Sri Lanka Hadapi Jenis Terorisme Baru, Menteri: Kami Akan Gunakan Cara Ini

Total delapan ledakan terjadi di Sri Lanka, menewaskan 290 orang dan melukai 500 lainnya kemarin, yang juga bertepatan dengan perayaan Minggu Paskah.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 22 Apr 2019, 14:21 WIB
Diterbitkan 22 Apr 2019, 14:21 WIB
Gereja rusak parah pasca ledakan bom di Sri Lanka (Sumber: Twitter.com/Geeta_Mohan)
Gereja rusak parah pasca ledakan bom di Sri Lanka (Sumber: Twitter.com/Geeta_Mohan)

Liputan6.com, Kolombo - Menteri Perumahan Sri Lanka, Sajith Premadasa mengatakan bahwa negaranya menghadapi "jenis terorisme baru" menyusul rangkaian ledakan yang melanda Kolombo dan Batticaloa pada Minggu 21 April 2019

Total delapan ledakan terjadi di Sri Lanka --7 di Kolombo dan 1 di Batticaloa-- menewaskan 290 orang dan melukai 500 lainnya kemarin, yang juga bertepatan dengan perayaan Minggu Paskah.

Pemerintah dan aparat penegak hukum Sri Lanka telah melabel peristiwa itu sebagai salah satu yang paling berdarah dalam sejarah Negeri Ceylon, serta menyatakan akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mengusut tuntas kasus tersebut dan mencegahnya agar tak terulang.

"Sejak akhir perang tahun 2009, kami belum mengalami serangan seperti ini sehingga kami sangat terganggu dan khawatir tentang hal ini," kata Menteri Premadasa, seperti dilansir dari CNN, Senin (22/4/2019).

Ia merujuk pada Perang Saudara Sri Lanka antara pemerintah dengan Kelompok Macan Tamil yang berlangsung sejak 1983 hingga tercapainya perdamaian pada 2009.

Perang saudara yang panjang di Sri Lanka antara separatis Macan Tamil dan pemerintah berakhir satu dekade lalu, setelah merenggut antara 70.000 hingga 80.000 jiwa. Menangani konflik itu telah mempersiapkan pemerintah untuk menghadapi terorisme, kata Premadasa.

"Selama perang teroris 30 tahun ada serangan terhadap semua institusi, mereka (Macan Tamil) tidak menyisihkan apa pun di jalan mereka menuju negara separatis, tetapi kami menang dalam mengalahkan terorisme," tambahnya.

Akan tetapi, lanjut Premadasa, "Kejadian (kemarin) ini mengejutkan dan kami akan menerapkan terapi kejut (shock therapy)," nilainya.

Premadasa menambahkan bahwa rangkaian kejadian kemarin merupakan karya para pembom bunuh diri.

Menanggapi laporan serangan pembalasan terhadap komunitas Muslim Sri Lanka, Premadasa mengatakan acaman seperti itu tidak akan terjadi dan yakin bahwa "hukum akan menang".

Sang menteri juga menggarisbawahi mengenai laporan intelijen mengenai potensi teror yang telah muncul sejak 10 hari lalu sebelum insiden 21 April 2019. Premadasa mengatakan bahwa itu akan menjadi bagian penting dari penyelidikan yang sekarang sedang berlangsung.


Potensi Teror di Sri Lanka Sejak 10 Hari Lalu

99 Orang Tewas dalam Ledakan Gereja dan Hotel di Sri Lanka
Polisi mensterilkan jalan saat sebuah ambulans melaju membawa korban ledakan gereja di Kochchikade, Kolombo, Sri Lanka, Minggu (21/4). Sekitar 99 orang dilaporkan tewas dalam ledakan di tiga gereja dan tiga hotel di Sri Lanka. (AP Photo/Eranga Jayawardena)

Kepala kepolisian Sri Lanka dikabarkan telah merilis imbauan nasional mengenai ancaman teror, 10 hari sebelum peristiwa rangkaian bom terjadi di Kolombo dan Batticaloa pada Minggu 21 April 2019 pagi waktu lokal.

Menurut dokumen imbauan yang dilihat AFP, dijelaskan bahwa bomber bunuh diri berniat menyerang "gereja ternama", demikian seperti dikutip dari Times of India, Minggu (21/4/2019).

Kepala Kepolisian Pujuth Jayasundara mengirim imbauan intelijen itu kepada pejabat tinggi Sri Lanka pada 11 April 2019.

"Badan intelijen asing telah melaporkan bahwa NTJ (National Thowheed Jamath) berencana untuk melakukan serangan bunuh diri menargetkan gereja dan komisi tinggi India di Kolombo," kutip laporan tertulis itu.

NTJ adalah kelompok muslim radikal di Sri Lanka yang masuk dalam radar aparat tahun lalu, ketika mereka dihubungkan dengan peristiwa vandalisme terhadap beberapa patung Buddha.

Hingga berita ini turun, belum jelas apakah NTJ memang benar terkait dengan peristiwa Minggu 21 April 2019.


24 Orang Ditangkap

99 Orang Tewas dalam Ledakan Gereja dan Hotel di Sri Lanka
Prajurit Angkatan Darat Sri Lanka mengamankan sekitar Gereja St Anthony Shrine usai ledakan di Kochchikade, Kolombo, Sri Lanka, Minggu (21/4). Menurut laman News18 dikutip pada Minggu (21/4/2019), saat ini terdapat sekitar 450 orang yang telah dibawa ke rumah sakit. (AP Photo/Eranga Jayawardena)

Total 24 orang telah diamankan oleh otoritas Sri Lanka menyusul rangkaian teror bom beruntun yang terjadi di negara itu pada Minggu 21 April 2019.

Perkembangan terbaru soal penangkapan itu diumumkan oleh Kepala Kepolisian Sri Lanka, Ruwan Gunasekara pada Senin pagi, 22 April 2019 waktu lokal, sebagaimana dilansir CNN (22/4/2019).

Gunasekara memastikan bahwa seluruh penangkapan dilakukan sehubungan dengan insiden pada Minggu kemarin.

Dua di antaranya diamankan karena "memiliki gelagat yang mencurigakan" di sebuah hotel di Dambulla, Sri Lanka tengah.

Belum jelas berapa orang yang akan diproses ke tahapan hukum selanjutnya. Sebagian besar kemungkinan diamankan demi alasan penyelidikan.

Jumlah Orang yang Ditangkap Melonjak

Jumlah orang yang telah diamankan oleh otoritas melonjak dari pengumuman sebelumnya pada Minggu sore, 21 April 2019 atau beberapa jam usai rangkaian insiden terjadi.

Kemarin sore, Kementerian Pertahanan Sri Lanka mengonfirmasi bahwa tujuh orang telah ditangkap sehubungan dengan ledakan berantai.

Pada hari yang sama, outlet berita India News18.com melaporkan bahwa dua bomber bunuh diri diidentifikasi bernama Zahran Hashim, yang melancarkan aksi di Hotel Shangri La, Kolombo; dan Abu Mohammad yang menyerang gereja di Batticalao. Otoritas belum mengonfirmasi laporan tersebut.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya