DPR AS Akan Gelar Pemilihan untuk Membatasi Trump Soal Perang Iran

Ketua DPR AS, Nancy Pelosi mengumumkan pada bahwa Kongres AS akan melakukan pememilihan guna mengekang wewenang Presiden Donald Trump untuk meningkatkan permusuhan dengan Iran.

oleh Liputan6.com diperbarui 09 Jan 2020, 12:25 WIB
Diterbitkan 09 Jan 2020, 12:25 WIB
Nancy Pelosi, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat, memimpin delegasi Demokrat ke Konferensi Madrid.
Nancy Pelosi, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat. (Liputan6/AP)

Liputan6.com, Amerika Serikat - Ketua DPR AS, Nancy Pelosi mengumumkan pada Rabu 8 Januari 2020 bahwa Kongres AS akan melakukan pememilihan guna mengekang wewenang Presiden Donald Trump untuk meningkatkan permusuhan dengan Iran.

Dilansir dari CNA, pemilihan dilakukan pada Kamis (9/1/2020). Hal ini dilakukan setelah Partai Demokrat dengan keras mengkritik presiden karena melancarkan serangan udara terhadap Jenderal Iran Qasem Soleimani tanpa persetujuan Kongres.

Resolusi itu akan meminta Trump untuk menghentikan semua aksi militer di Iran dalam waktu 30 hari, kecuali jika disetujui oleh Kongres atau sedang dalam hal serangan bersenjata yang akan segera terjadi terhadap personel AS.

Demokrat telah mengecam Trump karena melancarkan serangan udara terhadap Soleimani tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan Kongres dan telah menyatakan skeptis pada alasan pemerintah untuk melakukan serangan, dengan mengatakan bahwa itu adalah keputusan gegabah yang membawa AS lebih dekat ke perang yang tidak penting dengan Iran.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Trump Harus Lapor pada Kongres AS

Ekspresi Donald Trump Saat Hadiri National Prayer Breakfast
Ekspresi Presiden AS Donald Trump saat menghadiri National Prayer Breakfast atau Sarapan Doa Nasional di sebuah hotel di Washington DC (8/2). (AFP Photo/Mandel Ngan)

Sementara Trump tidak diharuskan secara hukum untuk berkonsultasi dengan Kongres sebelum melakukan aksi militer, namun saat serangan udara satu kali, hanya Kongres yang memiliki wewenang secara resmi menyatakan perang.

Trump diharuskan secara hukum untuk memberi tahu Kongres dalam waktu 48 jam tentang kemungkinan konflik militer yang berkelanjutan di luar negeri (seperti yang dikatakan Trump dalam Twitternya) di bawah War Powers Act 1973.

“Minggu lalu, Donald Trump memerintahkan serangan udara militer yang provokatif dan tidak proporsional yang menargetkan para pejabat militer Iran tingkat tinggi. Mereka mengambil tindakan ini tanpa berkonsultasi dengan Kongres,” kata Pelosi dalam sebuah pernyataan.

Membahayakan Masyarakat AS

Iran Tembakan Puluhan Roket ke Pangkalan Milter AS
Gambar foto dari rekaman video televisi Iran memperlihatkan roket yang diluncurkan dari Iran ke arah pangkalan militer AS di Ein-al Asad di Irak, (8/1/2020). Iran menembakkan "lebih dari selusin" rudal balistik ke arah markas militer Amerika di Irak. (HO / IRIB / AFP)

“Tindakan ini membahayakan anggota militer, diplomat, dan lainnya jika mempertaruhkan ketegangan serius dengan Iran. Dari dulu, Presiden telah menjelaskan bahwa dia tidak memiliki strategi yang koheren untuk menjaga rakyat Amerika tetap aman, mencapai de-eskalasi (penurunan kegiatan) dengan Iran, dan memastikan stabilitas di kawasan itu.”

AS dan Iran telah berada di jalur yang bertabrakan sejak Trump mundur dari kesepakatan nuklir Iran pada 2018. Tetapi ketegangan semakin meningkat minggu lalu ketika Trump memerintahkan serangan udara yang menewaskan Soleimani, seorang pemimpin militer terkemuka di negara Iran yang telah membantu dan mendanai jaringan milisi proksi, termasuk Hizbullah dan Hamas.

Iran menembakkan lebih dari puluhan rudal balistik ke pasukan AS pada Selasa 7 Januari 2020 malam, sebagai pembalasan atas pembunuhan itu, tetapi karena serangan itu tidak menimbulkan korban, baik Trump maupun Iran telah mengisyaratkan bahwa pertempuran mereka mungkin akan meningkat.

Sekalipun resolusi tersebut diloloskan di Kongres AS, Pelosi tetap menghadapi pertempuran yang lebih sulit di Senat yang dikuasai Partai Republik. Partai Republik sejauh ini membela tindakan Trump di Iran.

 

 

Reporter: Deslita Krissanta Sibuea

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya