Demi Waktu untuk Keluarga, Faktor Utama Pangeran Harry dan Meghan Markle Mundur?

Dosen Fakultas Sastra Inggris UI, berbagi pendapatnya terkait fenomena mundurnya Pangeran Harry dan Meghan Markle dari kerajaan Inggris. Fenomena yang kini dikenal sebagai Megxit.

oleh Tanti YulianingsihNatasha Khairunisa Amani diperbarui 17 Jan 2020, 18:00 WIB
Diterbitkan 17 Jan 2020, 18:00 WIB
[Bintang] Pangeran Harry - Meghan Markle
Dilansir dari HollywoodLife, Pangeran Harry tak terlalu memusingkan kapan dirinya dan Meghan akan miliki anak pertama. (CHRIS J RATCLIFFE / POOL / AFP)

Liputan6.com, Jakarta- Pertemuan keluarga Kerajaan Inggris di Sandringham Estate, Norfolk, Inggris, beberapa hari lalu, masih menjadi sorotan, sebab gelaran itu untuk membahas keputusan akhir terkait ajuan mundurnya Pengeran Harry dan Meghan Markle dari Anggota Senior Kerajaan.

Pertemuan pribadi tersebut melibatkan Ratu Elizabeth II, Pangeran Charles, Pangeran William dan Pangeran Harry, beserta istrinya Meghan Markle yang diperkiraan bergabung melalui telepon dari Kanada.

Di Sandringham Estate, Ratu Elizabeth II akhirnya memberikan persetujuan untuk mengabulkan pengajuan Pangeran Harry dan sang istri, Meghan Markle yang memilih hidup mandiri. Tinggal paruh waktu di Kanada seperti diberitakan dari VOA News.

Dalam acara talk show "Dear Netizen" Liputan6.com bertema "Potret Hidup Anak Kerajaan dan Fenomena Megxit", dosen Fakultas Sastra Inggris di Universitas Indonesia, Inditian Latifa, berbagi pendapat terkait alasan Ratu Elizabeth II memberikan persetujuan atas mundurnya Pangeran Harry dan sang istri, Meghan Markle dari Anggota Senior Kerajaan.

Menurutnya, banyak faktor yang membuat pasangan kerajaan itu memutuskan mundur.

"Yang paling kuat menurut saya, banyaknya beban-beban tugas, sebagai anggota senior kerajaan. Mungkin itu akhirnya membuat waktu keluarga antara Pangeran Harry dan Menghan Markle jadi berkurang. Jadi mungkin keluarga, inginnya ada lebih banyak waktu untuk keluarga, yang jadi alasan utama," ujar wanita yang akrab disapa Indi dalam "Dear Netizen" di kantor Liputan6.com, Jumat (17/1/2020).

Indi menambahkan, bahwa banyak hal yang harus dikorbankan sebagai anggota kerajaan. Meski tampak di luar sangat menyenangkan menjadi bagian dari kerajaan Inggris.

"Mungkin masalah kode etika, cara berpakaian yang diatur. Juga tidak bermesraan di depan publik. Lama-lama jadi akumulasi sehingga bikin ada konflik di keluarga sendiri," ungkap Indi berbicara terkait pengorbanan yang paling menyakitkan sebagai pasangan kerajaan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Warna Kulit Jadi Masalah?

Tingkah Menggemaskan Pangeran Louis Kala Hadiri Upacara Ulang Tahun Sang Buyut
Para anggota keluarga Kerajaan Inggris menghadiri upacara peringatan ulang tahun Ratu Elizabeth II di Istana Kensington. (dok. Daniel LEAL-OLIVAS / AFP)

Pengumuman mundurnya Pangeran Harry dan sang istri, Meghan Markle memang menuai pro dan kontra, terutama di antara masyarakat banyak di Inggris. Banyak warga yang mendukung, tapi tak sedikit pula yang meyayangkan langkah tersebut. Terutama pihak kerajaan.

Tanda-tanda ketidaknyamanan pasangan tersebut sejatinya sudah tergambar sejak lama, bahkan mendapat restu dari sang ratu. Di antaranya membawa Meghan Markle yang masih jadi kekasihnya saat itu ke acara Natal kerajaan. Padahal aturannya tak boleh.

Mundurnya Pangeran Harry dan sang istri, Meghan Markle kini dikenal sebagai Megxit (Meghan Exit). Padahal keputusan itu bukan hanya diambil oleh Meghan.

"Kita harus sedikit hati-hati soal ini, karena mereka kan pasangan. Kalau Megxit seolah-olah hanya Meghan yang keluar, padahal mereka kan mengambil keputusan bersama, bereng, negosiasi," jelas perempuan berkaca mata itu.

Jadi menurutnya, hal itu yang memicu blaming terhadap Meghan Markle. Semua seperti salah Meghan karena bukan darah biru.

Indi memaparkan bahwa menurut data statistik di Inggris, masalah warna kulit jadi faktor penyebab fenomena Megxit.

"Jadi sebaiknya kita menghindari cara berpikir sebatas warna kulit. Padahal Meghan bukan anggota kerajaan pertama yang berdarah campuran. Mungkin ini yang membuat warga Inggris tak seramah dengan Kate Middleton," jelasnya.

 

Kejutan Besar di Awal 2020

Pangeran Harry dan Meghan Markle
Ratu Elizabeth II Bersama Pangeran Harry dan istrinya, Meghan Markle. (John Stillwell/Pool Photo via AP, File)

Sementara itu, menurut Dosen FISIP Unair Siti R Susanto, keluarnya Pangeran Harry dan Meghan sebagai anggota keluarga kerajaan merupakan kejutan besar di awal tahun 2020.

"Menurut publik Inggris ini dikatakan sebagai bombshell yang telah meluluhlantakkan semua harapan dan ekspektasi dari kerajaan Inggris, terhadap posisi Meghan Harry yang diharapkan menguatkan image dan kekuatan seacara publik, sebagaimana dulu dimilkimendian lady di semasa hidupnya," ujar Siti.

Meski menjadi kejutan, menurut Siti, ini bukan yang pertama kali. Pangeran Edward sudah menjadi pendahulu.

Siti menuturkan, latar belakang Megxit ini bukan persaingan takhta, tapi posisi dari kedua pasangan baru Inggris yang sesungguhnya telah merebut hati ribuan pasang mata di seluruh dunia. 

"Sehingga kemudian keputusan keluar dari takhta dan keluarga besar kerajaan Inggris semata-mata berasal dari pertimbangan personal dari Meghan - Harry. Ditelisik lebih jauh yang sangat tidak nyaman dengan kondisi dan aturan, protokoler , lebih kepada Meghan Markle. Apalagi ia non-British Citizen yang harus menyesuaikan diri," ungkap Siti.

Dalam hal ini, meski tak ada kompetisi takhta, imbuh Siti, sesungguhnya ada persaingan bahwa Harry selalu ditempatkan jadi pribadi cadangan. 

"Sindrom raja cadangan ini mungkin ada kecenderungannya, meski ini mungkin bukan hal yang krusial," imbuh perempuan berhijab itu.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya