200 Tentaranya Dikabarkan Meninggal karena Virus Corona, Apa Kata Pemerintah Korut?

Laporan Korsel mengatakan tentang adanya kematian 200 tentara Korea Utara akibat virus Corona. Namun, pemerintah setempat masih bersikeras membantah pernyataan itu.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 11 Mar 2020, 11:56 WIB
Diterbitkan 11 Mar 2020, 11:56 WIB
Kim Jong Un bertemu tentara wanita di garis depan Korea Utara.
Kim Jong Un bertemu tentara wanita di garis depan Korea Utara. Dok: KCPA via Nknews.org

Liputan6.com, Pyongyang - Ratusan tentara Korea Utara dilaporkan meninggal dunia karena Virus Corona dan ribuan lainnya dikarantina. Akan tetapi, para pemimpin negara yang penuh rahasia ini, tetap berpegang pada narasi resmi bahwa epidemi global belum terjadi di negara mereka. 

Menurut Daily NK, sebuah organisasi berita Korea Selatan, virus COVID-19 menewaskan 180 tentara Korea Utara pada Januari - Februari dan telah mengirim 3.700 orang lainnya ke tempat karantina.

Melansir Business Insider, Rabu (11/3/2020), menurut Yonhap News Agency yang didukung pemerintah Korea Selatan, Korea Utara mengkarantina hampir 10.000 orang karena ketakutan akan Virus Corona tetapi membebaskan hampir 4.000 di antaranya yang tidak menunjukkan gejala. 

Berpegang teguh pada komitmennya, garis pemerintah Korea Utara belum berubah. Negara yang tertutup itu tetap keras kepala dan mengatakan telah memberikan informasi yang transparan tentang wabah yang dilaporkan di negara itu.

"Penyakit menular belum mengalir ke negara kami," kata surat kabar Rodong Sinmun yang dikontrol pemerintah Korea Utara, menurut Newsweek .

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Protokol Medis

Bendera Korea Utara (AFP PHOTO)
Bendera Korea Utara (AFP PHOTO)

Daily NK mengkaitkan informasinya dengan laporan korps medis dari dalam militer Korea Utara. Rumah sakit yang melayani berbagai bagian tentara diminta untuk memberikan data tentang jumlah tentara dalam perawatan, mereka yang meninggal karena demam tinggi yang dipicu oleh pneumonia, tuberkulosis, asma, dan pilek, serta mereka yang berada di karantina.

Laporan itu sendiri menyebabkan kehebohan dalam kepemimpinan militer, menurut sumber Daily NK, yang mengatakan bahwa para pejabat telah memerintahkan rumah sakit militer untuk membersihkan seluruh area di mana tentara yang dikarantina ditempatkan. Tentara dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah atau mereka yang memiliki riwayat kesehatan yang buruk juga diawasi dengan ketat, kata sumber itu.

Para pemimpin unit militer juga bisa berharap akan dihukum jika protokol yang tepat diarahkan untuk mengendalikan penyebaran virus Corona tidak diikuti, kata Daily NK.

"Evaluasi di masa depan tentang kesiapan pertempuran akan mencakup tinjauan tentang berapa banyak tentara yang tewas," kata sumber itu, seraya menambahkan bahwa para perwira akan "bertanggung jawab atas kematian yang terjadi di unit mereka."

Kondisi Medis yang Meragukan

Kim Jong-un Kembali Tinjau Pabrik Kentang di Samjiyon
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-Un saat meninjau kabupaten Samjiyon County di Provinsi Ryanggang yang berbatasan dengan China, (4/4). (AFP Photo/KCNA VIA KNS)

Pejabat mencari peningkatan pasokan makanan tentara sehingga tubuh mereka lebih siap untuk melawan COVID-19, sumber Daily NK mengatakan, menambahkan bahwa orang yang bertanggung jawab atas operasi logistik militer menekankan bahwa tentara dipasok setidaknya makanan seberat 800 gram per hari. 

Mereka juga menekankan bahwa tentara makan sup kedelai murni sebanyak tiga kali per hari.

Korea Utara terancam oleh perbatasan keroposnya dengan China, tidak adanya pasokan medis, dan sistem perawatan kesehatan yang "hancur" , kata para ahli. Tetapi para pejabat, meskipun bersikeras bahwa tidak ada kasus virus corona, menempatkan 380 orang asing, yang sebagian besar adalah diplomat, di karantina selama lebih dari sebulan, media pemerintah Korea Utara melaporkan pada 24 Februari.

Sebuah peringatan dikeluarkan di Rodong Sinmun yang menganggapnya "benar-benar tidak dapat diterima" bagi warga Korea Utara untuk mengganggu langkah-langkah pemerintah untuk menghentikan virus corona. Itu termasuk mereka yang keberatan mengenakan masker wajah, menurut Newsweek.

Wabah COVID-19 menimbulkan bahaya yang "tidak dapat diprediksi", sehingga negara itu "bekerja untuk sepenuhnya mengunci semua rute di mana penyakit menular dapat mengalir di perbatasan, laut, dan udara harus dilanjutkan dengan intensitas tinggi," lapor Rodong Sinmun.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya