saya akan berkomunikasi erat dan bekerja sama dengan Amerika Serikat dan Korea Utara untuk membantu pembicaraan mereka mencapai penyelesaian penuh dengan cara apa pun," katanya.

Menimpali pidato Presiden Moon, Dubes Kim Chang-beom mengatakan bahwa Korea Selatan layak menjembatani AS-Korut untuk melanjutkan dialog ketiga, karena Negeri Ginseng "memiliki sejarah, kerangka kerja, dan kontribusi signifikan selama beberapa tahun terakhir guna menurunkan tensi di Semenanjung Korea," ujarnya di Jakarta, Rabu 5 Maret 2019.

Kim Chang-beom menambahkan bahwa para pejabat Korea Selatan punya peranan vital yang telah memicu "tiga kali pertemuan tinggi Kim - Moon pada 2018 dan pertemuan tinggi perdana Kim - Trump di Singapura Juni 2018."

"Ketiga negara sudah satu frekuensi dari segi fundamental. Selama tiga tahun terakhir Korea Selatan selalu menjadi garda terdepan untuk membuat seluruh proses dialog itu berjalan. Dan hasilnya, terlepas bagaimanapun, telah sesuai harapan kami: bahwa Korea Utara dan Kim Jong-un sudah mulai terbuka, kondisi di Semenanjung relatif lebih tenang, dan AS-Korut tak lagi saling bertukar ancaman."

Sementara itu, pada hari dan waktu terpisah, Menteri Luar Negeri Korea Selatan Kang Kyung-wha mengatakan bahwa upaya 'menjembatani' itu bisa berupa perundingan tiga arah semi-resmi dengan Amerika Serikat dan Korea Utara.

Pembicaraan itu juga bisa mencakup para ahli sipil dari AS dan Korea Selatan, akan membantu menyelesaikan perbedaan tentang berapa banyak pecabutan sanksi yang harus diberikan Washington kepada Korea Utara dengan imbalan langkah-langkah pelucutan nuklir.

"Kita harus melihat apa dan bagaimana AS dan Korea Utara melihat situasi saat ini dan kami akan membuat langkah-langkah mediasi praktis," kata Kang Kyung-wha.

"Kami akan membuat berbagai langkah untuk membuka kembali dialog antara AS dan Korea Utara. Selain itu, kami akan bekerja sama dengan negara-negara yang tertarik dengan masalah ini, seperti China dan Rusia, untuk membuka kembali dialog AS - Korea Utara sesegera mungkin."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya