Situasi Memanas, Maskapai Singapura Hindari Wilayah Udara Iran

Maskapai Singapura alihkan penerbangan yang melewati Iran.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 08 Jan 2020, 12:56 WIB
Diterbitkan 08 Jan 2020, 12:56 WIB
Ilustrasi tiket pesawat
Ilustrasi tiket pesawat (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Liputan6.com, Singapura - Situasi antara Iran dan Amerika Serikat (AS) sempat memanas usai serangan Iran ke pangkalan udara militer AS. Dua target yang dihantam rudal Iran adalah pangkalan Al Asad dan Erbil yang berlokasi di Irak.

Pemerintah Iran mengatakan serangan ini sebagai balas dendam terhadap kematian Jenderal Qasem Soleimani. Militer AS berkata tidak ada prajuritnya yang menjadi korban, namun disinyalir ada korban dari pihak Irak.

Maskapai-maskapai Singapura pun sudah mengambil tindakan dengan menghindari wilayah udara Iran. Singapore Airlines (SIA) menyampaikan kabar ini via Twitter.

"Semua rute-rute penerbangan SIA dialihkan dari wilayah udara Iran," ujar maskapai.

Kementerian Luar Negeri Iran berkata serangan ini tidak berniat untuk memperburuk situasi.

"Kami tidak memicu eskalasi atau perang, tetapi akan mempertahankan diri dari agresi," ujar Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif via Twitter.

Berdasarkan informasi resmi Pentagon, serangan terjadi pada Selasa, 7 Januari, pukul 17.30 sore waktu AS. Serangan diluncurkan dari Iran.

Presiden AS Donald Trump awalnya dijadwalkan memberi keterangan pers, namun dibatalkan. Meski demikian, Donald Trump menyampaikan pesan di Twitter bahwa segalanya baik-baik saja. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Dubes Iran untuk RI: Tewaskan Jenderal Qasem Soleimani, Serangan AS Biadab

Belasungkawa untuk Jenderal Iran Qasem Soleimani
Warga mengusap foto Panglima Garda Revolusi Iran Jenderal Qasem Soleimani di Kedubes Iran, Jakarta, Selasa (7/1/2020). Kedubes Iran membuka kunjungan bagi warga Indonesia untuk mengucapkan belasungkawa atas kepergian Jenderal Qassim Sulaimani. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Sementara itu, Jenderal Militer Qasem Soleimani telah meninggal dunia setelah AS melancarkan serangannya, yang secara spesifik menargetkan Soleimani ketika berada di Irak. 

Kepergiannya bukan sekadar kematian biasa, kematian Qasem Soleimani membangkitkan amarah Iran bahkan dunia atas apa yang telah dilakukan oleh negara di bawah kepemimpinan Donald Trump. 

Kematian Soleimani juga bukan hanya membuat Iran kehilangan pemimpin, namun juga membangun spekulasi akan kemungkinan terjadinya Perang Dunia III.

Rasa yang berkecamuk, tak jelas lagi emosi, amarah atau kesedihan nampaknya menyelimuti jutaan warga Iran. Perasaan tersebut juga dirasakan Mohammad Azad, Duta Besar Iran untuk Indonesia.

Posisinya sebagai pejabat pemerintahan sekaligus sebagai warga negara Iran membuat perasaan tersebut menjadi berkali-kali lipat lebih terasa.

"Tindakan teror ini merupakan tindakan yang keji dan juga biadab," ujar Dubes Azad ketika ditemui oleh Liputan6.com pada Selasa, 7 Januari 2020.

Ia juga menyebutkan bahwa serangan yang dilakukan oleh AS merupakan bentuk terorisme negara atau yang berbasis pemerintahan.

Dubes Iran juga menceritakan bagaimana Qasem Soleimani menjadi seorang tokoh penyelesai persoalan. Ia merupakan tokoh yang menyebar luaskan keamanan di kawasan Timur Tengah. Ketika ia diundang oleh Suriah, ISIS bisa terkalahkan. Kali ini, kunjungannya ke Irak juga merupakan undangan resmi dari pihak Irak untuk membantu menyelesaikan persoalan di sana.

Soleimani merupakan seorang tokoh perlawanan seperti kepada kelompok militan ISIS, kelompok takfiri ataupun kelompok militan lain yang digagas oleh pihak asing demi sebuah tujuan untuk menginvasi wilayah Timur Tengah dan menyebarluaskan pengaruhnya di sana.


Warga Irak Juga Berduka

Belasungkawa untuk Jenderal Iran Qasem Soleimani
Memo belasungkawa dan foto Panglima Garda Revolusi Iran Jenderal Qasem Soleimani terlihat di Kedubes Iran, Jakarta, Selasa (7/1/2020). Kunjungan belasungkawa ini dibuka mulai tanggal 7-8 Januari 2020 dari pukul 09.00-16.00 WIB. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Amerika Serikat mengabarkan bahwa masyarakat Irak senang atas kepergian Jenderal Militer Qasem Soleimani.

Namun pada kenyataannya, mereka juga ikut turun ke jalan-jalan dan mengiringi jasad Soleimani yang meninggal karena perintah Trump. 

Hal tersebut mengartikan bahwa sosok Qasem Soleimani tak hanya berarti bagi Iran namun juga Irak, serta seluruh dunia. 

Dubes Mohammad Azad mengatakan bahwa Iran merupakan negara yang selalu berusaha menyebarluaskan perdamaian. Bukan seperti AS yang selalu fokus berambisi untuk menyebarluaskan kekuatannya. 

Walaupun Presiden Donald Trump menyebutkan bahwa Soleimani merupakan tokoh terorisme terbesar di dunia, Dubes Azad mengatakan bahwa jika melihat dari orang yang mencintai dan rela mengantar jasad Soleimani, sudah dapat tergambar jelas siapa pelaku teror sesungguhnya. 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya