Liputan6.com, Sucre - Pemerintah sementara Bolivia menuduh mantan Presiden Evo Morales melakukan terorisme. Ia juga dituding menghasut, dianggap berperan mengobarkan kerusuhan di negara itu.
"Morales mengorganisir penghalang jalan yang mencegah makanan memasuki kota," kata Menteri Dalam Negeri Arturo Murillo seperti dikutip dari BBC, Sabtu(23/11/2019).
Baca Juga
Di Twitter, Morales membantah kredibilitas tuduhan tersebut.
Advertisement
Politisi sayap kiri dari komunitas asli Bolivia melarikan diri ke Meksiko, setelah tentara mendesaknya untuk mundur.
Protes yang diwarnai kekerasan telah melumpuhkan sejumalh bagian Bolivia, sejak pengunduran diri Morales yang dianggap sebagai kudeta militer.
Tudingan untuk Evo Morales Berdasarkan Rekaman Audio
Pada konferensi pers Jumat 22 November, Menteri Dalam Negeri Arturo Murillo mengatakan pengaduan pidana terhadap Evo Morales - berdasarkan rekaman audio yang diakui tentang Morales dari Meksiko - telah diajukan kepada jaksa penuntut.
"Kami sedang mencari hukuman maksimum untuk kasus penghasutan dan terorisme," kata Murillo.
Menanggapi tuduhan di Twitter, Morales mengatakan rekaman itu telah "dimanipulasi" dan mempertanyakan mengapa jaksa tidak menyelidiki kematian pengunjuk rasa sebagai gantinya.
Presiden sementara Jeanine Áñez sebelumnya mengatakan pendahulunya yang diasingkan, harus menghadapi penuntutan jika ia kembali ke negara itu.
Añez, seorang senator oposisi, menjabat sebagai presiden di tengah kekosongan kekuasaan sepeninggal Evo Morales. Ia berjanji segera mengadakan pemilihan dan menyangkal kudeta terhadap pemimpin Bolivia sebelumnya.
AS mengakui Añez sebagai pemimpin dan mengatakan mereka berharap dapat bekerja sama dengan pemerintahan sementara Bolivia.
Advertisement
29 Orang Jadi Korban Tewas
Setidaknya 29 orang tewas dalam bentrokan antara pasukan keamanan dan pengunjuk rasa sejak dia mengundurkan diri.
Bolivia telah dalam kekacauan sejak pemilihan presiden bulan lalu. Morales mengatakan dia menang, tetapi ini dibantah oleh partai-partai oposisi.