Filipina Ancam Tindak Keras Kapal Perang Asing yang Melintas Tanpa Izin

Pemerintah Filipina mengancam akan bertindak keras terhadap kapal asing yang memasuki wilayahnya tanpa izin.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 21 Agu 2019, 08:02 WIB
Diterbitkan 21 Agu 2019, 08:02 WIB
Rodrigo Duterte
Presiden Filipina Rodrigo Duterte memberi tahu puluhan polisi yang berada di hadapannya bahwa mereka akan diawasi. (Ted Aljibe/AFP)

Liputan6.com, Manila - Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengeluarkan peringatan keras, akan melakukan "perlakuan tidak bersahabat" terhadap kapal-kapal perang asing yang memasuki wilayah perairannya tanpa izin.

Peringatan itu disampaikan Duterte setelah sebuah gesekan yang jarang terjadi, ketika kapal perang China melintas hanya beberapa kilometer dari lepas pantai Manila, demikian sebagaimana dikutip dari Channel Newa Asia pada Selasa (20/8/2019).

Juru bicara Duterte, Salvador Panelo, menyampaikan desakan transparansi di tengah frustrasi yang dialami militer Filipina, setelah beberapa penampakan kapal perang China pada tahun, rata-rata berjarak sekitar 19,3 kilometer dari berbagai pesisir terluar negara kepulauan tersebut.

"Semua kapal asing yang melewati perairan teritorial kami harus memberi tahu dan mendapatkan izin dari otoritas pemerintah yang tepat, sebelum perjalanan yang sebenarnya," kata Panelo.

"Kami akan menindak entah dengan cara yang ramah, atau menegakkannya secara tidak ramah," tambahnya.

Panelo tidak menyebut China dalam peringatan tersebut, dan juga tidak menguraikan apa yang mungkin ditimbulkan oleh penegakan itu terkait kualitas hubungan diplonatik Filipina di kemudian hari.

Saksikan video pilihan di bawah ini: 

Duterte Hadapi Tekanan Nasional

Presiden Filipina Rodrigo Duterte (AP/Bullit Marquezz)
Presiden Filipina Rodrigo Duterte (AP/Bullit Marquezz)

Angkatan bersenjata Filipina telah merilis gambar dan mengutip keterangan saksi antara Februari dan awal Agustus, terhadap kehadiran kapal perang China di lepas pantai pulau Palawan dan Tawi Tawi.

Hal itu, menurut Menteri Pertahana Delfin Lorenzana, disebut sebagai sebuah pola yang sangat mungkin memicu "iritasi".

Sementara itu Duterte menghadapai tekanan meluas di dalam negeri, setelah banyak kritikus menilai pendekatan pasifnya terhadap provokasi China sebagai imbalan atas hubungan bisnis yang terjalin dengan Beijing.

Namun, para kritikus mengkritik bahwa apa yang dijanjikan dalam kesepakatan terkait, datang sangat lambat.

Selain itu, meski survei secara konsisten menunjukkan dukungan luas publik terhadap kepempimpinan Duterte, namun jajak pendapat serupa justru menempatkannya pada titik terendah dalam kualitas hubngan dengan Tiongkok, khususnya terkait konflik di Laut China Selatan.

Duterte Akan Berkunjung ke China

Presiden Filipona Rodrigo Duterte (kiir) berjalan berdampingan dengan Presiden China Xi Jinping (kanan) di Beijing. (AP/Ng Han Guan)
Presiden Filipona Rodrigo Duterte (kiir) berjalan berdampingan dengan Presiden China Xi Jinping (kanan) di Beijing. (AP/Ng Han Guan)

Sementara itu, Duterte dijadwalkan akan mengunjungi China pada 28 Agustus hingga 2 September mendatang, kata juru bicaranya.

Duterte telah berjanji untuk membahas kemenangan arbitrase internasional Laut China Selatan 2016 --melawan Tiongkok-- dengan timpalannya, Xi Jinping.

Namun, Duterte kini memilih untuk tidak mendorong putusan itu, yang membatalkan klaim kedaulatan Beijing atas sebagian besar Laut China Selatan

Adapun China, tidak berpartisipasi dalam proses pengadilan dan menolak keputusan itu.

Laut China Selatan adalah rute vital bagi kapal yang mengangkut lebih dari US$ 3 triliun perdagangan global setiap tahun tahunnya.

Filipina, Malaysia, Vietnam, Taiwan dan Brunei juga memiliki klaim yang tumpang tindih dengan bagian-bagiannya perairan tersebut.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya