Selimut Kabut hingga Robot Pelayan, Secuil Memori di Pusat Teknologi AS Silicon Valley

Berikut ini secuil memori saat menginjakkan kaki di Silicon Valley, pusatnya teknologi di Amerika Serikat.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 22 Nov 2019, 09:01 WIB
Diterbitkan 22 Nov 2019, 09:01 WIB
Sekitar wilayah Silicon Valley. (Liputan6.com/Tanti Yulianingsih)
Sekitar wilayah Silicon Valley. (Liputan6.com/Tanti Yulianingsih)

Liputan6.com, Silicon Valley - Hawa dingin terasa menusuk tulang saat menginjakkan kaki di San Fransisco pada bulan November. 16 derajat celcius kala itu. Bergeser ke ujung selatan San Francisco Bay, suhu pun kian menurun, dan kembali naik saat berada di Silicon Valey.

Menurut situs accuweather, yang diakses dengan koneksi JavaMifi, siklus suhu pada bulan november berkisar 13 hingga 23 derajat Celcius. Saat Liputan6.com tiba di San Fransisco pada 4 November 2019 lalu, suhunya berada di tengah-tengah perkiraan tersebut.

Meski suhunya terbilang dingin, namun matahari masih menampakkan diri di San Fransisco. Rasa adem semakin terasa menusuk tulang saat angin kencang berhembus.

Di pagi hari, suhunya bisa turun hingga 7 derajat Celcius. Di tambah embusan angin yang cukup kencang, rasa dingin semakin membuat bulu kuduk berdiri. Kabut pun menyelimuti sejumlah wilayah di San Fransisco.

Di tempat yang Liputan6.com sambangi langsung, Silicon Valley, kabut tebal kerap menyelimuti wilayah tersebut. Biasanya selimut menyerupai asap putih di angkasa itu akan semakin berkurang saat siang, lalu kembali menebal di sore hari. Membuat jarak pandang berkurang, dan sulit menikmati pemandangan sekitar.

Berikut ini secuil memori saat menginjakkan kaki di Silicon Valley, pusatnya teknologi di Amerika Serikat:

1. Selimut Kabut di Bulan November

Selimut kabut di Silicon Valey saat bulan November. (Liputan6.com/Tanti Yulianingsih)
Selimut kabut di Silicon Valey saat bulan November. (Liputan6.com/Tanti Yulianingsih)

Suhu yang mencapai 7 derajat Celcius membuat temperatur rendah dan terasa kian dingin. Apalagi bagi mereka yang tinggal di daerah tropis nan kaya sinar matahari dan hangat.

Jaket tebal jadi solusi untuk menghadapi cuaca demikian.

Di tengah cuaca dingin ini, kabut pun menyelimuti. Pemandangan baru terlihat jelas saat siang hari. Sore menjelang malam, kabut kembali turun dan menghalangi jarak padang.

Meski ada cahaya matahari, rasa dingin tetap cukup terasa.

2. Pengisi Daya Mobil Listrik

Pengisi daya untuk mobil listrik di Aloft Hotel, Newark, California. (Liputan6.com/Tanti Yulianingsih)
Pengisi daya untuk mobil listrik di Aloft Hotel, Newark, California. (Liputan6.com/Tanti Yulianingsih)

Bukan hanya robot pelayan canggih yang ada di dalam hotel Aloft Newark. Jejak kecanggihan teknologi lainnya di tempat menginap ini adalah pengisi daya mobil listrik di parkiran.

Mereka yang menggunakan mobil listrik dan menginap di hotel itu, bisa dengan mudah mengisi dayanya. Tak perlu jauh mencari tempat mengisi daya kendaraan.

Di hotel ini ada sekitar tiga pengisi daya mobil listrik yang tersebar di parkiran.

2. Robot Pelayan di Hotel

Robot pelayan di Aloft Hotel, Newar, California. (Liputan6.com/Tanti Yulianingsih)
Robot pelayan di Aloft Hotel, Newar, California. (Liputan6.com/Tanti Yulianingsih)

Silicon Valley dikenal sebagai kawasan bermukimnya startup dan perusahaan raksasa teknologi ternama, sebut saja Microsoft, Facebook, dan Amazon. Banyak produk ternama lahir di kawasan yang berada di California, Amerika Serikat (AS), sebut saja Apple dan Tesla.

Jejak kecanggihan teknologi kelahiran Sillicon Valley tak diragukan lagi, tak hanya di markasnya, tapi juga tersebar di wilayah sekitar.

Salah satunya adalah robot di dalam hotel. "Botlrs", begitu ia disebut oleh karyawan hotel Aloft.

Robot pelayan di Aloft Hotel, Newark, California. (Liputan6.com/Tanti Yulianingsih)

Botlrs akan memberikan fasilitas ke kamar tamu sebagai pengganti manusia.

"Ia bisa mengantarkan makanan dan pesanan ke kamar tamu, tapi saat ini sedang rusak," ujar seorang karyawan hotel yang tak mau disebutkan namanya.

Ketika seorang tamu menelepon meminta sikat gigi atau handuk tambahan, karyawan hotel hanya memuat robot dengan barang-barang yang diminta, menekan nomor kamar, dan Botlr menangani sisanya.

Mengutip techcrunch.com, robot ini bekerja menggunakan kombinasi sensor dan konektivitas WiFi / 4G untuk berkomunikasi dengan hotel dan perangkat lunak elevator, robot yang bertenaga ROS dapat mencapai dan dari kamar tanpa merusak apa pun atau melukai siapa pun.

Sementara itu, computerworld.com menyebut robot itu dibuat oleh Savioke, sebuah perusahaan yang berbasis di Sunnyvale, California yang merancang dan membuat robot untuk industri jasa, termasuk kantor dan perawatan lansia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya