Liputan6.com, London - Seorang ilmuwan di Inggris dikabarkan meninggal dunia setelah mengikuti uji coba vaksin Virus Corona COVID-19. Kabar itu sempat beredar luas di media sosial.
Ilmuwan yang dimaksud adalah Dr. Elisa Granato yang mengikuti uji coba vaksin Universitas Oxford beberapa waktu lalu. Nama Dr. Elisa sempat dikutip media massa Inggris.
Advertisement
Baca Juga
Dr. Elisa adalah peneliti Universitas Oxford di bidang bakteri. Sebagai ilmuwan, ia mengaku tertarik ikut uji coba vaksin Virus Corona.
Kabar meninggalnya Dr. Elisa lantas dibantah Kementerian Kesehatan dan Pelayanan Sosial Inggris. Pihak kemenkes berkata rumor itu "sangatlah tidak benar."
Media Inggris BBC yang sempat meliput uji coba vaksin tersebut dan menulis komentar Dr. Elisa turut memposting video Dr. Elisa Granato.
"Saya hidup. Terima kasih. Saya sedang minum secangkir teh, hari ini Minggu 26 April, tiga hari setelah hari ulang tahun saya, tiga hari setelah mendapatkan vaksin," ujar Dr. Elisa sambil tersenyum senang.
Uji coba vaksin Virus Corona oleh Universitas Oxford menjadi perhatian media pada pekan lalu. Pihak peneliti mengaku 80 persen yakin bahwa vaksin ini bisa berhasil.
Berikut laporan vaksin Universitas Oxford pekan lalu:
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Vaksin Universitas Oxford
Universitas Oxford di Inggris memulai uji coba vaksin Virus Corona COVID-19 ke manusia. Ada lebih dari 800 sukarelawan yang bergabung di program ini.
Setengahnya akan disuntik vaksin COVID-19 dan lainnya (control group) diberikan vaksin yang digunakan untuk melawan meningitis. Ini dilaksanakan supaya hanya dokter yang tahu siapa yang mendapatkan vaksin Virus Corona jenis baru.
Para sukarelawan yang ikut uji coba ini mengaku bersemangat bisa terlibat.
"Saya seorang ilmuwan, jadi saya ingin mendukung proses ilmiah kapanpun saya bisa," ujar Elisa Granato seperti dikutip BBC.
Ke depannya, ada tambahan hingga 5.000 sukarelawan. Prioritas dari uji coba ini adalah pekerja sektor kesehatan yang lebih rentan terekspos Virus Corona.
Profesor vaksinologi Universitas Oxford Sarah Gilbert mengatakan 80 persen percaya diri bahwa vaksin Corona ini bisa berungsi. Sebelumnya, Universitas Oxford pernah membuat vaksin untuk virus MERS yang juga menyerang pernapasan.
"Secara pribadi saya punya rasa percaya diri tinggi terhadap vaksin ini," ujar profesor Gilbert yang memimpin pengembangan vaksin.
"Tentunya kita harus mengujinya dan mendapat data dari manusia. Kita harus menunjukan ini benar berfungsi dan menyetop infeksi Virus Corona kepada orang-orang sebelum bisa menggunakan vaksin ini ke populasi yang lebih luas," ucap Profesor Gilbret.
Advertisement