Tindakan Tegas Eropa Hadapi Pandemi Corona COVID-19 Selamatkan 59.000 Nyawa

Intervensi tegas dari negara-negara di Eropa berhasil menyelamatkan 59.000 nyawa. Hal ini termasuk dalam aturan lockdown, karantina dan pembatasan sosial.

diperbarui 03 Apr 2020, 05:00 WIB
Diterbitkan 03 Apr 2020, 05:00 WIB
Suasana Kota Barcelona Setelah Spanyol Berlakukan Lockdown
Warga berjalan di sepanjang La Ramblas, Barcelona, Spanyol, Minggu (15/3/2020). Pemerintah Spanyol memberlakukan lockdown setelah negara berpenduduk 47 juta jiwa itu terdampak virus corona COVID-19 paling parah kedua di Eropa setelah Italia. (AP Photo/Emilio Morenatti)

Roma - Negara-negara di Eropa telah mengambil tindakan tegas guna mencegah penyebaran Virus Corona COVID-19.

Tanpa tindakan tegas, pandemi Virus Corona COVID-19 di 11 negara Eropa bisa menginfeksi lebih 43 juta orang. Tapi intervensi dengan lockdown, karantina, pembatasan pergerakan dan social distancing mampu memperlambat laju pandemi.

Dengan itu, sedikitnya bisa dicegah 59.000 kasus kematian di 11 negara Eropa.

Melansir DW Indonesia, Jumat (3/4/2020), para ilmuwan meliputi pakar epidemi dan ahli statistik dari Imperial College di London melaporkan hasil risetnya belum lama ini. Estimasi berbasis pada laporan kasus kematian pasien Covid-19 akibat radang paru-paru akut yang dilaporkan European Centre of Disease Control (ECDC). Datanya kemudian dimasukkan ke dalam model matematika, untuk melacak laju reproduksi dan penyebaran virus SARS-CoV-2.

Kalkulasi dari saat mulai terinfeksi hingga kematian para pasien dengan model matematika itu menunjukkan hasil, antara 21.000 hingga 120.000 nyawa bisa terselamatkan hingga Senin 31 Maret.

“Model matematika teranyar menunjukkan, intervensi diduga kuat memiliki impak yang signifikan," demikian klaim dalam hasil penelitian Imperial College, merujuk pada melambatnya laju kematian di Italia dikaitkan dengan intervensi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Banyak Negara Lambat Bereaksi

Katedral Cologne Jerman
Sebuah penghalang terlihat di katedral Cologne, Jerman barat, Selasa (17/3/2020). Wabah virus corona COVID-19 yang merebak di Eropa saat ini berimbas pada tingkat kunjungan wisatawan ke Katedral Cologne yang kini sepi pengunjung. (Photo by Ina FASSBENDER / AFP)

Penelitian dilakukan para ilmuwan dari Imperial College di 11 negara Eropa yang melakukan intervensi tegas, yakni Italia, Austria, Belgia, Denmark, Prancis, Jerman, Norwegia, Spanyol, Swedia, Swis dan Inggris.

“Banyak kematian bisa dihindarkan dengan memastikan bahwa intervensi pemerintah tetap dijalankan hingga penularan turun ke level rendah. Penelitian itu juga merujuk pada langkah menutup sekolah, kantor dan pelarang acara yang melibatkan banyak orang. 

Tapi juga diakui banyak negara lambat bereaksi dan baru melakukan intervensi belakangan, demikian diingatkan oleh Dr. Seth Flaxman yang mengetuai tim penulis laporan. Karena itu, tanggal “lockdown“ ditetapkan 11 Maret.

“Menimbang adanya rentang waktu antara mulai terinfeksi dan saat pasien meninggal, kemugkinan perlu waktu lebih lama, dari hitungan hari sampai minggu, untuk merefleksikan efek ini dalam angka kematian setiap hari,“ ujar Flaxman menambahkan.


Langkah Tepat Atasi Ambruknya Sistem Kesehatan

FOTO: Prancis Kerahkan Kereta Kecepatan Tinggi Evakuasi Pasien Corona COVID-19
Petugas medis membawa pasien virus corona COVID-19 di Stasiun Gare d'Austerlitz di Paris, Prancis, Rabu (1/4/2020). Prancis mengerahkan kereta kecepatan tinggi untuk mengevakuasi pasien COVID-19 dari Paris ke wilayah Brittany. (Thomas SAMSON/AFP/POOL)

Langkah pemerintah di 11 negara Eropa itu dipuji Dr. Samir Bhatt, salah satu tim penulis hasi riset. “Pemerintah telah mengambil langkah signifikan untuk menjamin bahwa sistem kesehatan tidak kewalahan“, ujar dosen senior di School of Public Health Imperial College London itu.

“Kami meyakini banyak nyawa diselamatkan. Tapi juga terlalu dini untuk mengatakan, apakah kita sudah berhasil mengendalikan sepenuhnya epidemi ini. Keputusan yang lebih sulit masih perlu diambil pekan-pekan mendatang“, ujar Bhatt lebih lanjut.

Tapi dosen senior sekolah kedokteran itu menambahkan, kebijakan yang sudah diambil kelihatannya membuahkan hasil dan membuat kurva penularan mendatar. 

Italia disusul Spanyol sejauh ini menjadi negara di Eropa yang populasinya paling banyak terinfeksi Covid-19. Sementara Norwegia dan Jerman menjadi yang paling rendah kasus infeksinya. Walau begitu para peneliti memperingatkan, bahwa angka itu kemungkinan merupakan stadium relatif dari pandemi.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya