Liputan6.com, Washington, DC - Lontaran kata Donald Trump kembali menjadi sorotan. Kali ini, Presiden Amerika Serikat (AS) itu "melancarkan serangan" bernada rasis kepada senator Elizabeth Warren.
Hal itu terjadi pada Senin, 27 November, ketika Trump mengundang tiga mantan ahli sandi perang keturunan Suku Indian Navajo dalam sebuah upacara penghormatan di Gedung Putih.
Mereka adalah orang-orang yang pernah membantu AS meraih kemenangan pada Perang Dunia II.
Advertisement
Pada acara tersebut, Trump mengatakan, "Kalian ada di sini jauh sebelum kami. Kita juga sempat memiliki seorang anggota kongres beberapa waktu lalu. Mereka memanggilnya Pocahontas." Demikian seperti dikutip dari CNN pada Selasa (28/11/2017).
Pocahontas adalah putri Wahunsenaca, salah satu kepala Suku Powhatan, yang terkenal karena menyelamatkan Kapten John Smith (Kapten Koloni Inggris) dari hukuman mati yang dilayangkan oleh ayahnya pada 1607.
Terkait ucapan "Pocahontas" yang disuarakan Donald Trump, hal itu merujuk kepada Warren yang berasal dari Partai Demokrat. Saat melakoni kampanye pemilihan anggota Senat Massachusetts 2012, Warren menyebut dirinya memiliki darah Suku Indian.
Trump lalu menanggapi komentar itu pada Pemilu Presiden AS 2016. Dia menuding Warren tidak bisa membuktikan dirinya memiliki garis keturunan Indian, dan "mengecapnya" sebagai penipu.
Namun, ucapan Donald Trump itu dianggap menyerang dan tidak menyenangkan oleh Russell Begaye, pemimpin Suku Navajo.
Begaye menyebut ucapannya itu tidak peka secara kultural. Namun begitu, ia mengatakan Suku Navajo tidak akan ikut terlibat dalam "konflik" Trump-Warren.
Sementara itu, Warren yang mengaku sebagai keturunan Cherokee dan Indian Delaware, mengatakan pada MSNBC bahwa sang presiden sedang mencoba untuk membungkamnya dengan serangan berulang.
"Sangat disayangkan seorang Donald Trump harus mengucapkan kata rasis seperti itu di hadapan veteran Navajo yang terhormat," ujar Warren.
Berkunjung ke Jepang, Trump Memilih Burger daripada Ramen
Donald Trump dikenal sebagai seorang presiden yang banyak mengeluarkan ucapan dan sikap yang dianggap kontroversial.
Seperti pada lawatan Asianya di Jepang pada 5 November lalu, ketika Trump yang tengah mengunjungi Tokyo dalam rangka Tur Asia bersikeras untuk makan makanan khas AS selama berada di Negeri Matahari Terbit.
Tak ada "jejak" ramen, sushi, atau tempura di piring Trump saat makan siang santai bersama Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe pada Minggu, 5 November 2017 lalu.
Miliarder nyentrik itu memilih makan hamburger yang dagingnya dibawa langsung dari AS ke Jepang. Trump memilih dagingnya dimasak well-done.
"Saya menyambut Presiden Donald Trump dengan sepenuh hati dalam kunjungannya ke Jepang. Kami langsung bicara bisnis setelah makan siang hamburger," kata sebuah pesan di laman Facebook kantor Perdana Menteri Jepang.
Presiden Trump bermain golf bersama Abe di Kasumigaseki Country Club - bersama pegolf profesional Hideki Matsuyama - pada hari pertamanya di negara tersebut.
Kesukaan Trump dengan hamburger dan benci dengan makanan Jepang terungkap dari sebuah buku Lost Tycoon: The Many Lives of Donald J Trump. Saat itu, ia berkunjung ke Jepang pada 1990 dan mengatakan, "Saya tak akan makan ikan mentah. Hamburger McDonald akan membuat saya bahagia."
Kesukaan Trump terhadap burger dan steak well-done telah terdokumentasi dengan baik karena ia memilih untuk membocorkan selera kulinernya di berbagai platform media sosial. Ini termasuk makan seember Kentucky Fried Chicken saat membaca The Wall Street Journal dan menikmati burger McDonald serta kentang goreng untuk merayakan kemenangan nominasi presiden dari Partai Republik.
Trump juga tak segan-segan memberi pujian kepada McDonald's melalui CNN di bulan Februari tahun lalu, dengan mengatakan: "Big Mac hebat. Quarter Pounder-nya, enak sekali."
Advertisement