Liputan6.com, Jakarta - Pada Rabu 20 Mei 2020, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan keprihatinan tentang meningkatnya jumlah kasus Virus Corona jenis baru di negara-negara miskin. Kondisi ini terjadi ketika banyak negara kaya mulai melonggarkan lockdown.
WHO mengatakan dalam 24 jam terakhir, tercatat bahwa terdapat 106.000 kasus baru infeksi Virus Corona COVID-19 yang merupakan kasus terbanyak dalam satu hari sejak wabah dimulai.
Direktur jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, dalam konferensi pers mengatakan "kami masih memiliki jalan panjang untuk menghadapi pandemi ini." Ia juga menambahkan "kami sangat prihatin dengan meningkatnya kasus di negara berpenghasilan rendah dan menengah."
Advertisement
Kepala program kedaruratan WHO, Dr Mike Ryan, mengatakan: "Kami akan segera mencapai tonggak tragis dari 5 juta kasus," seperti dikutip dari Channel News Asia, Kamis (21/5/2020).
Saksikan Video Berikut Ini:
Peninjauan Respons Terhadap Pandemi
WHO mendapat kecaman dari Presiden AS Donald Trump, yang menuduh bahwa organisasi kesehatan dunia tersebut telah salah menangani wabah dan mendukung China. Pada pekan ini, Donald Trump mengatakan bahwa akan menarik diri dari WHO dan secara permanen menahan pendanaan.
Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan dirinya berkomitmen untuk pertanggungjawaban dan akan melakukan peninjauan atas respons terhadap pandemi tersebut. Meskipun Amerika Serikat menyatakan keberatan tentang beberapa elemennya, ulasan semacam itu dituntut oleh negara-negara anggota dalam resolusi minggu ini yang disahkan oleh konsensus.
Dirjen Tedros Adhanom Ghebreyesus juga mengatakan ia telah lama mencari sumber pendanaan lain untuk WHO, dengan mengatakan anggarannya sebesar 2,3 miliar dolar AS (sekitar Rp. 33 triliun) merupakan dana yang "sangat, sangat kecil" untuk sebuah agen global.
Advertisement