Liputan6.com, Singapura - Situasi antara Iran dan Amerika Serikat (AS) sempat memanas usai serangan Iran ke pangkalan udara militer AS. Dua target yang dihantam rudal Iran adalah pangkalan Al Asad dan Erbil yang berlokasi di Irak.
Pemerintah Iran mengatakan serangan ini sebagai balas dendam terhadap kematian Jenderal Qasem Soleimani. Militer AS berkata tidak ada prajuritnya yang menjadi korban, namun disinyalir ada korban dari pihak Irak.
Advertisement
Baca Juga
Maskapai-maskapai Singapura pun sudah mengambil tindakan dengan menghindari wilayah udara Iran. Singapore Airlines (SIA) menyampaikan kabar ini via Twitter.
"Semua rute-rute penerbangan SIA dialihkan dari wilayah udara Iran," ujar maskapai.
Kementerian Luar Negeri Iran berkata serangan ini tidak berniat untuk memperburuk situasi.
"Kami tidak memicu eskalasi atau perang, tetapi akan mempertahankan diri dari agresi," ujar Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif via Twitter.
Berdasarkan informasi resmi Pentagon, serangan terjadi pada Selasa, 7 Januari, pukul 17.30 sore waktu AS. Serangan diluncurkan dari Iran.
Presiden AS Donald Trump awalnya dijadwalkan memberi keterangan pers, namun dibatalkan. Meski demikian, Donald Trump menyampaikan pesan di Twitter bahwa segalanya baik-baik saja.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Dubes Iran untuk RI: Tewaskan Jenderal Qasem Soleimani, Serangan AS Biadab
Sementara itu, Jenderal Militer Qasem Soleimani telah meninggal dunia setelah AS melancarkan serangannya, yang secara spesifik menargetkan Soleimani ketika berada di Irak.
Kepergiannya bukan sekadar kematian biasa, kematian Qasem Soleimani membangkitkan amarah Iran bahkan dunia atas apa yang telah dilakukan oleh negara di bawah kepemimpinan Donald Trump.
Kematian Soleimani juga bukan hanya membuat Iran kehilangan pemimpin, namun juga membangun spekulasi akan kemungkinan terjadinya Perang Dunia III.
Rasa yang berkecamuk, tak jelas lagi emosi, amarah atau kesedihan nampaknya menyelimuti jutaan warga Iran. Perasaan tersebut juga dirasakan Mohammad Azad, Duta Besar Iran untuk Indonesia.
Posisinya sebagai pejabat pemerintahan sekaligus sebagai warga negara Iran membuat perasaan tersebut menjadi berkali-kali lipat lebih terasa.
"Tindakan teror ini merupakan tindakan yang keji dan juga biadab," ujar Dubes Azad ketika ditemui oleh Liputan6.com pada Selasa, 7 Januari 2020.
Ia juga menyebutkan bahwa serangan yang dilakukan oleh AS merupakan bentuk terorisme negara atau yang berbasis pemerintahan.
Dubes Iran juga menceritakan bagaimana Qasem Soleimani menjadi seorang tokoh penyelesai persoalan. Ia merupakan tokoh yang menyebar luaskan keamanan di kawasan Timur Tengah. Ketika ia diundang oleh Suriah, ISIS bisa terkalahkan. Kali ini, kunjungannya ke Irak juga merupakan undangan resmi dari pihak Irak untuk membantu menyelesaikan persoalan di sana.
Soleimani merupakan seorang tokoh perlawanan seperti kepada kelompok militan ISIS, kelompok takfiri ataupun kelompok militan lain yang digagas oleh pihak asing demi sebuah tujuan untuk menginvasi wilayah Timur Tengah dan menyebarluaskan pengaruhnya di sana.
Advertisement
Warga Irak Juga Berduka
Amerika Serikat mengabarkan bahwa masyarakat Irak senang atas kepergian Jenderal Militer Qasem Soleimani.
Namun pada kenyataannya, mereka juga ikut turun ke jalan-jalan dan mengiringi jasad Soleimani yang meninggal karena perintah Trump.
Hal tersebut mengartikan bahwa sosok Qasem Soleimani tak hanya berarti bagi Iran namun juga Irak, serta seluruh dunia.
Dubes Mohammad Azad mengatakan bahwa Iran merupakan negara yang selalu berusaha menyebarluaskan perdamaian. Bukan seperti AS yang selalu fokus berambisi untuk menyebarluaskan kekuatannya.
Walaupun Presiden Donald Trump menyebutkan bahwa Soleimani merupakan tokoh terorisme terbesar di dunia, Dubes Azad mengatakan bahwa jika melihat dari orang yang mencintai dan rela mengantar jasad Soleimani, sudah dapat tergambar jelas siapa pelaku teror sesungguhnya.