Liputan6.com, Washington DC - Presiden Donald Trump menjanjikan dukungan Amerika Serikat kepada Sri Lanka dalam mengusut teror bom beruntun yang menghantam Negeri Ceylon pada Minggu 21 April 2019.
Janji itu disampaikan Trump kepada Perdana Menteri Sri Lanka Ranil Wickremesinghe dalam sebuah sambungan telepon pada Senin 22 April 2019 waktu lokal, kata Gedung Putih.
Advertisement
Baca Juga
Selama panggilan telepon, Trump "menjanjikan dukungan Amerika Serikat ke Sri Lanka untuk membawa para pelaku ke pengadilan," menurut pernyataan Gedung Putih seperti dikutip dari CNN, Selasa (23/4/2019).
Ini pernyataan lengkapnya:
"Presiden Donald J. Trump menelepon Perdana Menteri Sri Lanka Ranil Wickremesinghe pagi ini untuk menyampaikan belasungkawa kepada rakyat Sri Lanka atas serangan teroris hari Paskah yang menewaskan hampir 300 orang dan melukai ratusan lainnya.
Serangan serentak yang hampir bersamaan terhadap gereja dan hotel di Sri Lanka merupakan salah satu peristiwa teroris paling mematikan sejak serangan 11 September 2001 di Amerika Serikat.
Perdana Menteri Wickremesinghe menyatakan penghargaannya atas kepedulian Presiden dan memberikannya kabar terbaru tentang kemajuan penyelidikan atas serangan tersebut.
Presiden Trump menjanjikan dukungan Amerika Serikat ke Sri Lanka dalam membawa para pelaku ke pengadilan, dan para pemimpin menegaskan kembali komitmen mereka untuk memerangi terorisme global."
Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan "perang melawan terorisme" di Sri Lanka, "adalah perang Amerika juga."
"Terorisme Islam radikal tetap menjadi ancaman. Presiden sudah sangat jelas tentang itu, saya pikir saya sudah sangat jelas tentang itu. Kami terus melakukan pekerjaan nyata terhadap manusia jahat ini yang pergi ke tempat ibadah pada hari Minggu Paskah," kata Pompeo kepada wartawan di Kementerian Luar Negeri, Senin kemarin.
Pompeo menyerukan "setiap pelaku kejahatan dibawa ke pengadilan secepatnya."
Otoritas AS Ambil Andil dalam Penyelidikan
Biro Investigasi Federal Amerika Serikat (FBI) juga membantu otoritas Sri Lanka ketika mereka menyelidiki ledakan bom hari Minggu, menurut juru bicara FBI.
Dikatakan, FBI juga telah menawarkan keahlian laboratorium untuk menguji bukti bom, sementara analis meninjau database biro untuk informasi yang berguna, demikian seperti dikutip dari the Washington Post.
Advertisement
AS dan India Telah Peringatkan Ancaman Teror di Sri Lanka
Badan intelijen Amerika Serikat (AS) dan India telah memperingatkan pemerintah Sri Lanka tentang ancaman serangan segera, kata Harsha de Silva, Menteri Reformasi Ekonomi dan Distribusi Publik Sri Lanka.
Berbicara kepada presenter CNN, Christiane Amanpour pada Senin 22 April, de Silva mengatakan pemerintah Sri Lanka memang menerima informasi dari luar negeri bahwa sesuatu yang mengerikan akan terjadi.
"Tetapi perdana menteri tidak tahu tentang kabar itu," kata de Silva, sebagaimana dikutip dari CNN pada Selasa (23/4/2019).
De Silva, sekutu Perdana Menteri Sri Lanka Ranil Wickremesinghe, berpendapat bahwa "itu bukan kegagalan aparat intelijen", tetapi kegagalan dalam mengimplementasikan respons yang tepat.
Di lain pihak, pada Minggu sore, PM Wickremesinghe tidak menampik bahwa mungkin ada informasi sebelumnya tentang serangan itu.
Namun, dia mengatakan bahwa tidak semua diberi informasi (tentang intelijen), dan itu adalah salah satu masalah yang harus diperhatikan sekarang.
"Untuk saat ini prioritasnya adalah menangkap para pelaku teror," tambahnya.