WHO Tengah Mengembangkan 20 Jenis Vaksin Corona COVID-19

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), bekerja dengan para ilmuwan di seluruh dunia, tengah mengembangkan setidaknya 20 jenis vaksin Virus Corona Baru.

oleh Hariz Barak diperbarui 23 Mar 2020, 07:00 WIB
Diterbitkan 23 Mar 2020, 07:00 WIB
Virus Corona
Ilustrasi Novel Coronavirus 2019 (2019-nCoV). (CDC via AP, File)

Liputan6.com, Jenewa - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), bekerja dengan para ilmuwan di seluruh dunia, tengah mengembangkan setidaknya 20 jenis vaksin Virus Corona Baru. Beberapa bahkan sudah dalam tahap uji klinis dalam waktu singkat --atau hanya 60 hari setelah mengurutkan gen.

"Akselerasi proses ini benar-benar dramatis dalam hal apa yang dapat kami lakukan, membangun pekerjaan yang dimulai dengan SARS, yang dimulai dengan MERS dan sekarang digunakan untuk COVID-19," kata Dr. Maria Van Kerkhove, pemimpin teknis untuk program kedaruratan WHO, mengatakan pada konferensi pers di kantor pusat organisasi di Jenewa pada Jumat, 20 Maret 2020 lalu, seperti dikutip dari CNBC, Senin (23/3/2020).

Namun, vaksin masih jauh dari tersedia untuk penggunaan publik, pejabat WHO memperingatkan.

Ilmuwan terkemuka mengatakan, uji coba klinis dan persetujuan keamanan yang diperlukan untuk mendapatkan vaksin Virus Corona Baru yang bisa diterapkan ke pasar bisa memakan waktu hingga 18 bulan.

Mike Ryan, direktur eksekutif program kedaruratan WHO, mengatakan uji coba itu perlu. Hanya ada satu hal yang lebih berbahaya daripada virus jahat "dan itu adalah vaksin yang buruk," katanya.

"Kita harus sangat, sangat, sangat berhati-hati dalam mengembangkan produk apa pun yang akan kita suntikkan ke sebagian besar populasi dunia," katanya, seraya menambahkan bahwa uji coba manusia pertama pada vaksin yang dimulai pekan ini di AS adalah "kemajuan yang belum pernah terjadi sebelumnya."

Dia mengatakan itu tidak akan pernah terjadi jika China dan negara-negara lain tidak berbagi urutan genetik COVID-19 dengan seluruh dunia.

 

Simak video pilihan berikut:

Bekerja Cepat

Persiapan Wisma Atlet Kemayoran Jadi RS Darurat COVID-19
Petugas bersiap melakukan penyemprotan cairan disinfektan di Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat, Sabtu (21/3/2020). Wisma Atlet Kemayoran bakal menampung pasien virus corona COVID-19 mulai malam nanti. (merdeka.com/Imam Buhori)

National Institutes of Health telah bekerja cepat dengan perusahaan biotek Moderna untuk mengembangkan vaksin menggunakan urutan genetik dari Virus Corona Baru. Uji coba dimulai pada Senin 23 Maret 2020 di Kaiser Permanente Washington Health Research Institute di Seattle, Washington.

Uji coba tahap awal, atau fase 1, akan menguji vaksin pada 45 pria dan wanita yang tidak hamil berusia antara 18 dan 55 tahun, menurut rincian uji coba di situs web NIH.

Setelah vaksin ditemukan, para pejabat WHO memperingatkan tentang rintangan logistik, keuangan, dan etika lainnya yang akan dihadapi para pemimpin dunia.

"Bahkan jika kita mendapatkan vaksin yang efektif, kita harus memiliki vaksin yang tersedia untuk semua orang. Harus ada akses yang adil dan merata ke vaksin itu untuk semua orang," kata Ryan, menambahkan dunia tidak akan dilindungi dari coronavirus kecuali semua orang divaksinasi.

"Bagaimana kita memastikan kita mendapatkan cukup vaksin itu tepat waktu, bagaimana kita memastikan kita dapat mendistribusikan vaksin itu kepada populasi di seluruh dunia, dan bagaimana kita meyakinkan orang untuk divaksin."

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus telah menghubungi para pemimpin global tentang masalah ini, kata Ryan.

"Vaksin ini tidak boleh untuk orang kaya, itu harus bagi mereka yang tidak mampu membelinya juga," kata Tedros.

"Kita harus menjawab pertanyaan itu sedini mungkin."

Virus ini telah menginfeksi lebih dari 245.000 orang di seluruh dunia dan menewaskan sedikitnya 10.031 jiwa, menurut data yang dikumpulkan oleh Universitas Johns Hopkins. Kasus AS telah mencapai setidaknya 14.250, dengan Negara Bagian New York terdiri lebih dari 40% dari total nasional.

Wabah dimulai di Wuhan, China pada Desember 2019 dan sejak itu menyebar dengan cepat ke seluruh dunia. WHO mengumumkan pekan lalu bahwa Eropa telah menjadi pusat penyebaran baru.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya