Liputan6.com, Missouri - Pada 1855, Brooklyn Daily Eagle melaporkan tentang pembunuhan mengerikan yang menimpa seorang istri. Wanita ini tewas mengenaskan di tangan suaminya sendiri, padahal mereka adalah pengantin baru.
Kisah pilu itu datang dari pedesaan di Prancis. Kala itu, orangtua korban awalnya mencegah pertunangan putrinya. Hal ini dikarenakan orangtua korban melihat gelagat aneh calon menantunya beberapa minggu sebelum pertunangan --meski banyak yang menilai pasangan muda ini cocok.
Dengan berat hati, orangtua korban akhirnya merestui pertunangan anaknya dan pernikahan itu terjadi. Tak lama setelah resepsi usai dihelat, kedua mempelai langsung undur diri dari tamu undangan. Mereka ingin segera beristirahat dan menghabiskan 'malam pengantin' di rumah.
Advertisement
Baca Juga
Namun, pada dini hari, warga melaporkan mendengar jerit ketakutan dan teriakan "minta tolong" dari seorang perempuan yang berasal dari tempat tinggal pengantin baru itu.
Orang-orang dengan cepat datang untuk menemukan sumber suara tersebut dan benar saja, itu ada di kediaman pengantin baru. Ketika orang-orang mendobrak pintu rumah, terlambat, gadis tersebut sudah tak bernyawa.
Surat kabar lokal menyebut, dada korban robek dan terkoyak-koyak. Suaminya mengamuk seperti orang gila. Tubuhnya berlumuran darah. Ia kedapatan sedang melahap sebagian dari payudara istrinya.
Mirisnya lagi, setelah melakukan perlawanan dengan orang-orang yang menggerebeknya, pria tersebut tewas.
Polisi pun dibuat bingung dengan kasus itu. Lalu, apa yang menyebabkan insiden mengerikan ini?
Penyelidikan dilakukan. Dokter dari tim investigasi menemukan bukti bahwa si pria sebelumnya telah digigit oleh anjing aneh.
Brooklyn Daily Eagle menggambarkan peristiwa tersebut sebagai "kasus hidrofobia yang menyedihkan dan malang," atau dalam bahasa sekarang: rabies.
Akan tetapi, pada dasarnya itu adalah narasi "manusia serigala": gigitan anjing gila yang menyebabkan metamorfosis mengerikan di tubuh orang. Gigitan ini mengubah suami tadi menjadi "monster" jahat dengan dorongan seksual yang keji, menyebabkan kekerasan yang cabul dan menjijikkan.
Jessica Wang, Associate Professor dari Sejarah Amerika Serikat di University of British Columbia mengatakan, seperti dikutip dari Live Science, Rabu (30/10/2019): "Buku baru saya, "Mad Dogs and Other New Yorkers: Rabies, Medicine, and Society in an American Metropolis, 1840-1920 mengeksplorasi makna tersembunyi di balik cara orang menilai rabies."
Menurutnya, versi dari kisah pengantin pria rabies telah diceritakan dan dituliskan kembali di banyak surat kabar berbahasa Inggris di Amerika Utara, sejak setidaknya awal Abad ke-18, dan "dongeng" ini terus muncul hingga akhir 1890-an.
Versi Brooklyn Daily Eagle pada dasarnya adalah dongeng tentang anjing gila dan garis pemisah tipis antara manusia dan hewan. Rabies menciptakan ketakutan di kalangan manusia, karena ini adalah penyakit yang tampaknya mampu mengubah manusia menjadi "binatang" buas.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Penyakit yang Fatal
Sejarawan Eugen Weber pernah mengamati bahwa petani Prancis pada Abad ke-19 takut akan tiga hal: serigala, anjing gila, dan api.
Anjing gila --atau penyakit yang kita kenal sekarang sebagai rabies-- dianggap menjadi pemicu hal-hal buruk selama berabad-abad.
Penyakit menular lainnya --termasuk kolera, tipus, dan difteri-- membunuh lebih banyak orang pada Abad ke-19 dan awal Abad ke-20. Pengobatan modern tahu bahwa rabies disebabkan oleh virus. Begitu memasuki tubuh, virus ini pergi ke otak melalui sistem saraf.
Waktu jeda berminggu-minggu atau berbulan-bulan, antara paparan awal dan timbulnya gejala. Itu artinya, rabies tidak lagi menjadi ancaman kematian jika seorang yang terdampak dengan cepat menerima suntikan antibodi kekebalan dan vaksin.
Meskipun jarang dijumpai orang yang meninggal karena rabies di Amerika Serikat, namun penyakit ini masih membunuh puluhan ribu orang secara global setiap tahun.
Menurut berbagai sumber Abad ke-19, dikutip dari Live Science, setelah masa inkubasi antara empat dan 12 minggu, gejala rabies mungkin dimulai dengan perasaan gelisah kuat, yang kemudian berkembang menjadi spasmodik (gangguan pada otot leher yang mengakibatkan kepala miring --bagian atas kepala terlihat miring ke satu sisi, sementara dagu miring ke sisi lain) yang merupakan ciri khas rabies.
Selain itu, orang tersebut jadi sulit tidur, demam, denyut nadi cepat, air liur menetes terus, pernapasan sulit. Korban tidak jarang menunjukkan halusinasi atau gangguan mental lainnya.
Upaya untuk mengurangi gejala rabies sering gagal. Bahkan sampai hari ini, rabies tetap tidak dapat disembuhkan begitu tanda-tanda klinis muncul.
Advertisement
Gigitan yang Merubah Manusia Jadi Binatang
Catatan mengenai sejarah Amerika pada Abad ke-19 tidak pernah secara langsung menyebut hal gaib. Namun, deskripsi gejala rabies menunjukkan asumsi tentang bagaimana penyakit itu menularkan esensi hewan menggigit ke manusia.
Surat kabar Brooklyn Daily Eagle sering menggambarkan orang-orang yang terdampak rabies akibat gigitan anjing kerap melolong dan menggeram, sementara korban gigitan kucing menggaruk dan menjilat tubuh sendiri.
Halusinasi, sesak napas, dan kejang-kejang yang tidak terkendali merupakan kesan yang tertangkap tentang jejak jahat hewan rabies.
Langkah-langkah pencegahan tradisional juga menunjukkan bagaimana orang Amerika diam-diam mengambil cara yang tak masuk akal. Konon, korban rabies dapat sembuh dengan membunuh anjing yang menggigitnya, atau mengoleskan bulu anjing yang menggigitnya ke luka gigitan tersebut, atau memotong ekor anjing itu.
Di satu sisi, rabies kerap meninggalkan kesan mengerikan di benak manusia. Ketika seorang warga Brooklyn meninggal karena rabies pada 1886, New York Herald mencatat kejadian yang aneh.
"Dalam beberapa menit setelah napas terakhir pria itu, tanda berbentuk cincin kebiruan di tangannya menghilang. Hanya kematian yang mematahkan cengkeraman anjing gila itu," tulis koran tersebut.