Liputan6.com, Essex - Seorang wisatawan asal Inggris bernama Grace Millane meninggal dunia saat berhubungan seksual, menurut laporan yang terungkap dalam persidangan yang digelar pada Selasa 19 November 2019.
Ia meninggal pada 1 Desember 2018, malam sebelum ulang tahunnya yang ke-22, saat menjadi backpacker ke Auckland, Selandia Baru.
Advertisement
Seorang pria usia 27 tahun yang tidak bisa disebutkan namanya telah ditangkap dan diadili dalam kasus ini. Namun, ia membantah tuduhan pembunuhan yang dijatuhkan padanya.
Dilansir dari BBC, Rabu (20/11/2019), pria tersebut mengatakan, pembelaannya kepada Pengadilan Tinggi Auckland bahwa Millane meninggal secara tiba-tiba karena tercekik secara tidak sengaja ketika melakukan hubungan seksual.Â
Terdakwa memilih untuk tidak memberikan bukti sendiri. Jaksa menuduh dia mencekik Millane sebelum membuang jasadnya.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
'Bukan Pembunuhan'
Pengadilan mengetahui bahwa keduanya dipertemukan melalui aplikasi kencan, Tinder yang berlanjut minum koktail selama beberapa jam di Selandia Baru. Setelah pertemuan santai tersebut, keduanya pergi menuju kamar hotel pria tersebut di CityLife, di pusat kota Auckland.
Ron Mansfield, pembela pria tersebut mengatakan kepada juri di pengadilan: "Jika mereka berdua secara sadar dan setuju untuk melakukan hubungan seksual namun terjadi suatu hal yang salah, dan tak ada yang berniat untuk melakukan apapun, maka itu bukanlah suatu pembunuhan."
"Dan itulah yang (terdakwa) katakan tentang apa yang terjadi, dan itulah yang pada akhirnya Anda akan diberi tahu bukti yang diungkapkan," tambah Mansfield.Â
Dia mengatakan, sementara kejadian kematian akibat pencekikan konsensual adalah kasus yang "jarang", itu akan berbahaya "jika dua orang mabuk, cenderung tidak berpengalaman dan tidak mengenal satu sama lain dengan baik".
Tersangka telah mengakui bahwa ia meletakkan jasad korban di dalam sebuah koper kemudian menguburnya di daerah Waitakere Ranges, daerah hutan pegunungan di luar Auckland.
Mansfield juga mengatakan kepada polisi bahwa ia shock pada pagi harinya setelah mengetahui bahwa wanita tersebut meninggal dunia setelah kencan mereka.Â
Pihak pembela mengklaim bahwa Millane tidak menderita luka-luka selain yang dikatakan lelaki itu terjadi selama hubungan seks, dan para tetangga tidak mendengar apa pun yang akan menunjukkan pertengkaran telah terjadi sebelumnya.
Mansfield menambahkan dia tidak berusaha untuk menyalahkan atau memalukan Millane untuk kepentingan seksual apa pun yang mungkin dia miliki.
Pengadilan juga mengetahui dalam pernyataan dari teman-teman bahwa Millane telah membahas minat dalam perilaku seksual BDSM dan memiliki profil pada aplikasi kencan BDSM.
Ahli patologi dan toksikologi forensik, Dr Fintan Garavan mengatakan kepada para juri bahwa luka-luka Millane akan "berpihak pada konsensus" karena tidak ada tanda-tanda perlawanan.
Saat ini, persidangan masih terus berlanjut.
Advertisement
Tersangka Pergi Kencan Lagi Setelahnya
Jaksa menambahkan bahwa pada malam yang sama, tersangka mencari informasi di internet tentang cara membuang jasad.
"Tersangka tidak merasa tertekan atas kematian korban," ucap jaksa sambil menambahkan bahwa pria tersebut juga mulai mencari konten pornografi.
Terdakwa juga diduga melakukan pencarian di internet untuk mengambil foto intim tubuh Millane.
Dia kemudian kembali mengunjungi situs-situs porno, sebelum mencari "tas besar di dekat saya" dan "rigor mortis".
Keesokan harinya, dia pergi kencan lewat aplikasi Tinder dengan wanita lain padahal tubuh Millane masih ada di apartemen yang sama.Â
Kematian Millane memicu kesedihan publik di Selandia Baru dimana kemudian Perdana Menteri negara itu, Jacinda Ardern meminta maaf kepada keluarganya.
Millane telah melakukan perjalanan keliling dunia, bepergian sendirian di Selandia Baru selama dua minggu, setelah enam minggu sebelumnya berada di di Amerika Selatan.
Â