Liputan6.com, Manila - Badai Topan Phanfone menghantam pusat Filipina pada Hari Natal. Bencana tersebut membawa momen liburan yang menyengsarakan dan menakutkan bagi jutaan orang di negara yang mayoritas beragama Katolik itu.
Dikutip dari Channel News Asia, Kamis (26/12/2019), polisi mengatakan enam orang hilang ketika topan menerjang satu pulau kecil ke pulau lainnya.
Advertisement
Pada hari kedua, badai tersebut mengakibatkan hancurnya rumah-rumah, menumbangkan pohon-pohon, menimbulkan pemadaman termasuk di resor-resor populer seperti Boracay.
Pada puncak perayaan hari Natal, 25 Desember, puluhan ribu orang terdampar di sejumlah pelabuhan atau tempat evakuasi yang tertutup, sementara penduduk lainnya masih berusaha bertahan di rumah mereka masing-masing.Â
Meskipun lebih ringan, Topan Phanfone ini serupa dengan Topan Super Haiyan, topan yang paling mematikan di negara itu dalam sejarah karena telah memakan korban hingga 7.300 orang dan hilang pada 2013 silam.Â
Seorang ayah bersama dengan tiga anak dan dua kerabatnya hilang setelah rumah mereka menjadi korban hantaman Topan serta hujan deras yang menyebabkan meluapnya sungai di dekat kota Balasan.Â
Lebih dari 16.000 orang menghabiskan malam mereka di tempat penampungan yang semulanya merupakan bangunan sekolah, gimnasium dan gedung-gedung pemerintah ketika topan pertama kali melanda pada hari Selasa, 23 Desember 2019, kata pejabat pertahanan sipil.
"Itu menakutkan. Jendela kaca pecah dan kami berlindung di tangga," kata Ailyn Metran kepada AFP setelah dia dan anaknya yang berusia empat tahun berlindung di kantor dinas cuaca negara di kota Tacloban, tempat suaminya bekerja.
Topan itu menghancurkan bingkai jendela logam dari gedung dan jatuh ke atas mobil yang diparkir di luar, katanya.