Liputan6.com, Tehran - Badan amal medis yang berpusat di Prancis telah menawarkan bantuan untuk Iran, dalam menangani kasus Virus Corona COVID-19. Namun, negara tersebut nampaknya masih mengesampingkan bantuan dari negara asing, walaupun kasus kematiannya sudah hampir mencapai 2.000.
"Karena mobilisasi nasional Iran terhadap virus dan penggunaan penuh dari kapasitas medis angkatan bersenjata, sekarang rasanya (Iran) tidak perlu tempat tidur rumah sakit yang diatur oleh pasukan asing, dan kehadiran mereka pun dikesampingkan," kata Alireza Vahabzadeh, penasihat menteri kesehatan Iran. Demikian seperti dikutip dari Al Jazeera, Rabu (25/3/2020).
Advertisement
Doctors Without Borders (MSF) mengatakan pada hari Minggu bahwa pihaknya berencana untuk mengirim tim dan peralatan beranggotakan sembilan orang untuk mendirikan sebuah rumah sakit dengan 50 tempat tidur, membangkitkan perlawanan dari kalangan ultra-konservatif di Republik Islam yang menuduh staf MSF akan bertindak sebagai "mata-mata".
Juru bicara Kementerian Kesehatan Iran Kianoush Jahanpour sebelumnya mengatakan catatan 1.762 kasus baru dikonfirmasi di Iran selama 24 jam terakhir dengan 24.811 orang terinfeksi.
Dia mengumumkan 122 kematian baru akibat Virus Corona baru itu, meningkatkan jumlah resmi menjadi 1.934 di salah satu negara yang paling parah di dunia.
MSF mengatakan pada hari Selasa bahwa mereka tidak memahami keputusan oleh otoritas Iran untuk membatalkan misi yang telah diatur sebelumnya untuk mendirikan fasilitas untuk memerangi Virus Corona pemicu COVID-19 di Isfahan.
"Kami terkejut mengetahui bahwa penyebaran kesatuan perawatan kami dibatalkan," Michel-Olivier Lacharite, yang bertanggung jawab atas tim tanggap krisis Medecins Sans Frontieres, mengatakan dalam sebuah pernyataan.
Dia mengatakan kelompok itu telah diberikan persetujuan sebelumnya dan siap untuk menyiapkan unit 50 tempat tidur pada akhir minggu. Dia mengatakan mereka masih siap untuk ditempatkan di Iran atau di tempat lain di kawasan itu.
Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:
Aturan Tinggal di Rumah
Iran memiliki angka kematian resmi kelima tertinggi akibat Virus Corona setelah Italia, China, AS, dan Spanyol, tetapi, tidak seperti negara-negara itu, Iran belum memberlakukan lockdown pada warganya.
Sebaliknya, negara itu merayakan liburan Tahun Baru Persia selama dua minggu, ketika jalan-jalan di sana terlihat dipenuhi dengan orang-orang yang mengunjungi keluarga mereka.
Meskipun pihak berwenang meminta orang untuk tinggal di rumah dan penutupan pusat perbelanjaan dan rekreasi, banyak orang telah turun ke jalan seperti biasa tahun ini.
Pemimpin Tertinggi negara itu Ayatollah Ali Khamenei telah mendesak Iran untuk mengikuti instruksi negara "sehingga Tuhan Yang Mahakuasa akan mengakhiri bencana ini untuk rakyat Iran, untuk semua negara Muslim dan untuk seluruh umat manusia".
Advertisement