Liputan6.com, Jakarta - Kesukaan tiap orang berbeda-beda. Termasuk selera dalam urusan makanan. Ada yang suka manis, asin hingga asam. Namun, dari sekian banyak rasa itu, terselip cita rasa pedas.
Tak semua orang menyukai makanan pedas. Bahkan ada yang menganggap makanan pedas itu bisa merusak makanan.
Advertisement
Baca Juga
Lalu, apa yang menyebabkan ada banyak orang yang tidak suka dengan makanan pedas?
Seorang chef bernama Bill Phillips sekaligus ahli makanan pedas dan profesor di Culinary Institute of America, mengatakan bahwa efek mengonsumsi makanan pedas itu bukan terletak di perut tapi di otak.
"Meskipun rasanya seperti terbakar, sebenarnya itu adalah tipuan pikiran," jelas Bill Phillips.
"Makanan pedas yang masih dalam kata wajar pun tidak akan menyebabkan kerusakan fisik," tambahnya.
Bill Phillips juga menjelaskan bahwa makanan pedas terasa akibat proses melepasnya melekul-molekul kimia, seperti capsaicin.
Capsaicin dinilai mampu merangsang reseptor rasa sakit pada lidah terkait peningkatan suhu dan bukan karena pembakaran permukaan lidah.
"Ini lebih kepada sensasi panas," kata Bill Phillips
Kebiasaan Mengonsumsi Makanan Pedas
Chef Phillips mengatakan bahwa pecinta makanan pedas tidak terlahir dengan ketertarikan hal tersebut. Itu semua terjadi akibat kebiasaan yang telah dilakukan sejak kecil.
"Ini bisa menjelaskan mengapa orang-orang dari beberapa negara, seperti India atau Meksiko, tampaknya memiliki toleransi alami yang lebih tinggi terhadap makanan panas," ujar Phillips.
"Anak-anak di Meksiko sebenarnya mengemil permen lolipop yang dicampur dengan jalapeno. Itu cukup pedas sehingga telah terbiasa," tambahnya.
Advertisement
Mulai Mencintai Rasa Pedas
Chef Phillips menambahkan, begitu terbiasa dengan makanan pedas sejak kecil, maka seseorang akan mulai menghargai cita rasa dari cabai.
Selain karena kebiasaan, rasa cabai itu juga menyerupai kebanyakan buah yang tumbuh di iklim tropis.
Jadi tak heran apabila mereka yang tinggal di negara tropis akan sangat terbiasa dengan makanan-makanan pedas.