Liputan6.com, Washington, D.C. - Setelah berbulan-bulan ogah memakai masker, Presiden Amerika Serikat Donald Trump akhirnya setuju untuk mengenakannya. Keputusan ini diambil ketika kasus Virus Corona (COVID-19) di negaranya mendadak kembali melonjak.
Dilansir CNBC, Kamis (7/2/2020), Presiden Trump mulai mengaku suka memakai masker. Tetapi, ia belum mau mewajibkan masker di seluruh wilayah AS. Ia beralasan ada daerah yang bisa menerapkan jaga jarak.
Advertisement
Baca Juga
"Saya mendukung masker. Saya berpikir masker itu bagus," ujar Donald Trump yang mengaku dirinya mirip pahlawan bertopeng Lone Ranger saat pakai masker.
Dalam wawancara bersama Fox Business itu, Donald Trump berkata dirinya biasanya tidak perlu memakai masker karena jarang berkerumun. Selain itu, ia mengungkap semua orang yang bertemu dengannya harus tes Virus Corona COVID-19 lebih dahulu.
Pakar kesehatan menyebut pemakaian masker bisa mencegah penularan Virus Corona COVID-19. Analis Goldman Sachs juga berkata masker bisa menjadi alternatif ketimbang lockdown nasional yang bisa melemahkan ekonomi negara.
Meski kasus di AS sedang melonjak, Trump mengaku menangani Virus Corona COVID-19 dengan baik. Ia pun mengklaim virusnya pasti akan hilang.
"Saya berpikir suatu saat (virusnya) akan menghilang, saya harap," kata Trump. "Saya berpikir kita akan segera mendapat vaksin juga," tambahnya.
Sebelumnya, Presiden Trump diketahui susah mengenakan masker. Ia sempat bermasker pada Mei lalu ketika mengunjungi pabrik Ford, namun seringkali ogah memakai masker.
Tindakan Donald Trump berbeda dari anggota gugus tugas Virus Corona COVID-19 di Gedung Putih, seperti Dr. Anthony Fauci dan Dr. Deborah Birx, yang kerap memakai masker.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
S&P 500 dan Nasdaq Menguat Didorong Perkembangan Positif Vaksin Corona
S&P 500 dan Nasdaq Composite memulai paruh kedua 2020Â dengan menguat pada perdagangan Rabu (Kamis waktu Jakarta), di mana sentimen pasar mendapat dorongan dari berita positif perkembangan vaksin virus corona dan data ekonomi AS yang kuat.
CNBC melaporkan S&P 500 ditutup naik 0,5 persen ke level 3.115,86. Nasdaq Composite yang berisi perusahaan teknologi membukukan rekor penutupan tertinggi, naik 0,95 persen menjadi 10.154,63.
Indeks Nasdaq-100, yang terdiri dari 100 saham non-finansial terbesar, melonjak lebih dari 1 persen ke level tertinggi sepanjang masa dan ditutup pada 10.279,25. Namun Dow Jones Industrial Average jatuh 77,91 poin atau 0,3 persen menjadi 25.734,97.
Sebuah studi tentang kandidat vaksin virus corona sedang dikembangkan oleh Pfizer dan BioNTech, menunjukkan obat tersebut menciptakan antibodi penawar. Hasilnya dirilis secara online, tetapi belum ditinjau oleh jurnal medis.
"Kami didorong oleh data klinis BNT162b1, satu dari empat konstruksi mRNA yang kami evaluasi secara klinis, dan untuk itu kami memiliki temuan positif, awal, dan garis besar," kata Kathrin U. Jansen, Kepala Penelitian dan Pengembangan Vaksin di Pfizer, di sebuah rilis.
Perusahaan juga mengatakan bahwa, jika vaksin mendapat persetujuan dari regulator, pihaknya mengharapkan untuk membuat hingga 100 juta dosis pada akhir tahun dan berpotensi lebih dari 1,2 miliar pada akhir 2021.
Saham Pfizer melonjak 3,2 persen, sedangkan saham BioNTech yang terdaftar di AS turun 3,9 persen, menghapus kenaikan sebelumnya pada penutupan perdagangan.
Advertisement